Mengenal Kruna Dwi Lingga dalam Bahasa Bali dan Contohnya

Dalam kosakata Bahasa Bali terdapat istilah kruna atau kata. Kruna terdiri dari kruna lingga (kata dasar), kruna dwi lingga (kata ulang), kruna tiron (kata berimbuhan), kruna polah (kata yang mendapat awalan ny, ma, na, dan ng), dan kruna satma (kata majemuk).
Artikel kali ini akan membahas tentang kruna dwi lingga atau kata ulang. Kruna dwi lingga dibagi menjadi lima bagian dalam Bahasa Bali. Apa saja? Lanjut disimak ya!
1. Kruna dwi sama lingga atau kata ulang murni

Kruna dwi sama lingga adalah kata ulang dengan pengulangan kata secara penuh. Kruna dwi lingga memiliki banyak jumlah makna atau lebih dari satu.
Contoh kruna dwi sama lingga:
- Gede-gede (besar-besar)
- Mokoh-mokoh (gemuk-gemuk)
- Murid-murid (para siswa atau siswa-siswa)
- Jegeg-jegeg (cantik-cantik atau banyak yang cantik)
- Buku-buku (buku-buku).
2. Kruna dwi samatra lingga atau kata ulang berubah bunyi

Kruna dwi samatra lingga adalah kata ulang yang memiliki perubahan pada vokal kata kedua. Jika cuma satu kata, maka tidak memiliki arti.
Contoh kruna dwi samatra lingga:
- Dengak-dengok (tolah-toleh)
- Kitak-kituk (geleng-geleng)
- Delak-delik (melotot)
- Kejat-kejit (alis naik-turun)
- Karag-kirig (maju-mundur)
- Tundak-tundik (menyentuh atau colak-colek).
3. Kruna dwi maya lingga atau kata ulang semu

Kruna dwi maya lingga disebut kata ulang semu. Karena jika kata ulang tersebut terdiri dari satu kata saja, maka tidak akan memiliki arti.
Contoh kruna dwi maya lingga:
- Ogoh-ogoh (patung ogoh-ogoh)
- Kupu-kupu (binatang kupu-kupu)
- Kura-kura (binatang kura-kura)
- Omang-omang (keong laut).
4. Kruna dwi purwa lingga

Kruna dwi purwa lingga adalah kata ulang yang pengulangannya hanya pada suku kata awalnya saja.
Contoh kruna dwi purwa lingga:
- Sesate (beberapa sate)
- Sesari (uang yang ada di canang atau banten)
- Dedalu (laron)
- Bebantenan (tentang sarana upacara)
- Rerama (orang tua)
- Sesapi (jenis burung mirip walet).
5. Kruna dwi wesana lingga

Kruna dwi wesana lingga adalah kata ulang yang pengulangan katanya pada suku kata terakhirnya, dan biasanya ada penambahan kata "pake" di awal.
Contoh kruna dwi wesana lingga:
- Paketeltel (menetes)
- Pakecorcor (air mengalir)
- Pakedipdip (kedapkedip)
- Paketistis (menetes)
- Pakebyah-byah (sakit sehabis ditampar atau dipukul pada bagian kulit)
- Pakecoscos (berlompatan).
Kruna dwi lingga atau kata ulang ini akan sering dijumpai dalam percakapan sehari-hari di Bali. Bahkan sudah diajarkan dalam materi pelajaran Bahasa Bali kelas IV sekolah dasar (SD). Selamat belajar ya.