TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Gejala Pasien Schizoprenia akan Kambuh, Patut Diwaspadai

Pasien yang keluar dari RSJ belum tentu sembuh lho

Hasil jepretan foto Rudi Waisnawa tentang kondisi Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang dipasung. (Dok.IDN Times/Rudi Waisnawa)

Tabanan, IDN Times - Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang rutin menjalani pengobatan dan mendapat penanganan tepat tidak akan mengganggu lingkungannya. Namun ada juga ODGJ yang sampai mengamuk, bahkan menyerang dan membunuh orang-orang terdekatnya.

Lalu bagaimana cara keluarganya mengatasi hal ini? Berikut pemaparan Dokter Psikiater Rumah Sakit Umun Daerah (RSUD) Tabanan, dr I Gusti Ngurah Bagus Mahayasa SpKJ.

Baca Juga: Ciri-ciri ODGJ dan Cara Mengobati Menurut Lontar Usada Bali

Baca Juga: Waspada Kanker Lambung, Gejala Mirip Maag Tak Sembuh-Sembuh

1. ODGJ tipe paranoid atau Schizophrenia cenderung mengamuk atau kambuh jika putus obat

foto ilustrasi (pexels.com/Ron Lach)

Pasien ODGJ yang memiliki kecenderungan mengamuk adalah tipe paranoid atau Schizophrenia. Jenis ini biasanya mengalami halusinasi suara atau curiga berlebihan kepada orang-orang di sekitarnya. Pasien Schizophrenia, kata Mahayasa, memang tidak bisa sembuh total tetapi bisa hidup normal selama ia minum obat secara rutin.

Namun tidak jarang pasien ODGJ dengan Schizophrenia ini justru putus obat. Hal inilah yang menyebabkan mereka pada akhirnya kambuh dan mengamuk. Ada beberapa hal yang menyebabkan pasien ODGJ putus obat:

  • Keluarga sudah lelah dan menyerah merawat ODGJ. Mereka tidak menghiraukan pasien
  • Keluarga tidak berani memberikan obat pasien apalagi dalam kondisi galak
  • Pasien ODGJ dirawat oleh orangtua yang sudah lansia. Untuk ini, kata Mahayasa, orangtua biasanya pikun atau sering lupa memberikan obat.

Untuk penyebab putus obat di atas, menurut Mahayasa, ada solusinya yaitu memberikan obat injeksi yang efeknya bertahan selama satu bulan.

"Biasanya dengan kondisi pasien ODGJ dirawat orangtua lansia, tidak dihiraukan keluarga. Keluarga takut memberikan obat karena pasiennya galak. Saya sarankan untuk obat injeksi. Efek obat injeksi ini adalah sebulan dan ditanggung BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)," ujar Mahayasa, Kamis (22/9/2022).

2. Selain obat, berikan kasih sayang dan penghargaan kepada pasien ODGJ

Hasil jepretan foto Rudi Waisnawa tentang kondisi Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang dipasung. (Dok.IDN Times/Rudi Waisnawa)

Supaya pasien ODGJ tidak putus obat terutama yang sudah sakit selama lima tahun lebih atau kronis, Mahayasa biasanya meminta keluarga yang memegang obatnya.

"Keluarga juga yang memberikan obat bagi pasien ODGJ. Diperhatikan juga obat harus ditelan. Sebab pasien ODGJ merasa tidak perlu minum obat karena mereka tidak merasa dirinya sakit," jelas Mahayasa.

Selain rutin minum obat, hal yang diperlukan dalam merawat pasien ODGJ adalah kasih sayang dan penghargaan dari keluarganya.

"Terkadang ada keluarga yang kemudian tidak acuh pada pasien ODGJ karena menyimpan dendam atau kesal kepada mereka, baik karena mendapatkan tindakan atau perkataan kasar. Terkadang mereka lupa kalau yang mereka hadapi adalah orang yang sakit jiwanya," papar Mahayasa.

Berita Terkini Lainnya