5 Hewan Jadi Indikator Sumber Air Bersih

Kebersihan air menjadi aspek vital dalam menjaga ekosistem dan kesehatan manusia. Banyak metode ilmiah digunakan untuk memantau kualitas air, salah satunya melalui bioindikator, yaitu makhluk hidup yang dapat mencerminkan kondisi lingkungan tempat tinggalnya. Beberapa hewan air ternyata sangat sensitif terhadap polusi, sehingga kehadiran atau ketiadaan mereka bisa memberikan petunjuk penting tentang kualitas air suatu wilayah.
Bioindikator alami ini tidak hanya membantu para peneliti mengukur pencemaran, tetapi juga memberikan informasi awal terhadap perubahan ekosistem yang mungkin tidak langsung terlihat oleh manusia. Berikut ini adalah lima hewan yang berperan sebagai indikator penting dalam menilai kebersihan sumber air yang dilansir dari earthtimes.org
1. Capung

Larva capung hidup di perairan bersih dan memiliki toleransi rendah terhadap limbah serta bahan kimia. Keberadaan larva capung sering dijadikan indikator awal bahwa sebuah sumber air relatif tidak tercemar. Menurut Devon.gov.uk, jika populasi larva capung banyak ditemukan di suatu sungai atau danau, besar kemungkinan air tersebut memiliki kadar oksigen terlarut yang tinggi dan tingkat polusi yang rendah.
Sebaliknya, jika larva capung mulai menghilang dari habitatnya, hal itu bisa menjadi pertanda adanya gangguan dalam ekosistem air tersebut. Kamu bisa dengan mudah mengetahui kebersihan air dekat rumahmu dengan melihat jumlah capung yang hidup di sana.
2. Katak

Katak dan kodok sangat sensitif terhadap perubahan kualitas air dan lingkungan karena kulit mereka yang tipis dan mudah menyerap zat kimia dari lingkungan. Mereka hidup dalam dua dunia—air dan darat—sehingga perubahan pada salah satu habitat tersebut akan sangat memengaruhi kelangsungan hidupnya. Keberadaan populasi amfibi sering kali dijadikan penanda alami tentang apakah sebuah ekosistem air terganggu oleh polusi atau tidak.
Penurunan drastis jumlah katak dan kodok di suatu area bisa menjadi alarm bahaya terhadap pencemaran bahan kimia seperti pestisida, logam berat, atau limbah industri. Menurut Ivana Mali, The Ecology Wildlife Foundation Distinguished Scholar for Conservation Biology at NC State, bahkan dalam beberapa kasus, kelainan bentuk atau mutasi yang terjadi pada katak juga bisa menunjukkan adanya bahan toksik dalam sistem perairan.
3. Ikan salmon

Salmon dikenal sebagai ikan yang sangat bergantung pada kebersihan air untuk bisa bertahan hidup dan berkembang biak. Mereka membutuhkan aliran sungai yang bersih, jernih, dan kaya oksigen untuk bertelur. Menurut Guido Rahr, President and CEO Wild Salmon Center, jika kondisi air mulai tercemar atau terjadi perubahan suhu dan kadar oksigen yang drastis, populasi salmon akan segera berkurang.
Karena sensitivitasnya terhadap polusi dan perubahan lingkungan, kehadiran salmon sering dijadikan tolok ukur dalam pemantauan kualitas sungai di negara-negara seperti Kanada, Jepang, dan Amerika Serikat. Jika salmon bisa bertahan dan berkembang biak dengan baik, berarti ekosistem air di wilayah tersebut berada dalam kondisi sehat.
4. Siput air

Siput air, khususnya jenis-jenis yang tidak tahan terhadap polusi, juga kerap digunakan sebagai indikator biologis dalam pengamatan kualitas air. Keberadaan siput air tertentu seperti Lymnaea stagnalis menandakan air dengan kualitas baik, sedangkan keberadaan jenis siput tahan polusi seperti Physa acuta bisa menjadi tanda adanya pencemaran organik tinggi di suatu badan air.
Dalam beberapa studi ekologi, rasio antara jumlah siput sensitif dan siput tahan polusi digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran air. Jadi meskipun sering dianggap sebagai hewan kecil yang tak penting, keberadaan atau hilangnya siput air bisa berbicara banyak soal kondisi lingkungan perairan.
5. Udang dan krustasea kecil

Udang dan krustasea air tawar lainnya seperti amfipoda atau copepoda sangat peka terhadap kualitas air. Mereka hanya dapat hidup di lingkungan air dengan tingkat oksigen yang cukup, suhu yang stabil, dan bebas dari logam berat. Jika ekosistem tercemar, populasi udang akan menurun drastis atau bahkan hilang sepenuhnya.
Keberadaan udang juga sering digunakan dalam eksperimen toksikologi untuk mengetahui dampak zat kimia terhadap organisme akuatik. Karena udang mudah diperoleh dan cepat bereaksi terhadap pencemaran, mereka menjadi indikator ideal dalam mengamati dampak pencemaran baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Kehadiran atau ketiadaan beberapa hewan tertentu di sumber air bisa memberikan gambaran yang sangat jelas mengenai kualitas lingkungan tersebut. Dari larva capung hingga ikan salmon, semuanya memiliki sensitivitas masing-masing terhadap perubahan lingkungan dan pencemaran. Menjaga lingkungan tidak hanya tugas kita, namun sebagai bentuk menjaga habitat beberapa hewan tidak punah.
https://earthtimes.org/blogs/nature/dragonflies-indicator-species-environmental-health?srsltid=AfmBOoq2cOxhpfunAIy0XLbl9jXNPUzljjA2OJJXqaMHSYpDw1E8dA8B
https://cnr.ncsu.edu/news/2023/04/amphibians-water-quality/