RSUP Sanglah Punya Mesin Teleterapi LINAC Untuk Pasien Kanker

Pasien tidak perlu mengantre lama nih

Denpasar, IDN Times - Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar merupakan satu dari rumah sakit di Bali yang memiliki alat radioterapi untuk pengobatan pasien kanker. Namun satu alat yang dimilikinya tidak sebanding dengan kasus kanker baru, dan memerlukan pengobatan setiap tahunnya.

Hal ini menimbulkan antrean pasien kanker yang memerlukan tindakan radioterapi. Untuk mengurai antrean dan optimal melayani pasien kanker lebih banyak, RSUP Sanglah menambah alat radioterapinya berupa mesin teleterapi Linear Accelerator (LINAC).

1. Setahun bisa ada 500 kasus kanker baru yang antre untuk penindakan radioterapi

RSUP Sanglah Punya Mesin Teleterapi LINAC Untuk Pasien Kankeropenmedscience.com

Menurut Dokter Spesialis Onkologi Radiasi RSUP Sanglah, dr Ngakan Putu Daksa Ganapati Sp Onk Rad, sebelum adanya mesin teleterapi LINAC, RSUP Sanglah hanya memiliki mesin Cobalt-60 untuk melayani radioterapi pasien kanker. Rata-rata RSUP Sanglah mampu menangani 70-80 pasien kanker per hari dengan jam operasionalnya sampai pukul 20.00 Wita.

Pasien kanker ini tidak hanya datang dari Bali. Ada yang rujukan dari Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan sebagian wilayah Indonesia bagian Timur.

Kata Daksa, RSUP Sanglah mampu memberikan tindakan radiaterapi kepada 500 pasien kanker baru tahun 2019 lalu. Namun, juga tercatat sebanyak 500 pasien kanker mengantre di tahun yang sama.

Baca Juga: 7 Cara Mencegah Penyebaran Virus Corona di Tempat Kerja Menurut WHO

2. Adanya mesin teleterapi LINAC ini diharapkan bisa mengurai antrean

RSUP Sanglah Punya Mesin Teleterapi LINAC Untuk Pasien KankerMesin teleterapi LINAC di RSUP Sanglah (Dok.IDN Times/Istimewa)

Adanya mesin teleterapi LINAC ini diharapkan bisa mengurai antrean pasien kanker di RSUP Sanglah. Jika sudah siap beroperasi, mesin LINAC bisa melayani 40-50 pasien per hari untuk tahap awal. Jumlah ini bisa bertambah apabila Sumber Daya Manusia (SDM) yang mengoperasikan alat sudah semakin terbiasa.

"Jadi tahap awal setidaknya bisa mengambil 40-50 pasien per hari dulu. Jika SDM sudah terbiasa, jumlah ini bisa bertambah," jelas Daksa.

Sehingga jika biasanya satu alat rata-rata melayani sekitar 70 pasien per hari, maka dengan mesin LINAC bisa mencapai 110-120 pasien per hari.

"Karena sudah ada dua mesin. Maka pasien yang diambil pun bisa semakin banyak dan diharapkan bisa mengurai antrean," ujar Daksa.

3. Satu pasien kanker memerlukan waktu tujuh minggu untuk menjalani radioterapi

RSUP Sanglah Punya Mesin Teleterapi LINAC Untuk Pasien KankerMesin teleterapi LINAC di RSUP Sanglah (Dok.IDN Times/Istimewa)

Umumnya, satu pasien kanker memerlukan waktu sekitar 6-7 minggu untuk menjalani pengobatan radioterapi dan sesuai indikasinya juga.

"Jadi pasien kanker tidak hanya sekali atau dua kali jalani radioterapi lalu  selesai. Tetapi bisa 30-35 kali. Biasanya dijadwalkan setiap hari dari Senin-Jumat. Diberikan jeda dua hari untuk memulihkan kondisi, kemudian mulai lagi sampai periode pengobatan selesai dijalankan. Karena itulah memakan waktu enam sampai tujuh minggu," jelas Daksa.

Setelah periode pengobatan pasien selesai, barulah pihak rumah sakit bisa memasukkan jadwal pasien baru untuk menjalani radioterapi.

4. Kelebihan Mesin LINAC:

RSUP Sanglah Punya Mesin Teleterapi LINAC Untuk Pasien KankerMesin teleterapi LINAC di RSUP Sanglah (Dok.IDN Times/Istimewa)

Menurut daksa, mesin LINAC memiliki beberapa kelebihan dibandingkan Cobalt-60. Yaitu dosis yang diberikan lebih maksimal pada daerah target, dengan meminimalkan dosis  pada daerah jaringan yang sehat. Hal ini dapat meningkatkan kontrol lokal sekaligus mengurangi efek samping secara signifikan.

"Untuk angka keberhasilan tidak berbeda dengan Cobalt-60. Hanya saja mesin teleterapi LINAC dosisnya bisa lebih maksimal diberikan dengan efek samping yang lebih berkurang," ungkap Daksa.

Pengobatan radioterapi ini juga memiliki efek samping. Namun hanya terjadi di area lokal saja. Artinya, hanya terjadi pada area yang mendapatkan tindakan radioterapi. Hal ini berbeda dengan tindakan pengobatan kemoterapi yang bisa memberikan efek lebih luas di seluruh tubuh.

Contoh efek samping lokal itu misalnya tindakan radioterapi di daerah perut. Maka hanya organ di sekitar area perut saja yang menimbulkan efek samping, seperti mengalami diare atau gangguan pencernaan lain, atau kulit di sekitar perut tempat dilakukan radioterapi menghitam.

Baca Juga: 8 Cara Mencegah Virus Corona yang Salah Kaprah Menurut Medis

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya