Sempat ditinggalkan, Masyarakat Lembongan Budi Daya Rumput Laut Lagi
Tetapi harganya merosot. Dilema banget
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Klungkung, IDN Times - Pandemik COVID-19 membuat mayoritas masyarakat di Pulau Lembongan dan Ceningan kembali menggeluti budi daya rumput laut. Hanya saja dalam beberapa hari terakhir, harga rumput laut kembali merosot. Dari normalnya Rp14 ribu per kilogram menjadi sekitar Rp8 ribu per kilogram. Petani rumput laut berharap harga segera normal dan stabil.
Baca Juga: RSUD Klungkung Buka Lowongan Petugas Pemulasaran Jenazah COVID-19
1. Budi daya rumput laut sempat ditinggalkan karena perkembangan pariwisata
Perbekel Desa Lembongan, Ketut Gede Arjaya, mengungkapkan sebelum pariwisata berkembang, budi daya rumput laut menjadi pekerjaan utama masyarakat di Lembongan. Namun karena kualitas rumput laut yang menurun dan harga tidak stabil, membuat rumput laut mulai ditinggalkan. Ditambah dengan berkembang pesatnya pariwisata, membuat masyarakat lebih memilih untuk meninggalkan budi daya rumput laut, dan beralih ke industri pariwisata yang prospeknya saat itu dianggap lebih menjanjikan.
"Tapi kami sadari bahwa tidak serta merta bisa andalkan dan ketergantungan dengan pariwisata. Sedikit saja ada isu, bisa ditinggal wisatawan. Lalu kami dan Pemkab Klungkung berupaya mengembalikan minat masyarakat budi daya rumput laut dengan demonstrasi plot," ungkap Arjaya.
Demonstrasi plot atau demplot dilaksanakan sejak tahun 2018 dan 2019, yang hasilnya sangat memuaskan. Semua varietas rumput laut berkembang dengan baik. Ini pun yang menepis anggapan masyarakat saat itu, kalau aktivitas pariwisata di laut yang menyebabkan rumput laut tidak berkembang dengan baik.
"Masyarakat di beberapa dusun sangat menyambut baik dan ingin kembali budi daya rumput laut. Kami datalah mereka yang ingin kembali budi daya," jelasnya.