Kasus Bipolar di Bali Relatif Lebih Sulit untuk Didiagnosis, Mengapa?
Semoga kita lebih peduli dengan kesehatan mental ya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Apakah kamu sering mendengar kata bipolar? Ternyata siapa saja berpotensi untuk mengalaminya, bahkan diri kita sendiri. Hal ini karena bipolar memang cenderung lebih sulit untuk didiagnosis. Terutama bagi mereka yang memiliki kebiasaan menyalahgunakan alkohol. Ketika mood tidak bagus, ia cenderung mengalihkannya dengan mengonsumsi alkohol.
Nah apa yang menyebabkan kasus bipolar relatif lebih sulit untuk didiagnosis? Berikut penjelasan dari ahlinya:
Baca Juga: Pekerjaan yang Cocok untuk Orang dengan Bipolar, Ini Penjelasan Ahli
1. Pada awal pemeriksaan kemungkinan dianggap gangguan depresi atau cemas
Psikiater di Klinik Utama Sudirman Medical Center (SMC) Denpasar, sekaligus Founder Rumah Berdaya, dan pegiat kesehatan jiwa di Komunitas Teman Baik, dr I Gusti Rai Putra Wiguna SpKJ mengungkapkan kasus bipolar itu relatif lebih sulit untuk didiagnosis dibandingkan dengan kasus kejiwaan lainnya. Sejumlah penelitian menyampaikan bahwa dari kasus bipolar yang ditemukan, awal mulanya ketika datang ke profesional kesehatan mental, mereka tidak langsung diagnosis sebagai bipolar.
“Kadang ada gangguan depresi. Kadang gangguan cemas. Kadang karena gangguan mental akibat alkohol misalnya,” terang dokter Rai.
Setelah melalui observasi, barulah diketahui bahwa mood orang tersebutlah yang terganggu. Selanjutnya, baru ditegakkan sebagai bipolar.