Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Cara Elegan Menyelesaikan Masalah dengan Orang Lain

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Dennis Magati)
ilustrasi pertemanan (pexels.com/Dennis Magati)

Manusia adalah makhluk sosial. Tidak dapat dipungkiri bahwa selama hidup, seseorang akan tetap bergantung pada orang lain. Sedari kecil kita terbentuk dalam sebuah hubungan dengan keluarga. Kemudian menginjak masa sekolah, mulai berhubungan dengan orang lain, dan begitu seterusnya.

Orang-orang yang berhubungan dengan kamu, tentu memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Kamu dapat membentuk sebuah hubungan dengan seseorang atau kelompok karena menemukan persamaan. Akan tetapi, dalam perjalanannya, tidak semua lancar karena masalah kadang menghampiri.

Ketika permasalahan itu tiba, ada yang memilih untuk lari dari masalah dan membiarkannya begitu saja, namun ada juga yang berusaha keras untuk menyelesaikannya sehingga tidak meninggalkan beban. Menghadapi persoalan memang tidak mudah ya. Nah berikut lima cara elegan menyelesaikan masalah dengan orang lain:

1. Berhenti sejenak dan beri jarak dengan orang lain

ilustrasi dua wanita berjarak (pexels.com/cottonbro)
ilustrasi dua wanita berjarak (pexels.com/cottonbro)

Munculnya masalah bukan hal yang buruk, itu merupakan hal yang wajar. Sebagian besar perselisihan muncul akibat perbedaan pendapat yang terkadang membuat emosi lepas kendali. Ketika dihadapkan dengan sebuah masalah, beberapa orang memang dapat langsung menemui jalan tengah dan yang lain mengalami kebuntuan. Ketika mendapati masalah dengan orang lain, hal yang biasa terjadi adalah kecanggungan.

Kecanggungan membuat suasana di sekitar menjadi tidak nyaman hingga berefek ke orang lain. Ketika kamu merasakan suasana canggung dengan siapapun itu, jangan bertindak buru-buru untuk memperbaiki suasana. Beri jarak sebentar, misalnya dengan diam dan menunggu hingga suasana dirasa mereda.

2. Pikirkan tentang penyebab masalah itu

ilustrasi berpikir (pexels.com/Anastasiya Vragova)
ilustrasi berpikir (pexels.com/Anastasiya Vragova)

Pada saat fase pemberian jarak, berpikirlah tentang hal yang terjadi sebelumnya. Ingat perkataan yang kamu ucapkan, gerak tubuh, ekspresi wajah, atau lainnya yang kamu rasa menjadi alasan ketidaknyamanan itu. Tidak mesti berasal dari dirimu saja karena bisa jadi orang lain juga melakukan kesalahan. Kemudian perlahan, buka diri atas apa yang terjadi.

Kesalahan merupakan hal yang biasa, tetapi tidak menerima kesalahan tersebut yang membuatnya rumit. Dengan menyadari dan menerima kesalahan yang terjadi, satu permasalahan memungkinkan terselesaikan. Itu akan membuatmu tenang dan mengambil keputusan yang masuk akal.

3. Jujur pada diri sendiri

ilustrasi jujur (pexels.com/Magda Ehlers)
ilustrasi jujur (pexels.com/Magda Ehlers)

Manusia memiliki hati kecil yang pada dasarnya ingin mengarah kepada hal yang baik. Akan tetapi, terkadang dia tertutupi oleh pengaruh lain yang bersifat negatif. Tidak semua orang yang memiliki fisik kuat mampu mengatasi beban dalam hati. Oleh karena itu, kuatkanlah hatimu dalam mengakui kesalahan meskipun itu berat, diri tetap harus jujur agar hatimu hidup.

Hidupkan kembali hati kecil dengan menangani berbagai gangguan negatif seperti rasa tidak menerima, tidak ingin mengakui bahwa diri sendiri yang salah, menganggap sepenuhnya salah orang lain, dan lainnya. Kalahkan dirimu sendiri agar kejujuran membuat hati kecilmu tetap hidup.

4. Berbesar hati menerima kesalahan

ilustrasi pria tenang (pexels.com/Kelvin Valerio)
ilustrasi pria tenang (pexels.com/Kelvin Valerio)

Setelah melalui berbagai pemikiran dalam diri, jika kemudian menemukan bahwa dirimulah yang bersalah, maka akuilah. Banyak orang yang membodohi diri sendiri karena merasa berat hati menerima kenyataan bahwa dirinyalah penyebab masalah. Kabur dari suatu kenyataan dan tidak berani menghadapinya merupakan tindakan seorang pengecut.

Pengakuan butuh keberanian dalam diri dan hal itu tidak dimiliki semua orang. Orang biasa akan menganggap dirinya selalu benar, tapi orang hebat hanyalah mereka yang sadar akan kesalahannya. 

5. Berani memohon maaf dan bertanggung jawab

ilustrasi bertemu (pexels.com/Liza Summer)
ilustrasi bertemu (pexels.com/Liza Summer)

Langkah terakhir dan terpenting. Semua hal yang dilakukan sebelumnya akan bernilai sia-sia jika tidak diakhiri dengan permintaan maaf secara langsung. Hal-hal sebelum ini, hanyalah suatu proses yang terjadi dalam diri. Sementara itu, maaf merupakan bentuk praktek yang dilakukan kepada orang lain. 

Setelah itu, suatu permasalahan dapat dikatakan telah selesai. Setelah itu, yang tersisa darimu adalah melakukan perbaikan atas efek yang terjadi. Selama perasaan telah menjadi lega, orang lain pun dapat ikut membantu menyelesaikannya. Percayalah tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan, selama kita mau menurunkan ego diri. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ni Ketut Sudiani
EditorNi Ketut Sudiani
Follow Us