TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

RSUP Prof IGNG Ngoerah Maksimalkan Layanan untuk Pasien Asing

RSUP Ngoerah akan memaksimalkan layanan medical tourism

Direktur Layanan Operasional RSUP Prof Ngoerah, dr I Gusti Lanang Suartana Putra (IDN Times/Ayu Afria)

Denpasar, IDN Times - Untuk meningkatkan pelayanan terhadap pasien berkewarganegaraan asing, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof IGNG Ngoerah mengadakan pertemuan dengan beberapa konsulat di Bali.

Direktur Layanan Operasional RSUP Prof Ngoerah, I Gusti Lanang Suartana Putra mengatakan bahwa dari kegiatan tersebut ia menerima beberapa masukan terkait penanganan pasien asing tersebut. Selain itu, ini menjadi kesempatan bagi pihak rumah sakit untuk memperkenalkan medical tourism yang akan dimaksimalkan tahun 2024. 

Baca Juga: Punya Alat Canggih, RSUP Prof Ngoerah Latih SDM Terkait Radiologi

1. Promosi layanan medical tourism yang dikombinasikan dengan traditional medicine

IDN Times/ Ayu Afria

I Gusti Lanang Suartana Putra menjelaskan, kegiatan ini juga untuk memperkenalkan layanan kesehatan di Prof IGNG Ngoerah. 

“Kami siap memberikan pelayanan bagi mereka ketika kunjungan mereka (wisata ke Bali) jika mengalami gangguan kesehatan,” ungkapnya.

Secara khusus pihaknya juga menawarkan layanan khusus medical tourism yang bisa dimanfaatkan para wisatawan asing. Misalkan terkait dengan medical check-up disertai dengan tambahan layanan traditional medicine berupa layanan tenaga prana.

“(Tenaga prana) jadi energi yang disalurkan oleh mereka yang sudah terlatih kepada pasien-pasien yang butuh kebugaran atau penyegaran. Atau butuh istirahat yang baik dan sebagainya,” ungkapnya.

Dalam satu bulan, RSUP Prof Ngoerah setidaknya telah melayani 50-100 orang asing yang menginginkan berbagai layanan kesehatan.

2. Berbagai masukan mengenai perawatan pasien WN asing

Kremasi puluhan jenazah terlantar dari RSUP Sanglah Denpasar (Dok.IDN Times/RSUP Sanglah)

Sementara itu beberapa masukan yang diterima pihak rumah sakit, antara lain, para pasien asing mengalami kesulitan administratif.  Misalnya, ada WNA yang kesulitan menghubungi keluarga sehingga membutuhkan peran konsulat.

Terkait layanan kesehatan yang membutuhkan pembiayaan, ketika para pasien asing yang datang ke rumah sakit, tidak di-back-up dengan pembiayaan. Pasien asing meninggal dan perlunya pelacakan keluarga di negara asal pun menjadi isu lain yang dibahas.

Hal tersebut penting untuk penyelesaian proses administrasi untuk menghindari pasien telantar ataupun jenazah telantar. Apabila pasien asing tersebut kemudian menjadi jenazah telantar, maka pihak rumah sakit memerlukan waktu yang lama untuk penyelesaiannya, bahkan bisa hingga tahunan.

“Mereka secara umum berkaitan dengan administratif,” ungkap I Gusti Lanang Suartana Putra.

Berita Terkini Lainnya