7 Cara Efektif Mengenalkan Emosi dan Mental Health ke Anak

Di era yang semakin terbuka terhadap isu kesehatan mental, banyak orangtua modern mulai sadar bahwa mengajarkan anak mengenali emosi bukanlah hal berlebihan, tapi justru kebutuhan. Sama seperti anak diajari membaca atau berhitung, kemampuan mengenali dan mengelola emosi adalah bekal penting dalam kehidupan sosial, akademik, bahkan saat mereka dewasa nanti.
Sebaliknya, bila anak yang tidak bisa mengekspresikan perasaan dengan kata-kata cenderung melampiaskannya lewat tangisan berlebihan, tantrum, atau bahkan perilaku agresif. Dalam jangka panjang, ini bisa berkembang menjadi masalah perilaku atau kecemasan. Tapi jangan khawatir, ada tujuh cara efektif yang bisa orangtua lakukan untuk mengenalkan emosi dan mental health ke anak-anak. Simak ulasannya di bawah ini, yuk!
1. Mulai dengan buku cerita berbasis emosi

Gunakan buku cerita anak yang menampilkan tokoh-tokoh dengan berbagai ekspresi: marah, sedih, takut, bahagia. Saat membacakan, tanyakan: “Menurut kamu, dia kenapa?” Ini melatih empati dan keterampilan membaca ekspresi emosional orang lain.
2. Ajarkan kosakata emosi sedikit demi sedikit

Selain marah dan sedih, tambahkan kata-kata seperti kecewa, kesal, gugup, bangga, terharu. Dengan punya banyak kosakata, anak jadi lebih bisa menggambarkan perasaannya secara spesifik dan tidak hanya menangis atau berteriak.
3. Validasi, bukan langsung menenangkan

Saat anak menangis atau kesal, hindari langsung berkata, “Udah, jangan nangis.” Sebaliknya, validasi dulu: “Kamu kelihatan kecewa, ya?” Ini membuat anak merasa didengar, dan mereka belajar bahwa menangis bukan sesuatu yang salah.
4. Ajak anak menggambar atau bermain peran tentang emosi

Anak usia dini lebih mudah mengekspresikan emosi lewat media visual atau permainan. Ajak mereka menggambar “wajah bahagia” dan “wajah marah”, atau mainkan boneka yang sedang merasa takut dan bahas bagaimana cara membantunya.
5. Jadilah contoh dalam mengelola emosi

Anak belajar dari apa yang dilihat. Saat orang tua marah lalu berkata, “Ibu sedang kesal, jadi Ibu mau tarik napas dulu,” anak akan meniru. Ini memberi contoh bahwa emosi boleh muncul, tapi bisa dikelola dengan cara sehat.
6. Buat emotional check-in harian

Sebelum tidur atau saat makan, tanyakan: “Hari ini kamu merasa apa saja?” Boleh lebih dari satu. Ini menjadi kebiasaan yang membiasakan anak terbuka, dan orangtua pun lebih peka terhadap perubahan emosinya.
7. Ajarkan teknik menenangkan diri secara ringan

Latih anak teknik sederhana seperti menarik napas dalam-dalam sambil menghitung, memeluk boneka favorit, atau memeluk diri sendiri (self-hug). Ini bisa jadi toolkit saat anak merasa kewalahan oleh emosinya.
Anak-anak tidak butuh orangtua yang sempurna. Tapi orangtua yang sadar dan mau belajar bersama. Mengenalkan emosi sejak dini bukan membuat anak jadi lembek, tapi justru memperkuat mereka untuk menjadi individu yang tangguh, penuh empati, dan siap menghadapi dunia yang kompleks.