3 Pedoman Sebelum dan Saat Melukat di Bali

Hindu adalah agama air. Makanya sumber mata air harus disucikan melalui serangkaian upacara. Manusia mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, yang dalam kepercayaan Hindu Bali disebut dengan nama Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Jalinan kedekatan ini dapat bermula dari penyucian diri dengan cara melukat yang sarananya adalah air.
Pesatnya perkembangan pariwisata di Bali membuat melukat dilirik sebagai potensi wisata. Sehingga muncullah wisata tirta atau wisata melukat. Meskipun telah menjadi opsi wisata, melukat tidak dapat dilakukan sembarangan dalam beberapa kondisi. Sederhananya, ada beberapa hal perlu diperhatikan wisatawan yang ingin melukat, karena ada aturannya. Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan saat melukat?
1. Tidak boleh melukat saat menstruasi maupun masih suasana sebel

Perempuan yang sedang menstruasi tidak diperbolehkan melukat karena dianggap belum bersih. Jika menstruasi telah berakhir dan ingin melukat, perempuan dapat menyucikan diri dengan keramas dahulu. Larangan ini ada karena lokasi melukat biasanya satu kawasan dengan pura. Sehingga kesucian pura harus dijaga.
Kondisi cuntaka atau tidak bersih ini juga mengikat pada pasangan suami istri sehabis melakukan aktivitas seksual atau setelah memiliki anak. Sementara itu sebel secara sederhana dimaknai sebagai suasana berkabung. Jadi, jika belum habis masa berkabung setelah ngaben dan upacara sejenisnya, maka belum diperbolehkan melukat.
Jika sudah habis masa berkabung dan telah diupacarai di rumah masing-masing, maka dapat melukat seperti di Tirtha Empul yang dilengkapi pancoran khusus menyucikan diri setelah suasana berkabung.
2. Menjaga ucapan, pikiran, dan perbuatan

Menjaga ucapan, pikiran, dan perbuatan penting diperhatikan saat melukat. Ini sebagai pondasi awal menjaga kelestarian dan kesucian pura serta sumber mata airnya. Tri Kaya Parisudha yang terdiri dari ketiga hal tadi adalah keutamaan saat melukat agar fokus dengan penyucian diri sehingga memperoleh ketenangan batin.
Ketiga hal ini saling berkaitan, sebab pikiran adalah niat awal seorang manusia. Ketika niat awal sudah baik, maka akan melahirkan ucapan yang baik diikuti dengan perbuatan yang baik pula. Kedamaian dari menjaga pikiran dan laku budi akan memancarkan kebaikan kepada makhluk hidup lainnya.
Perbuatan yang wajib dilakukan adalah tidak mengenakan sabun, sampo, dan sikat gigi saat melukat di kolam suci. Memakai pakaian adat madya yaitu kaus, kamen, dan selendang saat melukat. Tidak boleh mencuci pakaian di kolam suci pelukatan.
3. Melestarikan kebersihan lokasi melukat dan sekitarnya

Melukat tidak hanya sebagai sarana penyucian diri. Alangkah egois ketika manusia hanya ingin membersihkan diri tetapi tidak menjaga kebersihan areal melukat dan sekitarnya. Sarana penyembuhan lahir dan batin melalui air bukan hanya sebagai sarana penyembuhan manusia.
Air juga sebagai sarana penghidupan makhluk hidup lainnya, sehingga manusia yang memohon kesembuhan maupun ketenangan lewat melukat juga harus memperhatikan kondisi sekitar. Tak hanya tiga hal ini, beberapa lokasi melukat seperti Tirtha Empul misalnya, melarang pengunjung yang melukat membawa gawai maupun kamera jenis apa pun saat melukat di kolam suci Tirtha Empul.