Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Cara Mengenali Posisi Kamu, Ikut Arus atau Memilih Jalan Sendiri?

ilustrasi memilih arah (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi memilih arah (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Hidup sering terasa seperti arus. Kadang kita merasa memegang kendali penuh, tapi tak jarang kita hanya terbawa situasi. Lantas, apakah hidupmu benar-benar pilihanmu sendiri, atau kamu hanya menjalani apa yang datang saja? Memahami posisimu sangat penting agar bisa membuat keputusan yang lebih sadar dan bijak. Berikut enam cara untuk menilai apakah kamu sedang memilih atau sekadar mengikuti arus.

1. Dari atur jadwal hingga pilihan sehari-hari, periksa apakah kamu memilih atau hanya menjalani?

ilustrasi menulis catatan (pexels.com/George Milton)
ilustrasi menulis catatan (pexels.com/George Milton)

Dimulai dari hal kecil, lihat cara kamu memutuskan hal sederhana, seperti jadwal harian atau kegiatan rutin. Apakah keputusan itu datang dari keinginanmu sendiri, atau hanya mengikuti kebiasaan dan tekanan orang lain? Dengan membedakan kedua sumber ini, kamu akan mulai melihat pola mana yang lebih sering mendominasi hidupmu. Untuk mengenalinya, coba lakukan langkah-langkah berikut:

  • Catat semua keputusan sehari-hari: Buat jurnal singkat selama beberapa hari, tuliskan semua keputusan yang kamu ambil, mulai dari bangun tidur, memilih sarapan, menentukan prioritas kerja, hingga menunda atau menyelesaikan tugas.
  • Bedakan sumber keputusan: Setelah semua keputusan dicatat, perhatikan asalnya. Tandai mana keputusan yang muncul dari keinginanmu sendiri misalnya, memilih sarapan karena memang ingin sehat dan mana yang muncul karena pengaruh orang lain atau tekanan eksternal seperti memilih menu tertentu hanya karena teman atau keluarga menginginkannya.
  • Analisis Polanya: Perhatikan pola dari catatanmu. Jika sebagian besar keputusan muncul karena keinginan dan niatmu sendiri, itu menandakan hidupmu lebih banyak dijalani sebagai pilihan. Sebaliknya, jika banyak keputusan dipengaruhi kebiasaan atau tekanan orang lain, kemungkinan besar kamu lebih sering terbawa arus.

2. Kenali kepuasan setelah memilih: rasakan dampak setiap pilihan yang kamu ambil

ilustrasi menerka isi pikiran (pexels.com/Daniela Elena Tentis)
ilustrasi menerka isi pikiran (pexels.com/Daniela Elena Tentis)

Pilihan yang benar-benar datang dari dirimu akan memunculkan perasaan yang berbeda. Ini bukan tentang hasil yang sempurna, melainkan tentang koneksi emosionalmu dengan keputusan yang kamu ambil.

Orang yang hidup dengan pilihan sendiri biasanya merasakan kepuasan atau ketenangan batin, bahkan ketika hasilnya belum sempurna. Mereka merasakan tanggung jawab dan kebanggaan atas langkah yang diambil, karena keputusan itu benar-benar lahir dari diri mereka.

Sebaliknya, jika setelah membuat keputusan kamu hanya merasa ikut-ikutan atau pasrah, itu menandakan kamu masih lebih banyak menjalani hidup daripada benar-benar memilihnya. Mengamati perasaan ini memberi pandangan baru, bahwa hidup sesuai pilihan bukan hanya soal apa yang kamu lakukan, tapi juga bagaimana perasaanmu setelah melakukannya.

3. Responmu terhadap kegagalan akan menunjukkan, apakah kamu bertanggung jawab atau hanya pasrah?

ilustrasi berpikir (pexels.com/SHVETS production)
ilustrasi berpikir (pexels.com/SHVETS production)

Membuat keputusan dengan penuh kesadaran tidak selalu menjamin hasil yang sempurna. Ujian sebenarnya adalah saat pilihanmu berujung pada kegagalan atau kesulitan. Di momen inilah kamu bisa melihat dengan jelas apakah kamu seorang yang benar-benar menentukan jalanmu sendiri atau hanya mengikuti arus.

Jika kamu yang menentukan pilihan, ketika rencana tidak berjalan, kamu akan cenderung mengatakan, "Ini salahku, apa yang bisa aku pelajari dari kegagalan ini?" Kamu akan mengambil tanggung jawab penuh dan melihat kegagalan sebagai sebuah pelajaran berharga.

