TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Belajar Daring, Anak Lebih Akrab dengan Smartphone dan Sampingkan Buku

Anak-anak di Klungkung juga jarang datang ke perpustakaan

Ilustrasi belajar daring (ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo)

Klungkung, IDN Times - Perkembangan teknologi dan informasi semakin mengikis kebiasaan anak-anak untuk membaca buku. Sebagian besar anak-anak saat ini lebih sering bermain smartphone, sehingga kerap membuat mereka malas membaca buku.

Kondisi tersebut secara tidak langsung juga berimbas terhadap tingkat kunjungan anak-anak ke perpustakaan, termasuk di daerah Kabupaten Klungkung. Terlebih dalam situasi pandemik COVID-19 dan sekolah menerapkan sistem belajar daring. Kunjungan anak-anak ke perpustakaan pun kian menurun.

Hal ini juga yang diungkapkan oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Klungkung, I Komang Wisnuadi. Menghadapi kondisi ini, ia mengatakan terus berupaya untuk menumbuhkan minat baca anak-anak.

Baca Juga: BNPT: 1.000 Laman Penyebar Paham Radikalisme Ditake down, 2.000 Muncul

1. Kunjungan anak-anak ke perpustakaan kian minim saat pandemik

Facebook.com/I Komang Wisnuadi

I Komang Wisnuadi menjelaskan kunjungan anak-anak ke perpustakaan bisa menjadi salah satu indikator untuk menilai apakah saat ini anak-anak masih gemar membaca buku atau tidak. Menurutnya, saat ini kunjungan anak-anak ke perpustakaan daerah di Klungkung masih sangat minim. Menurutnya ada beberapa hal yang menjadi penyebabnya.

Pertama, memang karena minimnya minat anak-anak untuk membaca buku. Selain itu, adanya pandemik dan pembatasan pembelajaran tatap muka membuat anak-anak enggan membaca buku ke perpustakaan.

Belajar daring, membuat anak-anak lebih akrab dengan smartphone daripada buku. Berbagai kegiatan yang awalnya ditujukan untuk menumbuhkan minat baca anak-anak, juga tidak bisa terlaksana karena pandemik.

"Kunjungan anak-anak ke perpustakaan daerah masih belum maksimal karena terkait pandemik COVID-19 dan pembatasan belajar tatap muka," ungkap Wisnuadi, Jumat (1/4/2022).

Ia berharap situasi akan segera normal sehingga Dinas Perpustakaan dan Kearsipan sebagai leading sektor dapat melakukan berbagai kegiatan untuk membiasakan anak-anak membaca buku. Termasuk dengan mengundang anak-anak Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) untuk berkunjung ke perpustakaan.

"Di samping membaca buku, juga akan diberikan cerita dan penyediaan taman bermain," jelasnya.

2. Kembangkan layanan perpustakaan hingga ke desa

Ilustrasi siswa belajar (ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo)

Komang Wisnuadi menjelaskan ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menumbuhkan budaya membaca buku pada anak-anak. Misalnya dari lingkungan sekolah, perlu digiatkan Program Nasional Gerakan Literasi Sekolah.

"Sederhana saja. Misalnya siswa dengan rutin diminta membaca buku 15 menit sebelum pelajaran dimulai dan sekolah rutin melaksanakan lomba literasi," jelasnya.

Langkah lainnya adalah dengan melakukan pengembangan layanan perpustakaan daerah, desa, dan sekolah sesuai standar nasional serta meningkatkan akses bahan bacaan, khususnya untuk bahan bacaan cetak.

"Jadi layanan perpustakaan juga harus sampai ke pelosok desa. Baik dengan perpustakaan keliling atau memaksimalkan keberadaan perpustakaan desa," jelasnya.

Berita Terkini Lainnya