TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

20 Anak di Klungkung Menjadi Yatim atau Piatu Karena COVID-19

Nak, semoga kamu kuat dan jadi orang sukses ya

Dok.IDN Times/Istimewa

Klungkung, IDN Times - Sebanyak 20 anak-anak di Kabupaten Klungkung menjadi yatim atau piatu akibat pandemik COVID-19. Mereka harus melanjutkan hidup tanpa ayah atau ibu, karena meninggal dunia akibat terinfeksi virus COVID-19.

Kelangsungan hidup ke-20 anak tersebut menjadi perhatian dari Dinas Sosial, Pemerdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Klungkung. Mereka mengupayakan agar mereka mendapatkan bantuan yang berkelanjutan. Berikut beberapa cerita tentang anak yang harus kehilangan orangtua mereka karena pandemik COVID-19.

Baca Juga: Doa Pengampun Dosa Menurut Hindu Bali

1. Ayah meninggalkan ketiga anaknya yang masih kecil

Dok.IDN Times/Istimewa

AAB (7) tidak banyak bicara ketika dikunjungi oleh petugas dari Dinas Sosial, Pemerdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Klungkung. Anak kelas II Sekolah Dasar (SD) itu harus kehilangan ayahnya di usia belia karena terinfeksi COVID-19. Kini ia bersama dua saudaranya hanya dibesarkan oleh ibunya, Anak Agung Istri Wulanniati.

Sang ibu pun selama ini hanya sebagai ibu rumah tangga. Sepeninggal suami, Wulanniati dibantu oleh kerabat untuk membesarkan ketiga anaknya yang masih kecil-kecil.

"Saya tidak bekerja, saya dibantu oleh kerabat untuk sehari-hari. Semoga saya bisa segera bekerja untuk bantu ekonomi keluarga," ungkap Istri Wulanniati, Senin (4/10/2021).

Ditinggal oleh sang suami, menjadi cobaan terberat baginya. Ia harus menjadi orangtua tunggal. Anak sulungnya baru kelas IV SD. Sementara anak keduanya, AAB, masih kelas II SD. Anak yang paling kecil baru berusia 1 tahun.

"Saat ini keluargalah yang menjadi kekuatan saya. Semoga saya bisa membesarkan mereka dengan baik," ujar Wulanniati.

Baca Juga: Siswa SD 4 Klumpu Klungkung Berbagi Kelas di Hari Pertama Tatap Muka

2. Bayi R lahir prematur dan kehilangan sang ibu

Dok.IDN Times/Istimewa

Cerita yang lebih menyayat hati dialami oleh bayi R. Ia lahir dari ibu yang terkonfirmasi COVID-19. Sang ibu terkonfirmasi COVID-19 ketika usia kandungannya memasuki bulan ke-7. Karena kondisinya kurang baik, dokter memutuskan untuk melakukan persalinan darurat.

Bayi R dilahirkan dalam keadaan selamat, namun tergolong prematur karena masih berusia tujuh bulan di kandungan. Meskipun tidak tertular COVID-19, bayi itu sempat mendapatkan perawatan intensif.

Di satu sisi, ibunya drop sejak awal karena COVID-19. Kondisinya tidak kunjung membaik pascapersalinan. Sang ibu menyerah. Ia tidak sempat merawat bayinya, karena menghembuskan napas terakhir akibat COVID-19. Kini bayi R dalam kondisi sehat, dirawat oleh ayah dan neneknya.

Berita Terkini Lainnya