Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Alasan Apakah Kamu Perlu Posting Progres Pembangunan Rumah

ilustrasi pembangunan rumah (pexels.com/José Carlos Alexandre)

Kamu pasti bangga, bahagia, dan penuh syukur saat rumah impian perlahan-lahan akan segera terwujud. Meski rumah itu masih dalam proses pembangunan yang direncanakan baru akan selesai beberapa bulan lagi, dirimu sangat antusias. Bisa membeli atau membangun rumah merupakan pencapaian yang gak mudah untukmu.

Ini bukan impian yang bisa diwujudkan dalam semalam. Dirimu rela menahan begitu banyak keinginan hanya agar dapat memiliki rumah sendiri. Ini membuatmu ingin menunjukkan setiap progres pembangunan di media sosial. Rasanya tidak ada materi lain yang lebih menarik bagimu untuk saat ini di luar proses pembangunan tersebut.

Tapi sebelum dirimu benar-benar mengunggah setiap kemajuan dalam proses pendiriannya, pikirkan lagi baik-baik. Boleh jadi itu bukan keputusan yang tepat. Bahkan lebih banyak keburukan daripada kebaikannya. Akan tetapi, mengunggahnya juga bukan hal yang sepenuhnya terlarang. Kamu dapat mengambil keputusan berdasarkan lima hal berikut.

1. Perlu jika kamu arstiteknya atau konten kreator khusus rumah

ilustrasi arsitek (pexels.com/Lex Photography)

Artinya, ada motivasi mempromosikan jasamu untuk ke depannya. Sebagai arsitek, mungkin sudah ada beberapa proyek pembangunan rumah yang ditangani olehmu. Biasanya kamu juga menunjukkan proses before dan after-nya agar orang yang ingin membangun rumah tahu hasil kerjamu. Ini meningkatkan kepercayaan mereka terhadapmu.

Dengan rutin mengunggah progres pembangunan rumah termasuk saat dirimu membangun rumah pribadi, klienmu berpotensi bertambah. Tentu gak cukup hanya dengan unggahan foto dan video. Berikan juga keterangan tentang material dan alasan di balik penentuan desainnya. Sisipkan promosi kalau teman-teman ingin mendirikan rumah juga bisa menghubungimu melalui DM.

Begitu pula apabila selama ini kamu merupakan kreator konten khusus rumah. Dirimu terbiasa mengulas rumah milik orang lain dari ukuran, desain, tata ruang, pilihan material serta perabot, dan sebagainya. Dari konten-konten tersebut kamu mengedukasi penonton sekaligus memperoleh penghasilan. Kalau pada akhirnya dirimu membangun rumah sendiri, tak ada salahnya menjadikannya bagian dari konten.

2. Tidak perlu bila hanya untuk pamer

ilustrasi pembangunan rumah (pexels.com/Brett Jordan)

Kesukaan pamer apa pun mesti dijauhi. Termasuk pamer akhirnya dirimu bakal punya rumah sendiri. Walau rasanya kamu bangga sekali karena telah bekerja keras sejak lama demi bisa membeli tanah dan mendirikan rumah, tahan hasrat pamer yang buruk. Ingat bahwa membeli atau membangun rumah kemudian menghuninya sama seperti memulai hidup baru.

Usahakan untukmu tidak mengawalinya dengan hal-hal yang kurang baik seperti pamer rumah. Toh, inti dari membangun rumah adalah supaya kamu dapat segera memiliki dan menghuninya. Gak penting orang lain mengetahuinya atau tidak, apalagi sampai ke perkembangan proses pembangunannya.

Pun dirimu bukan selebritas yang setiap hal dalam hidupnya ingin diketahui oleh masyarakat. Mulailah belajar menahan dorongan memamerkan apa pun. Khususnya hal-hal yang mahal seperti pembiayaan pembangunan rumah. Jangan mudah kalah oleh dorongan negatif yang muncul dalam diri. Rasa antusiasmu akan segera mempunyai rumah gak perlu diekspresikan dalam tindakan pamer.

3. Juga apabila mayoritas temanmu di dunia maya belum punya rumah

ilustrasi pengecekan rumah (pexels.com/RDNE Stock project)

Tentu di dunia maya tak setiap pemilik akun dikenal olehmu. Kamu jadi tidak bisa memastikan mereka semua sudah punya rumah atau belum. Namun, dirimu dapat mencermati teman-teman yang memang dikenal di dunia nyata. Apakah mereka telah memiliki rumah dan kamu yang paling akhir baru membangunnya?

