TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ganja Banyak Diminati di Bali, Efeknya Bikin Relaksasi

BNNP Bali: ganja adalah relaksasi. Targetnya usia 15 tahun

Barang bukti 9 kilogram ganja di Kabupaten Badung (IDN Times/Ayu Afria)

Badung, IDN Times – Peredaran ganja di Kabupaten Badung selama pandemik ini lebih tinggi dibandingkan narkotika jenis lainnya. Informasi tersebut diungkapkan oleh Kepala Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Badung, AKBP Nyoman Sebudi, pada saat merilis tangkapan sembilan kilogram ganja dari Sumatra Utara, Senin (3/5/2021). Berikut ini selengkapnya:

Baca Juga: Karung Pakaian Bekas Berisi 9 Kg Ganja Berhasil Diamankan di Bali!

1. Tersangka mengaku terlibat jaringan narkotika karena kehilangan pekerjaan selama pandemik

Dua orang tersangka pengedar ganja di Kabupaten Badung (IDN Times/Ayu Afria)

Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Badung telah menangkap dua orang pengedar ganja, Kamis (29/4/2021) lalu. Mereka adalah bartender asal Malang-Jawa Timur bernama YE alias Yance (35) sebagai operator, dan Rizky alias RP (39) dari Jakarta yang merupakan freelance piercing sebagai kurir.

Ganja sembilan kilogram tersebut merupakan kiriman dari Sumatra Utara melalui ekspedisi. Kiriman ganja ini dikamuflasekan bersama karung berisi baju bekas

Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Bali, Brigjen Pol Gde Sugianyar, menyampaikan Yance awalnya bekerja sebagai bartender sebelum pandemik. Namun sejak satu tahun belakangan ini tersangka berhenti bekerja dan mengandalkan pendapatan dari jualan ikan cupang milik temannya. Sedangkan tersangka Rizky yang sebelumnya bekerja sebagai freelance piercing, akhirnya ikut berjualan ganja.

“Nah ini semeton, karena memang pengaruh dari pandemik ini. Banyak saudara-saudara kita, banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan sehingga mereka berupaya mencari penghidupan dengan cara-cara yang ilegal. Salah satunya adalah menjadi pengedar atau bagian daripada jaringan narkotika,” jelas Sugianyar.

Namun ia menegaskan, pengedar narkotika ini biasanya diawali dari pemakai. Kemudian kondisinya menjadi kecanduan dan kehabisan uang sehingga mencari segala cara untuk bisa mendapatkan narkotika tersebut, satu di antaranya menjadi pengedar narkotika.

2. Bali sebagai kawasan pariwisata sangat berpotensi jadi area peredaran ganja

Pantai Berawa (IDN Times/Ayu Afria)

Mengapa peredaran ganja di Bali lebih menonjol dibandingkan daerah lain di Indonesia? Menurut Sugianyar, karena Bali merupakan kawasan pariwisata dan ganja banyak diminati oleh kalangan wisatawan.

“Karena beda sifat ganja dengan sabu itu. Yang sabu itu adalah stimulan, dalam rangka menstimulan tubuh kita jadi tidak ada rasa capek. Kemudian ganja adalah relaksasi,” ungkapnya.

Efek ganja untuk relaksasi inilah yang menurutnya banyak diperlukan oleh pengguna. Selain itu juga bisa digunakan untuk menambah nafsu makan dan membantu tidur nyenyak.

Lalu apa efeknya jika seorang pengguna ganja tidak lagi bisa memakai? Beberapa efeknya adalah orang tersebut akan merasa gelisah, susah tidur, dan tidak bersemangat. Penyalahgunaan narkoba sampai kecanduan membuat sistem syaraf selalu ingin mengonsumsinya.

“Karena sudah rusak. Ada gangguan keseimbangan sehingga pikirannya dia nggak mau makai, tetapi syarafnya yang meminta. Sehingga itu yang dinamakan dengan kecanduan,” katanya.

3. Menyasar anak muda usia 15 sampai 25 tahun

Pantai Batu Belig di Kecamatan Kuta Utara (IDN Times/Ayu Afria)

Di tingkat pengecer, harga ganja dijual Rp25 ribu per gram. Sementara harga satu kilogram di wilayah Bali mencapai Rp6 juta. Biasanya para pemakai menggunakan sekitar 5 gram ganja per hari.

Sementara untuk narkotika jenis sabu, harga per paketnya menurut Sugianyar mencapai Rp200 ribu. Biasanya sabu seberat 1 gram akan dibagi menjadi 10 paket, yang kemudian dijual ke pasaran hingga masuk ke wilayah pedesaan.

“Jadi sabu dan ganja ini memang harus kita waspadai karena memang konsumsinya menyasar ke anak muda usia 15 sampai 25 tahun. Itu rentan karena memang mereka adalah kaum generasi millennials, kaum generasi Z yang cenderung mereka segala sesuatu ingin coba-coba."

Berita Terkini Lainnya