6 Sikap Kita Pada Tetangga yang Tanpa Sengaja Menyakiti

Bertetangga itu bukan sekadar soal tinggal berdekatan. Ada norma tak tertulis yang perlu kita tahu agar bisa diterima dengan baik di lingkungan pergaulan. Dibalik karakter tetangga yang beraneka ragam, ada yang julid maupun ringan tangan berbagi makan. Perlu kita akui tetangga bisa jadi orang pertama yang tahu saat kita butuh bantuan, terkena musibah, atau hanya sekadar menitipkan paket.
Namun, tanpa sadar ada kebiasaan kecil ternyata bisa menyinggung perasaan mereka. Bukan karena kita bermaksud buruk, melainkan karena kurang peka akan hal kecil yang bisa membuat hubungan renggang. Jangan sampai karena sikap sepele, suasana lingkungan jadi canggung dan penuh prasangka. Yuk, cek kutipan di bawah ini. Siapa tahu kita pernah melakukan satu dari lima sikap berikut ini tanpa sadar ternyata cukup menyakiti hati.
1. Kerap bertanya urusan pribadi

Kadang tujuan kita ingin menambah keakraban dengan tanya hal basa basi pada tetangga. Kamu sering bertanya ke ranah pribadi seperti, Kenapa kok gak nikah-nikah? atau Kerja di mana sekarang? bisa bikin lawan bicara terpojok. Kita mungkin lupa kalau gak semua orang nyaman membicarakan hal-hal itu, terutama di ruang sosial seperti lingkungan tetangga.
Apalagi kalau pertanyaan itu dilontarkan berkali-kali atau sambil dibandingkan dengan tetangga lain yang lebih sukses. Niat awalnya hanya ngobrol santai, tapi bisa jadi terasa menggurui atau bahkan merendahkan. Jika ingin bertanya, pastikan waktunya tepat, serta perhatikan pula bahasa tubuh mereka saat menjawab. Hentikan basa basi jika hanya membuat orang lain tak nyaman.
2. Memutar musik atau TV terlalu keras

Menikmati hiburan di rumah sendiri itu sah-sah saja. Namun saat lupa mengecilkan volume bisa jadi sumber gangguan serius bagi tetangga. Apalagi kalau musik dinyalakan pagi-pagi buta atau larut malam, saat orang lain sedang butuh istirahat atau konsentrasi kerja.
Kadang kita merasa, “Ah, masih sore,” padahal tetangga di sebelah sedang mengurus bayi, atau bahkan sedang tidak sehat. Jadi penting banget punya empati dengan menjaga kenyamanan bersama.
3. Tidak menyapa saat bertemu

Kita mungkin merasa malu, terburu-buru, atau hanya sedang lelah. Perlu kamu tahu akibatnya ketika kita bertemu tetangga dan tidak menyapa, itu bisa diartikan sebagai sikap sombong atau tidak peduli. Lama-lama hubungan bisa jadi dingin karena dianggap tidak ramah atau enggan bergaul.
Padahal sekadar senyum atau anggukan kecil sudah cukup untuk menunjukkan respek. Ingat, menyapa itu gratis dan dampaknya besar. Hubungan baik dengan tetangga bisa jadi penolong saat kita butuh bantuan atau sekadar jadi support system di lingkungan sekitar.
4. Parkir sembarangan di depan rumah orang

Biasanya karena merasa sebentar, kita sering numpang parkir di depan rumah tetangga tanpa izin. Walaupun cuma beberapa jam, hal itu bisa menghambat akses keluar-masuk, apalagi jika tetangga tersebut sedang buru-buru atau ada keperluan penting.
Mungkin kamu berpikir, “Toh dia gak pernah protes,” padahal bisa jadi dia menyimpan rasa jengkel yang lama-lama menumpuk. Memarkir kendaraan dengan tertib bukan cuma soal aturan, tapi juga bentuk penghargaan atas ruang milik orang lain.
5. Menyepelekan undangan hajatan di acara tetangga

Pernah sengaja gak datang ke acara tetangga dengan alasan gak penting karena merasa tak terlalu dekat Tanpa sadar sikap seperti ini bisa bikin tetangga merasa tidak dihargai, apalagi kalau acara tersebut penting bagi mereka. Seperti pernikahan anak, selamatan rumah baru, atau akikah.
Bukan soal makanannya, tapi soal menghormati undangan dan menjaga silaturahmi. Sekalipun kita gak bisa datang, sekadar membalas undangan dengan ucapan maaf dan doa yang tulus jauh lebih berkesan daripada diam seribu bahasa. Di lingkungan sosial yang masih menjunjung nilai kekeluargaan, hadir atau tidak hadir bisa menciptakan kesan yang bertahan lama.
6. Bergosip atau menceritakan aib tetangga lain

Niat awal mungkin hanya cerita untuk mengisi waktu. Kian lama obrolan mulai mengarah ke aib tetangga sendiri. Kita pun asyik larut dalam berbagi cerita aib orang lain. Sayangnya kebiasaan ini sering dianggap wajar di lingkungan tertentu.
Siapa pun tak ingin jadi bahan cerita di belakang, termasuk kamu kan? Kalau kita ikut menyebarkan, bisa jadi kita yang jadi sasaran gosip selanjutnya. Lebih baik jaga omongan dan pilih topik yang membangun, daripada menyakiti hati seseorang tanpa kita tahu dampaknya.
Kadang kita terlalu fokus pada sikap orang lain sampai tak sadar bahwa diri sendiri juga banyak kekurangan. Sekarang saatnya kita berubah dari hal sederhana untuk lebih peka dengan sekitar. Sering kali kita mengganggap sepele masalah kecil padahal memberikan luka paling dalam pada orang lain. Jadi tetangga yang baik adalah pilihan. Tentunya kebaikan itu juga akan berbalas padamu.