Jika kamu mengikuti arus, saat terjadi masalah, kamu akan lebih sering mengeluh dan menyalahkan orang lain, atau beralasan, "Aku kan cuma ikut-ikutan." Respons seperti ini menunjukkan bahwa sejak awal kamu tidak benar-benar memiliki keputusan itu, sehingga kamu merasa tidak bertanggung jawab atas hasilnya.

4. Perhatikan lingkungan sosialmu, kamu yang membangun atau terbentuk tanpa kamu sadari?

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi pertemanan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Lingkungan sosial sering mencerminkan pilihan hidupmu. Ini bukan tentang seberapa banyak teman yang kamu punya, tapi apakah kamu secara sadar memilih orang-orang di sekitarmu, atau hanya menerima siapa pun yang datang?

Jika kamu benar-benar hidup sesuai pilihanmu, kamu akan lebih pintar mengelola waktu dan energimu. Kamu akan memilih untuk membangun circle pertemanan yang positif dan suportif, yang punya frekuensi sama dengan tujuan dan prinsipmu. Dengan begitu, Kamu juga nggak sungkan bilang “tidak” kalau ada hubungan yang bikin capek atau nggak sehat buatmu.

Jika kamu cuma mengikuti arus, kamu cenderung menerima siapa saja yang datang, tanpa memikirkan dampaknya. Akibatnya, circle pertemananmu bisa jadi diisi sama orang-orang yang suka ngeluh, pesimis, atau yang bawa energi negatif. Tanpa sadar, kamu jadi gampang lelah secara mental, dan susah banget buat keluar karena lingkaran itu sudah terbentuk begitu saja.

5. Apakah hidupmu memiliki arah? evaluasi pilihan dan visi jangka panjang

ilustrasi menentukan rute (pexels.com/Leah Newhouse)
ilustrasi menentukan rute (pexels.com/Leah Newhouse)

Orang yang menjalani hidup dengan pilihan biasanya punya arah dan tujuan yang jelas. Mereka paham bahwa keputusan yang dibuat hari ini adalah langkah menuju apa yang mereka inginkan di masa depan.

Sebaliknya, jika kamu merasa hidupmu terasa tanpa arah, dan hanya terombang-ambing oleh 'ombak' keadaan, kemungkinan besar kamu lebih sering mengikuti arus. Mengevaluasi tujuan jangka panjang akan memberimu gambaran seberapa banyak kamu memegang kendali atas jalan hidupmu.

6. Kenali hidupmu dari cerita yang kamu tulis sendiri

ilustrasi membaca (pexels.com/Min An)
ilustrasi membaca (pexels.com/Min An)

Semua hal yang kita bahas sebelumnya mengarah pada satu hal yaitu, cerita yang kamu jalani dan yakini tentang hidupmu sendiri. Jika kamu hidup dengan pilihan, kamu merasakan dirimu sebagai pengendali keputusan dan tindakanmu sendiri. Pikiranmu sering berkata, “Aku memutuskan untuk…”, “Aku akan berusaha…”, atau “Ini pilihanku.” Masalah yang muncul bukan akhir dari segalanya, tapi bagian dari perjalanan yang bisa kamu atur dan selesaikan dengan cara sendiri.

Sebaliknya, jika kamu lebih sering mengikuti arus, kamu hanya merasa ikut jalannya keadaan. Pikiranmu mungkin berkata, “Aku terpaksa…”, “Aku tidak punya pilihan…”, atau “Ini sudah takdirku.” Dengan pola ini, kamu menyerahkan kendali pada situasi atau orang lain, tanpa menyadari bahwa kamu bisa memengaruhi jalan ceritamu sendiri.

Intinya, dengarkan suara hati dan pikiranmu. Jika keputusan dan cerita hidupmu lahir dari dirimu sendiri, itu tanda bahwa kamu sedang menjalani hidup sebagai pilihan, bukan sekadar mengikuti arus.

Ingat, pilihan hidup bukan soal sempurna atau tanpa kesalahan. Ini soal kesadaran dalam mengambil langkah, menimbang konsekuensi, dan bertanggung jawab atas arah yang kamu pilih. Dengan begitu, setiap keputusan besar atau kecil akan menjadi bagian dari perjalanan yang benar-benar milikmu sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us

Latest Life Bali

See More

7 Pertanyaan Sunyi yang Muncul Pada Tengah Malam

13 Sep 2025, 07:50 WIBLife