Dulu Kuta 24 Jam Tak Pernah Tidur, Kini Berubah Drastis
Siapa yang merindukan Kuta yang dulu?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Badung, IDN Times – Jalan Legian Kuta di Kabupaten Badung, sebelum pandemik COVID-19 merupakan kawasan yang setiap harinya, hampir 24 jam tidak pernah tidur. Selain ramai lalu lalang kendaraan, pada siang hari juga penuh deretan ruko di sepanjang jalan yang menjajakan dagangan untuk para wisatawan asing.
Apabila malam tiba, bangunan-bangunan berubah cantik karena kelap-kelip lampu. Jedag-jedug musik Electronic Dance Music (EDM) pun memenuhi sudut-sudut ruang sepanjang jalan itu. Musik itu bercampur dengan live music dari berbagai genre.
Klub-klub malam yang berderet tampak begitu menggoda para pelancong. Wajah-wajah berbalut make-up dan gincu tebal, lengkap dengan pakaian dan sepatu indah, juga para dancer tak henti-hentinya menyemarakkan suasana. Wisatawan asing yang lalu lalang di sepanjang jalan membuat Bali terasa begitu berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia.
Ya, itulah suasana pusat hiburan malam di Kuta dua tahun lalu, sebelum pandemik COVID-19 melanda. Bagaimana kondisi hiburan malam di sepanjang Jalan Legian tersebut saat ini?
Ya, bangunan klub-klub besar tersebut kini sepi dan tak terawat. Ketika kamu menyusurinya pada malam hari, akan semakin terasa bahwa pandemik benar-benar telah mengubah perekonomian masyarakat. Apalagi pada awal-awal pandemik melanda.
Kini setelah dua tahun mati suri, pemerintah berupaya membuka kembali kebijakan orang asing masuk ke Indonesia. Pemerintah juga berusaha mempermudah kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat.
Baca Juga: 10 Potret Kondisi Kuta Bali Jelang Pembukaan Pariwisata Internasional
1. Bertahun-tahun dipenuhi kebisingan vibes hiburan malam, kini berubah drastis
Warga setempat, Kadek Novi (28), yang tinggal di Kelurahan Legian mengatakan sebelum pandemik, selama bertahun-tahun kehidupannya dipenuhi dengan kebisingan hiburan malam. Sedangkan pada siang hari, penuh keramaian wisatawan yang berbelanja di artshop dan lalu lalang sepanjang Jalan Legian tersebut.
Setelah pandemik ini, kehidupannya berubah drastis. Ia tak lagi mendengar keriuhan hiburan malam maupun lalu lalang wisatawan asing. Hingga saat ini ia merasakan keanehan suasana di sekitarnya karena mendadak sepi. Ia mengaku memendam kerinduan akan suasana Legian seperti sebelum pandemik karena ia terbiasa dengan keramaian itu.
“Semua berubah mendadak menjadi sepi. Bahkan malam hari, pukul 18.00 Wita pun juga sepi. Jalan lowong. Di Monumen Bom Bali yang biasanya ramai dan padat berubah menjadi sepi. Lorong-lorong (Jalan) Poppies juga sunyi. Seperti itu dan sangat berubah drastis,” ungkapnya pada Jumat (7/1/2022).