TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pemandu Gunung di Bali Pasrah Dijanjikan Tenaga Kontrak

Sampaikan tanggapanmu ya soal wacana larangan wisata gunung

Ilustrasi puncak Gunung Batur (instagram.com/nansy_z)

Karangasem, IDN Times - Gubernur Bali, I Wayan Koster, berencana akan menjadikan para pemandu pendakian gunung sebagai tenaga kontrak Provinsi Bali. Hal ini sebagai kompensasi dari rencana pelarangan aktivitas wisata di semua gunung di Bali. Mereka akan ditugaskan sebagai penjaga hutan dan gunung.

Hal ini mendapatkan tanggapan dari beberapa pemandu di Gunung Agung. Mereka berharap Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali bisa melibatkan mereka sebelum membuat peraturan daerah (perda) khusus yang mengatur larangan pendakian gunung untuk aktivitas wisata.

Mereka juga pasrah, berharap mendapatkan upah yang layak jika harus dijadikan sebagai tenaga kontrak karena aktivitas pendakian ditutup.

Baca Juga: Jika Dilarang Mendaki Gunung di Bali, Pemandu: Apa Solusi untuk Kami?

Baca Juga: Harus Ada Pengawas Jika Pendakian Gunung di Bali Dibatasi

1. Tidak sebatas janji dan upah harus jelas

Gunung Agung. (IDN Times/Irma Yudistirani)

Rencana Pemprov Bali tersebut ditanggapi oleh seorang pemandu pendakian di Gunung Agung, Made Susana. Menurutnya, rencana yang disampaikan oleh Gubernur Bali itu cukup baik. Namun dirinya tidak ingin hal itu sebatas janji.

"Kalau disampaikan seperti itu, ya jangan hanya janji. Perlu dilihat juga, penghasilannya berapa. Setidaknya penghasilannya biar layak dan jelas juga untuk kami yang kehilangan pekerjaan utama jika ada aturan pelarangan pendakian," ujar Susana, Rabu (7/6/2023).

Dari aktivitas pendakian itu, dirinya bisa mendapatkan penghasilan antara Rp500 ribu sampai Rp1 Juta untuk sekali mengantar tamu ke puncak Gunung Agung. Dalam sebulan, ia bisa tiga sampai empat kali mengantar tamu mendaki Gunung Agung.

"Karena pemandu ke Gunung Agung dari (Kecamatan) Rendang ini cukup banyak, bisa ratusan orang," ungkap Susana.

2. Made Dharma: tidak ada pilihan lain, semoga upah tenaga kontrak ini layak

Foto hanya ilustrasi (unsplash.com/photo-nic.co.uk nic)

Hal serupa diungkapkan oleh pemandu pendakian lainnya, Made Dharma. Pria yang sudah lebih dari 20 tahun memandu pendaki ke Gunung Agung ini hanya bisa pasrah jika aktivitas wisata pendakian ke gunung tertinggi di Bali itu ditutup. 

Ia mengaku tidak ada pilihan lain selain harus menerima tawaran menjadi tenaga kontrak jika pendakian wisata itu resmi ditutup. Made Dharma berharap upah yang diterimanya sebagai tenaga kontrak bisa layak.

"Kalau ukuran layak, minimal UMR. Karena banyak saya dengar info, jika tenaga kontrak di pemerintahan gajinya di bawah UMR," harap Made Dharma.

Selama ini ia mengandalkan aktivitas pemandu sebagai pekerjaan utamanya, sambil memelihara sapi.

"Kalau ternak sapi kan tahunan, baru bisa menikmati hasilnya," katanya.

Berita Terkini Lainnya