Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Ciri-ciri Pekarangan Rumah Aura Positif Versi Bali

rumah adat bali (instagram.com/puri_lanang_sibangkaja)

Penulis: Community Writer, Ari Budiadnyana

Masyarakat Hindu di Bali memercayai posisi rumah dapat membawa dampak positif maupun negatif bagi penghuninya. Hal ini tertuang dalam Lontar Bhama Kretih, yaitu lontar Tattwa di Bali yang berisi tentang areal pekarangan rumah (Karang) beraura baik (Positif) dan buruk (Negatif).

Jika sebelumnya membahas tentang pekarangan rumah yang memiliki aura negatif Karang Panes), kali ini membahas aura positif. Menurut sabda Bhagawan Wiswakarma, ada beberapa pekarangan beraura positif yang baik digunakan sebagai tempat tinggal, kantor, atau sekolah. Apa saja kriterianya? Berikut ulasannya.

1. Karang manemu labha

rumah adat bali (instagram.com/puri_lanang_sibangkaja)

Ring pascima manemu labha yening wenten sinalih tunggil palemahan sada menggik kauh, semalih ipun pagenahannya tinggar, punika kebaos karang sane 'manemu labha'.

Pekarangan yang memiliki areal lebih tinggi di barat atau miring ke timur (Dari arah pusat kota atau dari arah jalan raya) disebut manemu labha, di mana sinar matahari tidak terhalang sejak pagi sampai sore hari. Pekarangan yang seperti itu akan membawa keberuntungan dan umur panjang bagi orang yang menempatinya.

2. Karang paribhoga wredhi

Desa Penglipuran, Kabupaten Bangli. (Instagram.com/desa_adat_penglipuran)

Ring daksina paribhoga wredhi, yening palemahan menggik kelod, lebah kaler kawastanin paribhoga wredhi utawi wredhi putra, artin ipun tan pundit pangan kinum sang ngumahin.

Karang paribogha wredhi yaitu tanah yang miring ke utara, membawa kemakmuran yang
melimpah bagi penghuninya.

3. Palemahan asah

Desa Penglipuran, Kabupaten Bangli. (Instagram.com/desa_adat_penglipuran)

Palemahan asah, madya palemahan sane asah, tan katawengan saking nyatur desa mekadi ring penyandingya tan wenten sane menggik gumanti naonin puniki kabawos 'Madya' sane kabawos wiadin mapiteges tan wenten bas becik lan bas kawon.

Palemahan asah yaitu pekarangan yang tidak ada keistimewaan atau biasa-biasa saja, namun dengan syarat sinar matahari, udara, dan air tersedia cukup serta tidak terhalang oleh apa pun.

4. Palemahan inang

rumah adat bali (instagram.com/budaukir_)

Palemahan hinang dewa ngukuhi, wenten palemahan, yadyan menggik, asah, siong utawi lebah nanging yan paspadayang tur rasayang, tandugi mawa kliyab sane demdem, renteb tur hinang, jantos ngawetuang kakleteg kahyune asri ring sang ngranjing irika. Palemahan sane asapunika kawentenan ipun, kabawos 'Dewa Ngukuhi' sane mateges jeneking para Hyang.

Palemahan inang yaitu ketika berada di atas tanah itu perasaan damai, tenteram dan
hening. Walaupun lokasi itu tidak memenuhi persyaratan seperti nomor 1, 2, dan 3 (Disebut dewa ngukuhi), namun membawa ketentrraman batin dan kedamaian.

5. Palemahan mambu

foto hanya ilustrasi (instagram.com/kebun_sederhanaku)
foto hanya ilustrasi (instagram.com/kebun_sederhanaku)

Yan ana tanah bang halus, mahambu lalah, hayu sinia kadhang warga nga, tekeng anaknia manemu hayu sang momahin iriya.

Palemahan mambu yaitu tanah berbau cabai atau bumbu dapur ketika dicongkel sedalam 30 centimeter, atau biasa disebut sihing kanti. Pekarangan ini sangat baik karena orang yang tinggal di sana akan mempunyai banyak sahabat.

Lontar Bhama Kretih banyak digunakan sebagai referensi dalam membangun pekarangan. Selain mengetahui baik atau buruknya suatu pekarangan, di lontar ini juga dijelaskan mengenai upakara-upakaranya secara lengkap.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
IDN Times Hyperlocal
EditorIDN Times Hyperlocal
Follow Us