Survei BPS: Lulusan Diploma di Bali Banyak yang Menganggur

Mending cari kerja atau buka usaha sendiri nih?

Denpasar, IDN Times - Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Agustus 2019 lalu, menunjukkan adanya penurunan jumlah angkatan kerja bila dibandingkan dengan Agustus 2018 lalu.

Sedangkan jumlah penduduk yang bekerja mengalami penurunan. Penduduk yang menganggur pun mengalami kenaikan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada bulan Agustus 2019 saja tercatat sebesar 1,52 persen.

"Naik sebesar 0,15 poin bila dibandingkan dengan kondisi Agustus 2018 yang tercatat sebesar 1,19 persen," terang Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, Adi Nugroho, pada Selasa (5/11) kemarin.

Kaitannya dengan perekonomian Bali, kata Adi, pekerja adalah sumber daya manusia (SDM) yang menghasilkan nilai ekonomi. Namun ketika menganggur, maka SDM ini tidak terpakai, yang secara otomatis tidak menyumbang perekonomian. Artinya, semakin banyak orang menganggur, semakin tidak ada sumbangan terhadap  perekonomian Bali. Pada akhirnya, perekenomian Bali menjadi tidak tumbuh dengan baik.

Lantas, kenapa angka penganggurannya semakin meningkat? Adi lalu membuatkan contoh kasus seperti ini:

Sebuah manufaktur akan membuka lowongan kerja ketika permintaan pasar terhadap produknya mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Namun sebaliknya, ketika kondisi permintaan produk menurun, manufaktur cenderung akan mengurangi SDM-nya. Inilah yang menyebabkan meningkatnya angka pengangguran.

1. Sebanyak 37.551 orang menganggur di tahun 2019

Survei BPS: Lulusan Diploma di Bali Banyak yang Menganggursigmalive.com

Pada Agustus 2019, tercatat ada 3.338.767 orang termasuk dalam kategori penduduk usia kerja. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.466.230 orang merupakan Angkatan Kerja (Penduduk usia kerja yang siap bekerja atau membuka usaha), dan sebanyak 872.537 orang tercatat sebagai Bukan Angkatan Kerja (Penduduk usia kerja dengan kegiatan sekolah, mengurus rumah tangga, dan kegiatan lainnya).

Dari total Angkatan Kerja, sebanyak 2.428.679 orang (98,48 persen) tercatat sebagai penduduk bekerja. Sedangkan sebanyak 37.551 orang (1,52 persen) tercatat sebagai penduduk Bali yang menganggur.

“Bali sekarang pada posisi 1,52. Artinya dekat dengan nol. Jadi boleh dikatakan seluruh orang yang siap kerja di Bali. Seluruh angkatan kerja di Bali itu mendapatkan ruang untuk bekerja. Hampir seluruh,” ucapnya.

Sedangkan untuk Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) bulan Agustus 2019 tercatat sebesar 73,87 persen. Menurun 2,91 poin dibandingkan bulan Agustus 2018, yang pernah tercatat sebesar 76,78 persen.

2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) didominasi lulusan diploma

Survei BPS: Lulusan Diploma di Bali Banyak yang MenganggurPexels/Emily Ranquist

Berdasarkan tamatan pendidikannya, TPT terendah tercatat pada pendidikan SMP ke bawah sebesar 0,54 persen. Sementara TPT pada pendidikan diploma I/II/III merupakan TPT tertinggi dengan persentase sebesar 4,03 persen. Lulusan universitas tercatat menyumbang TPT sebesar 2,01 persen. Lalu disusul oleh lulusan SMK sebesar 4,89 persen.

“Banyak indikator perekonomian Bali tumbuh lebih baik daripada nasional 5,02. Kita 5,34 sebelumnya juga begitu, yang tandanya jika dibandingkan dengan situasi nasional atau wilayah lain, Bali itu memang lebih baik ekonominya. Karena ekonominya lebih baik, maka kesempatan kerja yang tersedia juga lebih baik, dan dalam sistem ekonomi terbuka begini pasti mendorong orang untuk berusaha,” jelasnya.

3. Sebanyak 1.128.042 orang bekerja sebagai buruh

Survei BPS: Lulusan Diploma di Bali Banyak yang Menganggurunsplash.com/jezael

Jika dilihat berdasarkan status pekerjaan utamanya pada bulan Agustus 2019, sebanyak 1.128.042 orang (46,45 persen) menyandang status pekerjaan sebagai buruh/karyawan/pegawai.

Kalau berdasarkan jam kerjanya, sebanyak 1.823.098 orang (75,07 persen) bekerja minimal 35 jam dalam seminggu.

Karakteristik lainnya bisa dilihat berdasarkan lapangan pekerjaannya. Yaitu struktur penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil serta sepeda motor; sektor pertanian; kehutanan dan perikanan; sektor industri pengolahan; dan penyedia akomodasi dan makan minum. Secara akumulasi, keempat lapangan usaha tersebut mampu menyerap sebanyak 66,42 persen dari total 2.428.377 penduduk yang bekerja.

Peran pihak swasta disebutnya sangat penting dalam menyerap tenaga kerja. Karena ada asumsi: apabila suatu daerah mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, maka bisa dipastikan bahwa pihak swasta banyak yang ikut berperan di dalamnya. Lalu mengapa bukan sektor pemerintahan?

Perlu diketahui bersama, sektor pemerintahan hanya terbatas pada penyerapan tenaga kerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sehingga masyarakat dan pencari kerja akan memburu kesempatan di sektor swasta yang ada.

“Dan Bali. Kenapa? Bali perekonomiannya baik sehingga itu menarik untuk melakukan usaha, dan menarik untuk orang yang sedang mencari pekerjaan. Di kesempatan begitu, swasta berpotensi mencari keuntungannya dan juga membantu menumbuhkan ekonomi tempat tersebut. Di situlah Pemerintah membutuhkan swasta, karena pemerintah ingin semua masyarakatnya bekerja,” jelasnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya