Mengenal Strawberry Generation, Anak Muda Bermental Rapuh

Istilah strawberry generation digunakan untuk menyebut generasi yang lahir dari orangtua yang sudah sejahtera. Lahir dari orangtua dengan tingkat ekonomi menengah ke atas yang sudah memiliki beragam fasilitas penunjang kehidupan, seperti rumah, kendaraan, gadget, dan akses informasi yang luas.
Sebutan strawberry generation ini merupakan perumpamaan untuk anak muda yang mentalnya 'lunak'. Seperti halnya strawberry yang secara tampilan manis, namun memiliki tekstur yang lunak dan mudah rusak apabila diinjak atau dibenturkan.
Apa saja yang memengaruhi terbentuknya strawberry generation? Berikut fakta tentang strawberry generation.
1. Sebutan strawberry generation pada awalnya muncul di Taiwan

Apa yang terlintas di benak kamu ketika mendengar kata strawberry? Berwarna merah, bentuknya menarik, dan terlihat segar. Tapi buah strawberry memiliki rasa yang asam serta rapuh dan akan hancur seketika jika terinjak.
Strawberry generation biasanya memiliki rasa percaya diri yang tinggi, ilmu pengetahuan yang luas, namun bermental lemah, mudah kecewa, mudah sakit hati, serta kurang memiliki daya juang dalam menghadapi kesulitan hidup. Sedikit tekanan hidup akan membuatnya depresi, bahkan bisa berakhir bunuh diri. Itu sebabnya strawberry generation disebut dengan generasi rapuh.
Prof Rheinald Kasali melalui kanal YouTubenya menyampaikan bahwa sebutan strawberry generation pada awalnya muncul di Taiwan untuk menyebut generasi baru yang memiliki mental lunak seperti buah strawberry. Mereka memang terlihat manis, memiliki prestasi akademik yang baik, kemampuan berbahasa dan berpenampilan sangat baik, namun memiliki mental yang lemah.
2. Pola asuh orangtua memengaruhi perkembangan mental anak

Tak dapat dipungkiri bahwa gaya pengasuhan orangtua dalam mendidik anak memberikan pengaruh yang besar dalam membentuk mental dan karakter anak di masa depan. Sebagian besar strawberry generation terbentuk dari pola asuh orangtua yang terlalu memanjakan anak serta memberikan seluruh kemudahan fasilitas.
Banyak orangtua dengan tingkat ekonomi menengah ke atas yang memiliki mindset bahwa anak-anak harus memiliki kehidupan yang lebih baik dari kehidupanya di masa lalu, sehingga orangtua berusaha memenuhi semua keinginan anak tanpa mempertimbangkan efek jangka panjangnya.
Orangtua tidak membiarkan anaknya menerima konsekuensi atau akibat dari perbuatannya. Mereka selalu membantu kesulitan anak dan membela anak atas kesalahan yang dilakukan serta memuji anak secara berlebihan. Pola asuh seperti ini menyebabkan anak memiliki kepribadian rapuh, tidak memiliki daya juang, tidak mampu memecahkan masalahnya sendiri, mudah merasa kecewa, mudah bosan, dan kurang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
3. Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat memengaruhi tumbuhnya strawberry generation

Percepatan perkembangan teknologi dan mudahnya akses informasi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian dan mental anak. Strawberry generation tumbuh dan berkembang dikelilingi oleh teknologi. Kehadiran teknologi ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi teknologi memudahkan kehidupan. Namun di sisi lain teknologi memengaruhi kepribadian anak ke arah yang negatif jika tidak ada pendampingan dari orangtua.
Anak-anak strawberry generation sudah mahir menggunakan gadget sejak dini sehingga akses informasi cenderung bebas dan luas. Kebebasan dan kemudahan akses informasi ini membuat mereka tumbuh menjadi pribadi yang kreatif, penuh inovasi dan cerdas, dengan berbagai pengetahuan yang dimilikinya. Namun akibat dari kemudahan akses informasi, generasi ini selalu menginginkan segala sesuatu dengan cara instant dan menjadikannya individu yang tidak sabaran.
4. Strawberry generation memiliki kepribadian yang unik dengan kreativitas tinggi

Ya, setiap generasi memang mempunyai ciri khasnya masing-masing. Setiap generasi juga mempunyai kelebihan dan kekuranganya tersendiri. Begitu juga dengan strawberry generation. Terlepas dari pandangan tentang strawberry generation yang dianggap rapuh secara mental, generasi ini juga mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki generasi sebelumnya.
Strawberry generation umumnya memiliki rasa percaya diri yang tinggi karena pengetahuan dan wawasannya yang luas. Hal ini mendorong mereka untuk bebas menyuarakan pendapatnya dan tanpa ragu memberikan ide atau masukan yang berguna berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki.
Selain itu, karena sudah akrab dengan teknologi sejak kecil, strawberry generation memiliki penguasaan yang lebih baik di bidang teknologi dibanding generasi sebelumnya. Mereka adalah pribadi unik yang memiliki kreativitas tinggi dan pemikiran terbuka.
5. Mendorong generasi yang rapuh menjadi tangguh

Pertanyaan terpenting adalah bagaimana caranya strawberry generation yang rapuh secara mental ini agar menjadi generasi yang tangguh dan mampu lebih kuat menghadapi tantangan? Sebagai generasi yang dibentuk dengan berkecukupan dari segi ekonomi orangtua, sebenarnya strawberry generation memiliki modal untuk sukses dengan segala fasilitas yang ada. Tentunya dalam hal ini orangtua dan guru di sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan mental anak.
Memberikan materi untuk dihafalkan murid di sekolah tidak lagi efektif dilakukan di era teknologi ini karena mereka dapat mengakses ilmu pengetahuan dan informasi dengan cepat dan mudah. Sekolah harus mengajarkan anak bagaimana berpikir, mengambil keputusan, dan memecahkan suatu masalah.
Sementara orangtua perlu menanamkan mental driver pada anak, bukan mental passenger. Mental driver atau mental pengemudi adalah mental pemimpin, di mana anak mampu mengemudikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Artinya, anak dilatih untuk menentukan tujuan dan mengeluarkan semua potensi dirinya untuk mencapai tujuan hidupnya. Sementara mental passenger atau mental penumpang hanya mengikuti saja. Analoginya seperti seorang penumpang yang bisa santai bahkan tidur dalam kendaraan. Sementara pengemudi dituntut untuk selalu waspada, berinisiatif, dan berani mengambil langkah dalam mengemudi.
Peran orangtua adalah yang paling besar dalam pembentukan mental dan karakter anak. Orangtua harus rela membiarkan anak-anaknya belajar secara alami, membiarkan anak-anak bereksplorasi dan menemukan pengalamanya sendiri. Biarkan anak mengalami kegagalan, kekecewaan, rasa sedih dan perjuangan, sehingga anak lebih siap dihadapkan pada tantangan kehidupan yang lebih berat di masa depan.