7 Ciri Modus Penipuan Lowongan Kerja

Persaingan dalam mencari pekerjaan semakin ketat karena berbagai faktor, seperti jumlah pencari kerja yang terus meningkat, sementara pekerjaan yang tersedia tidak selalu sebanding. Globalisasi, kemajuan teknologi, dan otomatisasi juga mengurangi kebutuhan tenaga kerja di beberapa sektor, memaksa orang untuk beradaptasi dan mengembangkan keterampilan baru.
Perusahaan sering kali mengutamakan calon dengan kualifikasi tinggi, batasan usia, pengalaman kerja, dan keterampilan khusus, sehingga menciptakan tantangan bagi mereka yang baru lulus atau kurang berpengalaman. Selain itu, proses seleksi yang ketat membuat pencarian pekerjaan semakin meningkat.
Kondisi sulitnya mencari pekerjaan disertai dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang menjadi wadah untuk pihak yang tidak bertanggung jawab dalam melakukan tindakan kejahatan. Penipuan lowongan pekerjaan menjadi semakin marak seiring dengan meningkatnya jumlah pencari kerja yang rentan terhadap tawaran-tawaran yang menggiurkan. Modus penipuan ini sering kali memanfaatkan platform digital, seperti media sosial, email, dan aplikasi pesan, untuk menyamar sebagai pihak resmi atau menawarkan pekerjaan palsu. Sebagai bentuk kewaspadaan, berikut ini adalah ciri-ciri modus penipuan lowongan kerja.
1.Penipuan tersebar di berbagai platform media sosial

Penipu lowongan pekerjaan akan memanfaatkan berbagai platform media sosial untuk menjalankan aksi penipuan. Adanya akses teknologi yang luas dan pengguna yang beragam memudahkan mereka untuk menjangkau banyak orang. Penipu lowongan kerja sering kali membuat akun atau halaman palsu yang menyerupai perusahaan resmi, menawarkan lowongan pekerjaan yang terlihat menarik dan menguntungkan.
Para penipu menggunakan iklan berbayar atau pesan langsung untuk mengelabui korban di platform seperti Facebook, Instagram, dan LinkedIn. Beberapa penipu bahkan memanfaatkan grup atau komunitas pencari kerja untuk menargetkan orang-orang yang sedang aktif mencari pekerjaan. Hal ini membuat media sosial menjadi tempat yang rawan terhadap penipuan jika pengguna tidak waspada dan tidak melakukan verifikasi dengan teliti. Oleh karena itu, pentingnya melakukan verifikasi kebenaran informasi terkait adanya lowongan pekerjaan yang ditawarkan.
2.Menggunakan email atau nomor telepon pribadi pada informasi lowongan kerja

Penipu lowongan kerja sering kali menggunakan email atau nomor telepon pribadi untuk memberikan kesan bahwa tawaran pekerjaan mereka sah. Mereka mungkin mengirimkan informasi lowongan kerja palsu melalui email dengan alamat yang tampak profesional, namun sebenarnya tidak terkait dengan perusahaan yang sah.
Begitu korban tertarik, penipu akan meminta calon pekerja untuk menghubungi nomor telepon pribadi untuk mengubungi pelamar secara langsung. Modus ini memanfaatkan kepercayaan korban yang kurang teliti dalam melakukan verifikasi sumber lowongan. Tanda-tanda seperti alamat email yang mencurigakan atau domain yang tidak sesuai biasanya menjadi indikasi adanya penipuan.
3.Proses rekrutmen yang terlalu cepat dan terburu-buru

Penipu lowongan kerja sering melakukan proses rekrutmen yang terlalu cepat dan terburu-buru untuk mengurangi waktu korban melakukan verifikasi dan berpikir kritis. Mereka mungkin menawarkan pekerjaan dalam waktu singkat tanpa melalui prosedur yang semestinya. Penipu cenderung menekan korban agar segera memberikan informasi pribadi atau membayar biaya administrasi dengan dalih bahwa posisi tersebut sangat diminati atau waktu terbatas.
Taktik ini dirancang untuk membuat korban merasa tergesa-gesa, dan tidak sempat memeriksa keaslian perusahaan atau menawarkan pekerjaan, sehingga lebih rentan jatuh ke dalam jebakan penipuan.
4.Tidak mengikuti alur rekrutmen karyawan dengan benar

