Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Karya Shot dari Rusia, Melucuti Pistol Mainan Plastik di Pantai Nyanyi

Perupa
Pameran Tunggal perupa asal Rusia, Sofiya Shukhova, di TAT Art Space Denpasar (IDN Times/Ayu Afria)

Denpasar, IDN Times - Bali tak hanya dipenuhi oleh perupa asli Indonesia. Pulau ini juga mewadahi talenta perupa berkewarganegaaraan asing. Contohnya seniman kelahiran Moskow, Sofiya Shukhova. Ia memamerkan karya dari susunan sampah pistol mainan yang dia temukan di Pantai Nyanyi, Kabupaten Tabanan. Kemudian ia kemas apik menjadi karya seni yang indah. Karya seni itu mengingatkan dia pada perang Ukraina dan Rusia. Karyanya terpajang bersama karya seni lain di dinding ruangan TAT Art Space, Kota Denpasar. Pameran karya seni berjudul Gema Ombak atau Echoes of the Tide tersebut berlangsung sejak 23 Agustus hingga 7 September 2025.

"Karya Shot melucuti pistol mainan plastik yang ditemukan di Pantai Nyanyi, mengubahnya menjadi simbol penolakan terhadap kekerasan dan polusi. Setiap karya adalah pesan yang terdampar di pantai, bukan hanya sekadar sampah, tetapi kesaksian. Bersama-sama, karya-karya ini bertanya cerita apa yang kita kirimkan ke masa depan melalui apa yang kita tinggalkan?" ungkapnya.

1. Lautan sebagai obat tapi sering dilalaikan

Perupa
Pameran Tunggal perupa asal Rusia, Sofiya Shukhova, di TAT Art Space Denpasar (IDN Times/Ayu Afria)

Sofiya Shukhova memiliki latar belakang pendidikan di Bidang Konservasi dan Perdagangan Satwa Liar Internasional dari Durrell Institute of Conservation and Ecology, University of Kent (Inggris), dan Bidang Arsitektur dari ENSAPLV, Paris. Sofiya membuat karya dari sampah yang dia temukan di pantai Bali. Sofiya mengakui kombinasi keilmuannya, antara ilmu ekologi dan pelatihan arsitektur, mendasari karyanya dengan observasi yang cermat.

Pameran tunggalnya merupakan bagian dari seri pameran OCEAN yang dikelola oleh Aatelier Bali. Persembahannya membalikkan citra romantis pesan dalam botol. Alih-alih pesan cinta dan perpisahan, lautan kini mengirimkan serpihan-serpihan dari kelalaian kita. Misalnya saja jaring ikan yang dibiarkan hanyut, mainan yang dibuang dari tangan anak-anak, atau bahkan sol sepatu bekas.

“Lautan sering disebut sebagai obat, menyembuhkan kita dengan cara yang tidak selalu kita lihat," tekannya.

2. Membangun kesadaran kolektif untuk melindungi laut

Perupa
Pameran Tunggal perupa asal Rusia, Sofiya Shukova, di TAT Art Space Denpasar (IDN Times/Ayu Afria)

Sofiya menjahit jaring bekas menjadi bentuk seorang nelayan dan istrinya. Di mana kehidupan mereka terjalin dengan plastik yang mengancam masuk ke dalam rahim sang istri. Pesan ini tertuang dalam karya yang berjudul He, Her. Sementara itu pada karya berjudul Oyster Baby, bentuk-bentuk janin bersarang di dalam cangkang tiram, menggemakan penelitian ilmiah yang mengungkapkan bagaimana mikroplastik masuk ke dalam kehidupan bahkan sebelum bayi dilahirkan.

"Saya berharap pameran ini membangun kesadaran kolektif yang lebih besar sehingga kita dapat membuat pilihan yang lebih baik untuk melindungi laut,” katanya.

3. Kreativitas berkaitan isu ekologi dianggap sangat menarik

Perupa
Pameran Tunggal perupa asal Rusia, Sofiya Shukova, di TAT Art Space Denpasar (IDN Times/Ayu Afria)

Sementara itu, Pendiri Aatelier Bali, Alvita, merespon pameran seni ini sebagai bukti bahwa Aatelier membantu seniman-seniman agar lebih dikenal lagi oleh masyarakat luas. Seri pameran OCEAN-nya mengeksplorasi hubungan antara kreativitas dan tanggung jawab lingkungan, memperkuat suara-suara yang berbicara tentang isu-isu ekologi. Pameran seperti ini memungkinkan untuk menciptakan ruang bagi seniman untuk berbicara dengan kuat, sambil mengingatkan kita pada ekosistem yang selama ini menopang kehidupan kita.

"Ini adalah ketiga kalinya kami mengusung tema laut. Rasanya ini adalah cara saya dapat berkontribusi pada dua hal yang saya cintai, seni dan laut. Kepedulian terhadap lingkungan adalah isu universal yang melampaui batas-batas negara," ungkapnya.

Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us