Omicron Masuk Bali, Dinkes Tabanan Imbau Tak Perlu Ditanggapi Panik
Bagi warga dengan komorbid jangan takut untuk vaksin ya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tabanan, IDN Times - Omicron kini sudah masuk ke Bali. Kabar virus tersebut muncul setelah Provinsi Jawa Timur memaparkan kasus pertama pasien Omicron dari seorang perempuan berinisial TYC, yang berlibur di Bali sejak tanggal 20 hingga 25 Desember 2021.
TYC yang mengaku liburan bersama suaminya, SJJ, itu merasakan tenggorokannya seperti ada lendir. Pegawai hotel di tempat menginapnya TYC sudah menjalani tracing, dan hasilnya baru dibawa ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Senin (3/12/2021).
Berdasarkan tracking pula, belum ada informasi apakah wisatawan domestik (Wisdom) tersebut masuk ke wilayah Kabupaten Tabanan. Meskipun begitu Kepala Dinas Kesehatan Tabanan, dr Nyoman Susila, mengimbau warga Tabanan untuk tetap taat protokol kesehatan (Prokes), dan segera mendapatkan vaksinasi bagi yang belum.
Baca Juga: 90 Persen Anak di Tabanan Bali Telah Selesai Divaksinasi
Baca Juga: Virolog Unud Ungkap Dugaan Omicron Sudah Menyebar di Bali
1. Capaian 100 persen vaksinasi COVID-19 di Tabanan terhalang warga dengan komorbid yang takut divaksinasi
Susila mengatakan, keberadaan Omicron yang masuk ke Bali hendaknya tidak ditanggapi dengan kepanikan seperti virus COVID-19 varian lainnya. Penularan Omicron bisa dicegah dengan penerapan prokes dan vaksinasi.
"Vaksinasi itu membangun antibodi. Jadi jika tervaksinasi, memang tidak 100 persen melindungi untuk tidak tertular, tetapi setidaknya meringankan gejalanya," ujar Susila, Senin (3/12/2021).
Vaksinasi COVID-19 dosis pertama di Tabanan kini mencapai 95,92 persen atau 359.589 orang dari target 374.888 orang. Sedangkan dosis kedua baru 89,27 persen atau sebanyak 334.655 orang dari target 374.888 orang.
Menurut Susila, capaian vaksinasi di Tabanan masih merangkak untuk bisa mencapai 100 persen. Hal itu karena beberapa warga dengan komorbid masih takut untuk menjalani vaksinasi.
"Kecepatannya tidak seperti dulu. Paling naik satu persen dalam seminggu. Hal ini karena masih ada warga dengan komorbid yang tidak berani vaksin," katanya.