Party Kopi di Bali Beans Coffee & Co, Angkat Potensi Lokal Kopi Bali
Badung, IDN Times - Party minuman beralkohol sudah biasa ditemui di Bali. Tapi Party Kopi yang diinisiasi Bali Beans Coffee & Co ini mulai ramai digemari masyarakat. Acara tahunan ini dilaksanakan di Beans Coffee & Co, Umalas, pada Minggu (7/12/2025). Memasuki tahun ketiga penyelenggaraan, Party Kopi konsisten mengangkat citra kopi Bali.
Pemilik Bali Beans Coffee & Co, Komang Ayu Sudana, mengatakan kali ini acaranya bertajuk Bali Beans White Party Vol 3. Suasana pun cukup ramai pengunjung terutama warga negara asing (WNA). Diiringi musik DJ, para pencinta kopi menari dengan masing-masing memegang cup atau gelas kopinya sendiri-sendiri. Acara tampak mewah dengan balutan pakaian serba putih dan kembang api kecil.
"Party Kopi ini adalah sesuatu yang trending. Jadi anak-anak muda sekarang itu di bidang party itu tidak fokus dengan alkohol-alkohol aja ya. Jadi kami ingin bikin sesuatu impact yang positif untuk community," terangnya.
1. Anak muda cenderung menyukai coffee shop
Menurut Komang Ayu Sudana, keberadaan coffee shop saat ini menciptakan kreativitas baru untuk anak-anak muda. Mereka kini tidak hanya nongkrong pada malam hari atau di bar. Anak muda cenderung memilih coffee shop. Dengan terselenggaranya Party Kopi ini diharapkan pengunjung dapat menikmati berbagai teknik penyajian kopi dari berbagai negara. Di luar agenda ini, Bali Beans Coffee & Co Umalas mampu menghabiskan 25 kilogram kopi.
"Kami menyajikan banyak semua tentang kopi. Semuanya kopi organik," terangnya.
2. Dikembangkan oleh pasangan petani secara organik
Bali Beans Coffee & Co adalah produsen Kopi Arabika premium berbasis keluarga asal Desa Plaga di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Usaha ini didirikan pada 1985 oleh pasangan petani Bali, Nyoman Sudana dan Wayan Sari. Mereka menerapkan model From Crop to Cup yakni mengelola seluruh proses produksi kopi, mulai dari budidaya, panen, pengolahan, hingga roasting dan distribusi.
Bali Beans berfokus pada keberlanjutan, kesejahteraan petani lokal, serta pelestarian budaya Bali. Mereka memulai menanam Kopi Arabika pada lahan leluhurnya di dataran tinggi vulkanik Kintamani.
"Beliau menanam kopi ini dengan metode yang sama, yaitu dengan pohon perindang di sekeliling kopinya. Secara tumpang sari biasanya ada jeruk sedikit, ada kopi, ada cabe. Kopi itu sebenarnya tidak perlu pupuk tambahan," katanya.
3. Dikembangkan untuk brand kopi lokal berkelas global

Dengan memegang nilai Tri Hita Karana, Bali Beans berkembang menjadi brand kopi lokal berkelas global. Pada generasi keduanya, saat ini Bali Beans dikelola oleh Ayu Sudana, yang memperkuat profesionalisme perusahaan melalui hospitality, edukasi kopi, dan pengembangan pasar retail serta ekspor.
Saat ini perkebunan kopi yang dikelola mencapai 5,5 hektare dengan jumlah mitra sebanyak 22 petani. Produksinya rata-rata mencapai sekitar 500kg (killogram) green beans per hektare per tahunnya. Bali Beans juga membuka pengalaman bagi pengunjung yakni tur kebun dan fasilitas roasting, edukasi budaya kopi Bali, sesi tasting dan storytelling, hingga aktivitas komunitas lokal.
"Program ini memperkenalkan kopi sebagai budaya, bukan sekadar produk konsumsi," terangnya.


