Tawaran kemudahan proses seleksi dalam rekrutmen karyawan harus menjadi hal yang dicurigai saat melamar pekerjaan. Penipu lowongan pekerjaan sering kali tidak mengikuti alur atau prosedur rekrutmen yang benar. Alur seharusnya mencakup beberapa tahapan, seperti pengiriman CV, tes tertulis, tes wawancara, dan tes kesehatan.
Namun, penipu lowongan kerja akan memudahkan pelamar dengan hanya mengirimkan CV saja kemudian langsung diwawancara secara tidak formal lewat telepon. Mereka mungkin melewatkan proses wawancara formal, atau hanya memberikan pertanyaan dasar yang tidak berkaitan dengan kualifikasi calon pekerja.
Penipu akan melakukan pendekatan personal kepada pelamar saat melakukan wawancara via telepon, seperti mengaku satu daerah asal dengan calon pelamar, mengaku alumni dari kampus yang sama, dan lainnya. Alur rekrutmen yang tidak jelas dan tidak profesional ini sering menjadi tanda peringatan bahwa tawaran pekerjaan tersebut adalah penipuan.
5.Menawarkan gaji yang fantastis

Penipu akan menarik perhatian calon korban dengan menawarkan gaji yang fantastis, jauh di atas rata-rata pasar untuk posisi serupa. Tawaran ini dimaksudkan untuk memancing minat orang-orang yang sedang mencari pekerjaan tanpa mempertimbangkan aspek lain, seperti tugas dan kualifikasi yang diperlukan. Tawaran gaji yang terlalu tinggi seharusnya menjadi tanda bahaya, terutama jika posisi yang ditawarkan tidak sejalan dengan pengalaman atau keterampilan yang dimiliki.
6.Memberikan fasilitas mewah kepada calon karyawan

Fasilitas mewah yang menggiurkan sering menjadi modus penipuan lowongan pekerjaan. Penipu akan menawarkan tempat tinggal atau akomodasi di hotel bintang lima, kendaraan pribadi, asuransi kesehatan untuk keluarga terdekat atau tunjangan yang besar. Janji-janji ini dirancang untuk meyakinkan para pencari kerja bahwa pekerjaan yang ditawarkan sangat menguntungkan, sehingga mereka berjanji untuk segera menerima tawaran tersebut tanpa berpikir kritis. Janji fasilitas yang terlalu muluk ini harus dicurigai sebagai awal dari modus penipuan.
7.Buru-buru meminta melakukan pembayaran

Setelah pelamar tertarik dengan kemudahan alur seleksi, fasilitas yang mewah dan gaji yang tinggi, maka penipu lowongan kerja akan meminta calon korban untuk melakukan pembayaran sebagai syarat untuk mendapatkan pekerjaan. Mereka mungkin mengklaim bahwa pembayaran diperlukan untuk biaya administrasi, pelatihan, pengurusan dokumen, biaya seragam dinas, atau bahkan biaya perjalanan menuju lokasi tempat bekerja.
Taktik ini biasanya disertai dengan durasi waktu yang sangat cepat dan tergesa-gesa, membuat korban merasa terdesak untuk segera memenuhi permintaan tersebut. Namun, setelah melakukan pembayaran, korban sering kali menemukan bahwa kesepakatan pekerjaan tersebut tidak pernah ada, dan mereka sulit untuk mendapatkan kembali uang yang telah dikeluarkan. Permintaan pembayaran di awal proses rekrutmen seharusnya menjadi tanda bahaya bagi pencari kerja untuk lebih berhati-hati dan melakukan verifikasi yang lebih mendalam.
Demikian ciri-ciri modus penipuan lowongan kerja, pastikan kamu dan kerabat terdekat tidak menjadi korban penipuan.