Atau, masih banyak kawanmu yang boro-boro punya rumah sendiri. Mereka indekos saja memilih yang semurah mungkin. Asah kepekaan sosialmu dengan tidak mengunggah proses pembangunan rumah untuk menjaga perasaan mereka. Andai dirimu mengunggahnya, belum tentu mereka terinspirasi. 

Boleh jadi banjir unggahanmu tentang rumah hanya meningkatkan stres mereka. Terlebih dalam unggahan itu kamu menunjukkan betapa besarnya biaya pembangunannya. Sampai di tahap ini dirimu sudah habis uang sekian. Belum biaya ketika kamu membeli tanahnya. Semua itu bukannya membuat orang lain termotivasi justru minder dan gak yakin bakal bisa memilikinya juga.

4. Meningkatnya risiko kriminalitas juga harus dipikirkan

ilustrasi pembangunan rumah (pexels.com/Rene Terp)

Kalau kamu bisa memastikan lokasi rumah tidak ikut tersiar dalam unggahan masih cukup aman. Tapi bila tanpa sadar dirimu membuat video, foto, dan caption yang menunjukkan lokasi bisa meningkatkan risiko keamanan. Alamat rumah seharusnya tidak tersiar ke mana-mana.

Dirimu gak tahu apa yang seketika dipikirkan orang ketika melihat unggahanmu. Mungkin bukan proses pembangunannya yang menarik perhatian beberapa orang. Akan tetapi, keuntungan apa yang dapat diperoleh mereka dari rumahmu? Dari bentuk serta ukuran rumahmu bisa langsung diperkirakan kekayaanmu.

Tapi jangan salah, rumah sederhana pun tetap potensial menjadi target kejahatan kalau lokasinya mudah diketahui. Minimal di dalamnya pasti akan ada gadget karena kamu juga menggunakannya buat bikin unggahan. Belum lagi tampak kendaraanmu yang terparkir di sekitar rumah ketika membuat konten tersebut.

Mereka tinggal menunggu update selanjutnya darimu. Begitu dirimu sudah menghuninya bersama keluarga dan mengisi rumah dengan berbagai perabot, waktunya beraksi. Bahkan rumah masih setengah jadi pun, orang jahat yang lokasinya gak jauh dari situ dapat memanfaatkan informasi dari unggahanmu. Misalnya, mereka mencuri bahan-bahan bangunannya.

5. Mending fokus pembiayaan dan memantau langsung

ilustrasi pengecekan rumah (pexels.com/Thirdman)

Proses pembelian atau pembangunan rumah menimbulkan banyak beban pikiran. Terutama dari pembiayaannya yang tak sedikit, serta rasa ketar-ketir selama rumah belum jadi. Takutnya ada kendala apa pun yang membuat pembangunan rumah terhenti lalu bangunan terbengkalai.

Belum lagi jika kamu sekaligus dalam proses pindah dari luar kota untuk nantinya menghuni rumah tersebut. Pasti banyak sekali yang harus dipersiapkan sehingga menambah rasa lelah dan ongkos buat ke sana kemari. Memang main media sosial dapat mengalihkan perhatianmu sehingga tingkat stres agak berkurang.

Namun, lebih baik dirimu mengunggah hal-hal yang tidak berkaitan dengan rumah. Supaya duniamu gak terasa hanya tentang rumah yang malah bikin stresmu naik lagi. Terkait persoalan rumah, kamu sebagai pemilik cukup fokus mengatur keuangan supaya pembiayaannya lancar. Di samping dirimu masih harus bekerja seperti biasa buat menambah dana serta memantau progres pembangunan langsung di lokasi.

Progres pembangunan rumah paling penting terjadi di dunia nyata. Jika kamu ingin mendokumentasikan setiap perkembangannya tentu sangat boleh. Biar kelak dokumentasi itu dapat dilihat juga oleh anak-anakmu. Akan tetapi, membagikannya di media sosial sebaiknya jangan dilakukan dengan sembarangan. Pikirkan lagi niatmu yang sesungguhnya serta perbandingan manfaat dengan kerugiannya. Semoga rumah impianmu segera jadi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us