TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Luka Masa Kecil Bibit Avoidant Personality Disorder Dewasa

Terbiasa menghindari sosial karena takut dihakimi

ilustrasi avoidant personality (pexels.com/ Heber Vazquez)

Pernahkah kamu menghindari situasi sosial karena takut dihakimi atau ditolak? Jika ya, kamu mungkin memiliki avoidant personality disorder. Beberapa kejadian di masa kecil ternyata dapat menyebabkan "avoidant attachment" ketika beranjak dewasa. Hal ini dapat berkembang menjadi avoidant personality disorder jika terlalu lama dibiarkan.

Penasaran, apa saja kejadian yang berpotensi timbulkan avoidant personality disorder? Yuk, simak penjelasan berikut ini agar lebih paham.

1. Trauma pelecehan seksual saat kecil

ilustrasi avoidant personality (pexels.com/ cottonbro studio)

Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa seseorang memilih untuk menarik diri dari hubungan dekat? Satu alasannya bisa jadi karena trauma pelecehan seksual di masa kecil. Trauma ini dapat memicu rasa malu dan bersalah yang mendalam pada korban. Hal ini membuat mereka enggan menjalin hubungan dekat. Karena mereka takut akan menghadapi perasaan negatif terkait pengalaman traumatis tersebut (Child Maltreatment, 2005).

Akibatnya, mereka akan terjebak dalam mekanisme coping "avoidant attachment" dan berisiko mengembangkan avoidant personality disorder di masa depan.

2. Parenting yang terlalu overprotective pada anak

ilustrasi avoidant personality (pexels.com/ Noelle Otto)

Orangtuamu suka melarang dan overprotective padamu? Pola asuh seperti ini ternyata bisa memicu avoidant personality disorder, lho!

Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh overprotective berisiko mengembangkan "avoidant attachment". Hal ini terjadi karena mereka terbiasa dilindungi dari segala bahaya dan tidak didorong untuk mandiri.

Akibatnya, mereka tumbuh menjadi orang dewasa yang memiliki skema kognitif dan emosional. Seperti merasa bahwa diri sendiri tidak penting, dan berpendapat bahwa emosi mereka salah serta tidak perlu dihiraukan. Di mana traits tersebut khas sekali pada avoidant personality disorder (Clinical Psychology Review, 2004).

3. Kesepian

ilustrasi anak kesepian (pexels.com/ Pixabay)

Saat kecil, apakah kamu ceria atau justru kesepian dan tersisihkan? Pengalaman kesepian ternyata dapat meningkatkan risiko avoidant personality disorder, lho!

Kurangnya interaksi dengan orang lain di masa kecil dapat menyebabkan avoidant attachment. Hal ini membuat anak-anak mengembangkan kecenderungan seperti subjugation, di mana mereka merasa tidak berharga dan tidak layak dicintai (Cognitive Therapy and Research, 2009).

Kecenderungan ini dapat terbawa hingga dewasa dan menjadi faktor utama dalam pengembangan avoidant personality disorder.

4. Penelantaran secara emosional pada anak

ilustrasi avoidant personality (pexels.com/ cottonbro studio)

Anak-anak yang ditelantarkan atau diperlakukan kasar secara emosional akan merasa asing dan sulit nyaman dengan orang lain. Perasaan ditelantarkan tersebut membuat mereka tidak menganggap orangtua ataupun orang terdekat sebagai tempat yang aman untuk bersandar.

Akibatnya, mereka akan mudah merasa insecure, mencoba untuk mandiri lebih awal, dan menghindari interaksi dengan orangtua maupun orang lain. Hal ini dapat berkembang menjadi avoidant attachment dan berujung pada avoidant personality disorder di masa dewasa (Psychology Press, 1978).

Verified Writer

Masrurotul Hikmah

A girl with ADHD and still learn to manage it!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya