Mengenal Apa Itu Pelangkiran Hindu di Bali dan Fungsinya

Setiap rumah tangga yang menganut Hindu di Bali, pasti punya sebuah kotak kayu tanpa penutup di satu sudut ruangan. Kotak ini berhiaskan ukiran dan kain. Kotak ini dinamakan pelangkiran. Pelangkiran berasal dari kata langkir, yang bermakna sebagai tempat memuja. Setiap keluarga Hindu di Bali punya ciri khas bentuk pelangkiran yang berbeda-beda.
Zaman dahulu, pelangkiran ini berupa bokor, sebuah pinggan besar cekung dan bertepi lebar yang terbuat dari logam. Bokor ini digantung pada langit-langit kamar. Namun, seiring pergantian waktu, bokor ini mulai tergantikan pelangkiran berbahan kayu. Lalu apa itu pelangkiran Hindu di Bali dan fungsinya? Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.
Pelangkiran biasanya terletak pada setiap kamar umat Hindu di Bali

Pelangkiran umumnya terletak di setiap kamar umat Hindu di Bali. Pelangkiran berfungsi sebagai tempat mengaturkan sesajen untuk memohon keselamatan dalam ruangan kamar. Selain di kamar, pelangkiran bisa diletakkan di ruang kerja maupun dapur. Tentunya, setiap ruangan memuja dewa dan dewi yang berbeda. Contoh di dapur, pelangkiran secara spesifik ditujukan kepada Dewa Brahma, sang penguasa arah Selatan sebagai titik umum lokasi dapur rumah orang Bali.
Lalu, bagi orangtua yang baru memiliki bayi, pelangkiran di kamar tujuannya untuk memohon perlindungan kepada Sang Hyang Kumara. Sehingga, dari penjelasan awal ini, fungsi pelangkiran tergantung pada tujuan dan letaknya. Perbedaan letak akan memengaruhi pemujaan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa.
Pelangkiran kini jadi solusi bagi anak kos maupun mereka yang merantau

Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat menetapkan ketentuan membangun tempat sembahyang Hindu pada 1968 silam. Ada delapan poin dalam ketentuan tersebut yang memudahkan keputusan umat Hindu dalam menentukan tempat sembahyang sesuai dengan segala aspek kehidupan.
Ketentuan pertama, kalau tidak mempunyai tempat tinggal yang dapat dianggap tempat suci terdekat sehari-hari ialah di hati kita sendiri. Kedua, kalau kita hanya mempunyai satu kamar, maka tempat suci kita wujudkan dalam bentuk pelangkiran. Sehingga, meskipun masih tinggal di kamar indekos ataupun rantauan, pelangkiran ini dapat menjadi solusi.
Posisi meletakkan pelangkiran yang terbaik adalah ke arah Timur Laut

Rumah-rumah zaman dulu di Bali, meletakkan pelangkiran dalam rumah untuk memuja leluhur. Posisinya berada di bagian langit-langit rumah tradisional, tepat di atas tempat tidur. Pada masa lalu, pelangkiran lebih condong untuk memuja leluhur dan Dewa Dewi yang berstana pada beberapa pura suci Dang Kahyangan yang ada di Bali.
Secara umum, posisi pelangkiran sesuai arah hulu, yaitu Timur atau Utara. Jika memungkinkan, posisi yang terbaik adalah terletak di arah Timur Laut atau kaja kangin. Arah Timur diyakini sebagai terbitnya Matahari yang mampu mengarahkan manusia ke jalan terang. Setiap pelangkiran berisi daksina tapakan atau daksina linggih sebagai stana Tuhan. Daksina dibalut dengan kain putih kuning, selanjutnya mempersembahkan pejati. Secara umum, pejati dapat diganti setiap Hari purnama, tilem, atau kajeng kliwon. Jika belum mampu mengganti pejati, maka dapat mempersembahkan canang.