Purnama Siklus Peredaran Bulan dan Hari Suci Hindu di Bali

Setiap tiga puluh sekali dalam penanggalan tradisional Bali umat Hindu di Bali maupun Nusantara akan merayakan Hari Suci Purnama. Hari suci ini dikeramatkan oleh umat Hindu di Bali. Pasalnya setiap Purnama tiba, mereka akan melaksanakan kegiatan keagamaan yang dianggap penting.
Kegiatan tersebut di antaranya Pemelaspasan atau upacara pembersihan terhadap bangunan baru, Karya Agung atau upacara terbesar yang biasanya dilaksanakan dalam kurun waktu puluhan tahun sekali, Piodalan atau peringatan pada tempat suci seperti pura, dan merajan dilaksanakan enam bulan sekali. Selain melaksanakan kegiatan penting, masyarakat Hindu di Bali juga menghaturkan sesajen atau banten.
1. Upakara sebagai wujud bakti

Sesajen yang dihaturkan juga beragam, seperti canang, soda, dan pejati. Berbagai sesajen atau banten tersebut dihaturkan ke hadapan Tuhan Hyang Maha Esa melalui manifestasi beliau sebagai Dewa Siwa.
Dewa Siwa sebagai Guruning jagat atau berarti gurunya dunia, berhak atas hidup dan matinya makhluk hidup dalam kepercayaan Hindu di Bali. Oleh sebab itu, Hari Suci Purnama adalah momentum umat Hindu untuk ingat kembali kepada Ia yang telah memberikan ujian serta cobaan dalam menjalani kehidupan.
2. Siklus peredaran bulan

Perlu diketahui, Hari Suci Purnama jatuh setiap tiga puluh hari sekali. Berdasarkan sistem penanggalan tradisional Bali atau dikenal dengan Wariga, Purnama jatuh pada Penanggal ping limolas. Penanggal (paroh terang) disebut juga Suklapaksa, merupakan siklus peredaran bulan mengelilingi bumi.
Suklapaksa atau penanggal dimulai setelah Hari Suci Tilem. Hari Suci Tilem jatuh pada panglong (paruh gelap) atau kresnapaksa ping limolas. Sehingga sehari setelah Tilem disebut dengan Suklapaksa ping siki, atau disebut bulan paruh terang pertama. Setelah suklapaksa ping pisan, akan dilanjutkan dengan suklapaksa ping kalih, seterusnya hingga suklapaksa ping patbelas atau paruh terang keempat belas.
Paruh terang keempat belas disebut dengan purwani atau sehari sebelum Purnama. Setelah purwani maka tiba suklapaksa ping limolas merupakan keadaan bulan yang bulat sempurna sehingga disebut Purnama.
3. Purnama dan introspeksi diri

Hari Suci Purnama selain melaksanakan pemujaan kepada para dewata, juga merupakan momentum penyadaran terhadap diri sendiri. Di dalam diri manusia terdapat sang atma sebagai percikan terkecil dari Tuhan. Namun sering kali manusia sebagai makhluk ciptaannya kurang menyadari keberadaan Tuhan di dalam dirinya.
Sehingga amarah, dengki, iri hati menyelimuti kesucian dari anugerah Tuhan tersebut. Akibatnya, manusia akan susah mendapatkan kebahagiaan lahir batin selama menjalani kehidupan. Maka penting di Hari Suci Purnama melakukan introspeksi diri, memaafkan dan mengubah perilaku diri sendiri agar menjadi manusia yang utama.