Bahaya Kejahatan Child Grooming, Berkaca di Sinetron Suara Hati Istri

Hati-hati kalau ada orang sedang memuji-muji anak

Baru-baru ini masyarakat Indonesia dikejutkan oleh tayangan sinetron di stasiun televisi yang berjudul Suara Hati Istri. Masyarakat memprotes karena selain ada tokoh perempuan masih di bawah umur memerankan sebagai istri muda, sinetron ini juga seperti meromantisasi child grooming dan pedofilia. Ada adegan berbisik di telinga, memuji, hingga mengelus tangan meskipun sudah menjadi istri seorang laki-laki.

Berkaca dari sinetron tersebut, sebenarnya apa itu child grooming dan kaitannya dengan pedofilia? Berikut penjelasan dari Psikolog di Kabupaten Tabanan, Ni Ketut Jeni Adhi SPSi MPSi Psikolog.

Baca Juga: Sinetron Suara Hati Istri Dikecam, Ketua KPI Akan Panggil Indosiar  

1. Child grooming adalah kejahatan terselubung yang menyematkan kata pujian dulu untuk memperdaya korbannya

Bahaya Kejahatan Child Grooming, Berkaca di Sinetron Suara Hati Istriwftv.com

Child grooming mungkin masih terdengar awam di telinga masyarakat. Menurut Jeni, child grooming merupakan suatu kejahatan di mana orang dewasa berupaya untuk membangun hubungan, kepercayaan, dan ikatan emosional dengan anak yang nanti arahnya menuju ke eksploitasi, pelecehan hingga kekerasan seksual.

Pelaku bisa saja berperan sebagai orang yang dihormati oleh anak-anak, seperti tutor atau guru yang mereka kenal di lingkungannya. Tetapi tidak menutup kemungkinan pelaku dikenal anak lewat interaksi di media sosial (Medsos). Pendekatan mereka adalah memuji si anak dan menyanjungnya. Sehingga anak menganggap pelaku adalah orang yang paling paham mengenai dirinya.

"Misalnya, pelaku kerap memuji si anak bahwa ia lebih dewasa dan lebih baik dari teman-teman seusianya," ujar Jeni, ketika diwawancara Rabu (3/6/2021).

Setelah mendapatkan kepercayaan dan si anak sudah diperdaya, mereka akan menggiring dia ke niat awalnya. Yaitu melakukan tindakan seperti pelecehan dan kekerasan seksual, menjadikannya pasangan, hingga menjual si anak.

Baca Juga: Belajar dari Kasus Sulinggih, Kenapa Korban Pelecehan Sulit Berteriak?

2. Child grooming tidak semuanya mengarah ke pedofilia

Bahaya Kejahatan Child Grooming, Berkaca di Sinetron Suara Hati Istrinspt4kids.com

Child grooming dan pedofilia, lanjut Jeni, sama-sama sebuah kejahatan yang menargetkan anak di bawah umur. Namun tidak selamanya child grooming mengarah ke kasus pedofilia.

"Untuk ini kita harus menilik kasusnya. Pedofilia adalah kasus pelecehan anak di mana pelaku memiliki kelainan dan menargetkan lebih dari satu anak. Apabila pelaku child grooming ini juga menyasar banyak anak, maka bisa dikatakan mengarah ke pedofilia," jelas Jeni.

Jeni menegaskan child grooming tentu saja sebuah kejahatan yang mengarah ke seksualitas.

"Sebagai orang dewasa yang bernalar dan paham etika tentu tidak berpikir dan tidak membenarkan untuk tertarik secara seksual kepada anak-anak. Sehingga ketika orang dewasa justru mengarahkan anak-anak ke hal-hal yang belum layak dikenal untuk usianya, sudah mengarah ke kejahatan."

3. Orangtua harus memantau aktivitas anak-anaknya. Luangkan waktu untuk mendengarkan cerita mereka

Bahaya Kejahatan Child Grooming, Berkaca di Sinetron Suara Hati IstriPexels.com/rawpixel.com

Lalu bagaimana mencegah anak agar terhindar dari child grooming? Menurut Jeni, di tengah kemajuan teknologi seperti sekarang, anak-anak mudah mengakses informasi. Bahkan informasi yang tidak boleh ia ketahui di usianya, memerlukan kontrol dan pengawasan dari orangtua.

"Saat ini anak-anak justru tahu mengenai hubungan lawan jenis melalui game atau lewat media sosial. Di sinilah diperlukan kontrol dari orangtua," ungkap Jeni.

Anak-anak yang bermain medsos besar kemungkinan akan menjadi mangsa pelaku child grooming. Untuk itu orangtua sesekali harus mengecek chat maupun interaksi anaknya di medsos.

"Jika ada percakapan maupun interaksi dengan orang lebih dewasa dan mengarah pembicaraan orang dewasa, segera dekati anak. Jangan langsung menuduh. Tanyakan pelan-pelan, anak pasti akan mau terbuka."


Orangtua juga harus sering mendengarkan cerita keseharian anak-anaknya untuk mencegah mereka terjebak dalam child grooming.

"Orangtua memang terkadang sibuk. Tetapi 30 menit hingga satu jam dalam sehari, pun mendengar cerita anak itu sudah sangat berarti bagi mereka. Jadi luangkanlah waktu untuk mendengarkan cerita anak di rumah," katanya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya