Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Bentuk Kehilangan yang Tidak Diakui Tapi Sangat Menyakitkan

ilustrasi perempuan kesepian(pexels.com/Keenan Constance)
ilustrasi perempuan kesepian(pexels.com/Keenan Constance)

Tidak semua kehilangan berakhir dengan pelukan atau air mata. Beberapa tidak dapat dijelaskan secara fisik. Ada bentuk kehilangan yang begitu diam, tapi sangat menyesakkan. Sering kali, kehilangan ini tidak dianggap sah dan justru banyak orang yang meremehkannya. Tidak sedikit yang membandingkan dengan kehilangan milik orang lain atau bahkan menyuruhmu "move on". Padahal kamu sendiri masih bingung.

Berikut ini 5 bentuk kehilangan yang kerap kali tidak diakui secara sosial, tapi nyatanya meninggalkan luka yang mendalam.

1. Kehilangan diri sendiri

ilustrasi cermin(pexels.com/Mariana Blue)
ilustrasi cermin(pexels.com/Mariana Blue)

Apakah kamu pernah merasa seperti kehilangan sesuatu, tapi tidak ada yang hilang? Atau pernah merasa bahwa dirimu tidak seperti dulu? Kamu bertindak dan beraktivitas, tapi rasanya seperti menjalani hidup orang lain. Ini bukan lelah atau jenuh, tapi benar-benar kehilangan arah dan identitas diri.

Kehilangan diri sendiri bisa terjadi karena banyak faktor: trauma, hubungan yang toxic, tuntutan pekerjaan, hingga tekanan hidup yang memaksa kita mengabaikan diri sendiri. Kita terlalu fokus jadi "cukup baik" untuk orang lain, sampai lupa jadi cukup untuk diri sendiri.

Hal yang paling menyakitkan dari bentuk kehilangan ini adalah kamu tidak bisa memeluk orang yang hilang itu, karena yang hilang adalah dirimu sendiri.

2. Kehilangan rasa aman

ilustrasi cctv(pexels.com/Dom J)
ilustrasi cctv(pexels.com/Dom J)

Kita tidak akan pernah menyadari betapa berharganya rasa aman sampai kita kehilangannya. Rasa aman bisa hilang saat kita terluka dan dikhianati oleh orang yang kita percaya. Segalanya berubah. Pikiran dipenuhi oleh rasa waswas. Bahkan pelukan pun terasa seperti jebakan, bukan kenyamanan.

Kehilangan rasa aman mengganggu seluruh sistem dalam diri. Pola tidur, cara bersosialisasi, bahkan kepercayaan terhadap orang lain. Luka ini tidak terlihat secara fisik, tapi pengaruhnya sangat nyata.

3. Kehilangan harapan

ilustrasi lilin(pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi lilin(pexels.com/MART PRODUCTION)

Ketika seseorang kehilangan harapan, dia tidak langsung menangis. Ia lebih sering diam. Melakukan rutinitas seperti biasa, tapi hati merasa kosong. Harapan yang dulu menjadi bahan bakar hidup seperti lulus kuliah tepat waktu, diterima bekerja di perusahaan impian atau menikah tepat waktu. Pelan-pelan itu semua lenyap.

Bentuk kehilangan ini sulit dijelaskan. Bahkan kita merasa baik-baik saja, tapi hati ini terasa kosong. Harapan adalah hal yang membuat kita terus bangun setiap pagi. Ketika harapan itu hilang, hidup menjadi sekadar bertahan, bukan berjalan.

4. Kehilangan keberanian untuk memulai

ilustrasi perempuan berdoa(pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi perempuan berdoa(pexels.com/Yan Krukau)

Pernah ada masa di mana kita mencoba dengan sepenuh hati, lalu jatuh sejatuh-jatuhnya. Setelah itu, muncul rasa takut. Takut untuk memulai. Bagaimana jika gagal? Padahal keberanian untuk bangkit masih ada, tapi keberanian itu seolah ikut patah bersama kegagalan terakhir.

Keberanian memudar bukan karena kita lemah, tapi karena kita pernah terlalu berani dan kalah. Maka jangan terlalu memaksa diri untuk hebat lagi. Mulailah perlahan dan kasih dirimu ruang.

5. Kehilangan tempat untuk pulang

ilustrasi sendirian(pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi sendirian(pexels.com/cottonbro studio)

Tempat pulang bukan cuma soal rumah. Dia bisa jadi seseorang, keluarga atau kota kecil yang dulu selalu jadi sumber kenyamanan. Kehilangan tempat pulang bisa terjadi ketika hubungan dengan keluarga memburuk, ketika kamu harus merantau dan tidak bisa kembali, atau saat tempat yang dulu terasa rumah kini sudah asing.

Hal paling menyakitkan dari kehilangan ini adalah kamu bisa berada di keramaian, tapi tetap merasa kesepian. Pulang bukan lagi tentang tempat, rasa kenyamananlah yang membuatnya berharga.

Bentuk kehilangan tidak selalu harus hal besar atau dramatis agar layak diakui. Bahkan kehilangan yang sunyi dan tidak dianggap keberadaannya pun berhak untuk dirasakan. Jika kamu sedang berada di fase ini, tenang. Kamu tidak sendirian. Beri waktu dan ruang untuk dirimu sendiri memahami semua ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us