5 Hal yang Orangtua Lupakan saat Anak Mulai Dewasa, Wajar Berubah!

Melihat anak yang dulu masih minta ditemani tidur, dan sekarang sudah punya kehidupan sendiri memang bikin campur aduk, ya? Senang karena mereka sudah mandiri, tapi di sisi lain ada rasa kehilangan yang sulit dijelaskan. Tanpa disadari, orangtua sering lupa menyesuaikan cara pandang mereka terhadap anak yang sudah dewasa.
Perubahan ini wajar banget terjadi, tapi kalau gak disadari bisa bikin hubungan orangtua dan anak jadi renggang. Nah, daripada terus merasa bingung kenapa anak makin jarang cerita atau malah sering bentrok pendapat, yuk cek lima hal yang sering terlupakan orangtua saat anak mulai dewasa, dilansir dari berbagai sumber.
1. Anak punya cara pandang sendiri yang berbeda dari generasi orangtua

Masih sering kesal karena anak gak mau nurut saat diberi saran? Mungkin orangtua lupa kalau anak sudah punya pengalaman dan cara pandang sendiri yang terbentuk dari zamannya. Apa yang dulu berhasil untuk orangtua, belum tentu relevan untuk kondisi sekarang.
Daripada terus memaksakan pendapat, coba dengarkan dulu perspektif mereka. Siapa tahu, cara mereka justru lebih cocok untuk situasi yang dihadapi. Ingat, perbedaan pendapat bukan berarti mereka gak menghormati orangtua, tapi justru menunjukkan mereka sudah bisa berpikir mandiri.
2. Mereka butuh ruang pribadi yang lebih luas dari sebelumnya

Dulu, orangtua tahu semua detail kehidupan anak. Sekarang? Mereka mungkin gak cerita semuanya, dan itu normal banget. Orangtua sering lupa kalau anak dewasa butuh privasi untuk mengeksplorasi jati diri mereka.
Bukan berarti mereka jadi tertutup atau gak sayang lagi, tapi mereka butuh space untuk membuat keputusan sendiri. Percaya deh, kalau orangtua bisa menghargai batasan ini, justru anak akan lebih nyaman berbagi cerita tanpa merasa dihakimi atau diinterogasi.
3. Peran orangtua sudah bergeser dari pemberi instruksi jadi teman diskusi

Masih terbiasa kasih perintah "harus begini, harus begitu"? Saatnya ubah pendekatan! Anak dewasa butuh orangtua yang bisa diajak diskusi, bukan yang terus-terusan mendikte.
Coba posisikan diri sebagai partner diskusi yang memberikan sudut pandang berbeda, bukan sebagai komandan yang harus dipatuhi. Dengan begitu, anak akan lebih terbuka menerima masukan karena merasa dihargai sebagai individu dewasa, bukan anak kecil yang gak tahu apa-apa.
4. Standar kesuksesan mereka berbeda dengan ekspektasi orangtua

Orangtua sering punya gambaran ideal tentang kesuksesan anak, kerja di perusahaan besar, menikah di usia tertentu, dan punya rumah sendiri. Padahal, generasi sekarang punya definisi kesuksesan yang berbeda. Mungkin bagi mereka, work-life balance lebih penting daripada gaji besar.
Daripada terus membandingkan dengan standar zaman dulu atau dengan anak tetangga, coba hargai pencapaian mereka sesuai dengan value yang mereka pegang. Dukungan orangtua yang tulus tanpa embel-embel ekspektasi justru bikin mereka lebih semangat meraih impiannya.
5. Mereka tetap butuh dukungan meski sudah bisa mandiri

"Kan sudah dewasa, harusnya bisa sendiri!" Mindset ini sering bikin orangtua lupa kalau anak tetap butuh support system mereka. Bedanya, dukungan yang dibutuhkan bukan lagi dalam bentuk menyelesaikan masalah untuk mereka, tapi lebih ke dukungan emosional.
Sesekali tanyakan kabar tanpa agenda terselubung, tawarkan bantuan tanpa memaksa, atau sekadar jadi tempat curhat tanpa menghakimi. Percaya deh, kehadiran orangtua yang supportif tanpa menggurui itu sangat berarti bagi anak dewasa yang sedang menghadapi kompleksitas kehidupan.
Menerima anak yang sudah dewasa memang gak mudah, tapi ini bagian natural dari perjalanan menjadi orangtua. Dengan sedikit penyesuaian cara pandang, hubungan orangtua dan anak justru bisa makin erat dan dewasa. Jadi, sudah siap melihat anak sebagai individu dewasa yang setara, dan tetap memberikan dukungan dengan cara yang lebih bijaksana?