Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Daftar Budaya dari Tabanan yang Masuk WBTB Nasional

Entil khas Pupuan, Tabanan. (instagram.com/warungdedy_)
Entil khas Pupuan, Tabanan. (instagram.com/warungdedy_)

Kabupaten Tabanan memiliki 12 budaya yang tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia. Budaya ini cukup beragam dari tradisi, kesenian, hingga kuliner tradisional. Artikel ini akan mengulas lima WBTB asal Kabupaten Tabanan. Apa saja? Berikut daftarnya!


1. Entil Sanda

Entil khas Pupuan, Tabanan. (instagram.com/warungdedy_)
Entil khas Pupuan, Tabanan. (instagram.com/warungdedy_)

Entil Sanda merupakan kuliner tradisional khas Tabanan yang cukup populer. Seperti namanya, Entil berasal dari Desa Sanda, Kecamatan Pupuan. Isiannya mirip lontong, hanya saja daun pembungkusnya menggunakan Daun Kalingidi. Daun ini akan memberikan aroma dan rasa yang khas, serta warna hijau alami.

Entil biasanya menggunakan beras lokal yang dicampur dengan beras merah, lalu dimasak sekitar lima jam. Daun Kalingadi membuat Entil bisa bertahan selama tiga hari. Pada zaman dulu, Entil biasanya dilengkapi dengan lauk urutan, tum daun ubi, dendeng asap, serta kerupuk. Kini, Entil menggunakan ayam suwir, telur rebus, serundeng, sayur ubi, kacang, serta kuah. Entil Sanda mendapatkan pengakuan secara resmi sebagai WBTB kuliner tradisional khas Tabanan pada 2025.

2. Mesuryak

Kegembiraan saat pelaksanaan Tradisi Mesuryak. (Infowisata.tabanankab.go.id)
Kegembiraan saat pelaksanaan Tradisi Mesuryak. (Infowisata.tabanankab.go.id)

Tradisi Mesuryak masuk secara resmi sebagai WBTB Nasional pada 2025, berbarengan dengan Entil Sanda. Tradisi unik ini berasal dari Dusun Bongan Gede, Desa Bongan, Kecamatan Tabanan. Mesuryak dilaksanakan setiap Hari Raya Kuningan, tepatnya pada Sabtu, Saniscara Kliwon, Wuku Kuningan.

Tradisi ini dilaksanakan pada pagi hari yaitu pukul 09.00 Wita hingga pukul 12.00 Wita. Saat pelaksanaan Mesuryak, warga akan membagi-bagikan uang kepada warga sekitarnya. Pembagian uang tersebut dengan cara menghamburkan uang ke udara sambil mesuryak atau berteriak dalam suasana gembira. Hal ini sebagai simbol untuk memberikan bekal kepada para leluhur yang telah turun ke dunia sejak Hari Raya Galungan.

3. Megandu

megandu tabanan
Permainan Megandu dari Banjar Ole, Desa Marga Dauh Puri, Kecamatan Marga. (Dok.IDN Times/BEM FH Unud)

Megandu merupakan permainan tradisional yang berasal dari Banjar Ole, Desa Marga Dauh Puri, Kecamatan Marga. Mulanya, permainan ini sudah hampir punah sehingga beberapa orang berupaya untuk melestarikannya. Megandu biasanya dilakukan di sawah saat anak-anak ikut orangtuanya pergi ke sawah. Orangtuanya bekerja di sawah, sedangkan anak-anak bermain Megandu.

Megandu berasal dari kata gandu yang artinya melempar bola. Bolanya terbuat dari jerami. Setiap anak menyetor satu bola jerami kemudian melakukan suten untuk mengundi siapa yang bertugas sebagai pencari bola. Si pencari bola berusaha melilitkan tali ke anak-anak yang mengambil bola yang diletakkan pada sebuah batang.

Jika ada anak yang terkena tali, maka ia siap digandu (boleh dilempar bola). Anak yang terkena gandu akan bertukar tugas sebagai pencari bola.

Permainan Megandu biasanya dimainkan setelah panen. Lokasi yang dipilih adalah petak sawah yang telah selesai dipanen. Megandu terdaftar sebagai WBTB sejak 2023.

4. Ngerebeg Keris Ki Baru Gajah

Keris Ki Baru Gajah saat prosesi Tradisi Ngerebeg. (YouTube.com/Puri Kediri)
Keris Ki Baru Gajah saat prosesi Tradisi Ngerebeg. (YouTube.com/Puri Kediri)

Tradisi Ngerebeg Keris Ki Baru Gajah erat kaitannya dengan keberadaan Keris Ki Baru Gajah pemberian dari Dang Hyang Dwijendra. Nama Ki Baru Gajah didapat karena keris ini konon digunakan untuk membunuh Ki Bhuta Babahung berkepala gajah. Keris ini dipercaya memiliki kekuatan suci untuk mengusir berbagai macam hama penyakit.

Pelaksanaan Tradisi Ngerebeg Keris Ki Baru gajah bertepatan dengan Hari Raya Kuningan. Warga akan mengusung keris ini dari Puri Kediri menuju ke Pura Pekendungan yang berada dekat dengan Pura Tanah Lot. Perjalanan sejauh 11 kilometer ini, diyakini akan mengusir hama penyakit dan kekuatan-kekuatan negatif yang dapat mengganggu kehidupan warga Kediri, sehingga mendatangkan kesejahteraan. Tradisi Ngerebeg Keris Ki Baru Gajah masuk secara resmi sebagai WBTB Indonesia pada 2020.

5. Tari Joged Nini atau Rejang Nini

Ilustrasi tanaman padi. (Unsplash.com/Mufid Majnun)
Ilustrasi tanaman padi. (Unsplash.com/Mufid Majnun)

Tari Joged Nini atau Rejang Nini merupakan tari sakral yang berasal dari Desa Buruan, Kecamatan Penebel. Tari sakral ini biasanya dipentaskan saat upacara Ngusaba Nini di Pura Puseh Desa Buruan. Tari Joged Nini sebagai simbol ucapan rasa syukur warga atas hasil panen yang melimpah.

Tari Joged Nini nyaris punah, karena terakhir kali dipentaskan pada 1950. Setelah itu, tarian ini tidak pernah lagi dipentaskan. Beberapa komunitas pelestari seni dan budaya Tabanan kemudian berinisiatif untuk merekonstruksi ulang tarian tersebut pada 2010.

Tari Joged Nini terdiri dari 11 orang penari perempuan yang belum menstruasi. Pementasaannya pada saat prosesi memohon nini (helai padi) yang dibawa dari Pelinggih (bangunan suci) Gaduh ke Jineng (tempat penyimpanan padi) di Pura Puseh. Tari Joged Nini diiringi oleh Gending Nini dan Gamelan Tingklik. Tari Joged Nini masuk sebagai WBTB pada 2021.

Pengakuan budaya dan tradisi Tabanan sebagai WBTB tentu sangat penting. Selain agar tidak diakui oleh daerah lain, juga bisa menjadi sarana untuk melestarikan budaya dan tradisi tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us

Latest Life Bali

See More

10 Bahasa Bali Terlihat Sama dengan Bahasa Indonesia, Namun Beda Arti

19 Okt 2025, 15:40 WIBLife