TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Made Janur CNN Heroes 2021, Perlu Orang Gila Biar Bebas Sampah Plastik

Dia putra Bali yang mendapatkan penghargaan ini

Instagram.com/theplasticxchange

Tabanan, IDN Times - Pria asal Bali, Made Janur Yasa, masuk dalam daftar 10 besar pahlawan lingkungan CNN Heroes 2021 berkat program Plastic Exchange yang digagasnya. Program ini berupa penukaran sampah plastik dengan kebutuhan pokok berupa beras. Program berbasis komunitas dan memperdayakan ekonomi mikro ini ternyata sudah meluas hingga 200 banjar yang tersebar di Pulau Bali.

Apa yang membuat Made Janur Yasa sukses menjalani programnya hanya dalam waktu setahun? Berikut ini hasil wawancara IDN Times dalam program 101 Climate Change Actions with Made Janur, Selasa (21/12/2021).

1. Berawal untuk mewujudkan lingkungan bersih sekaligus membantu masyarakat yang terkena dampak pandemik COVID-19

Pemimpin Redaksi IDN Times, Uni Lubis, mewawancarai Made Janur Yasa dalam program IDN Times 101 Climate Change Actions with Made Janur, Selasa (21/12/2021). (Dok.IDN Times)

Ide penukaran sampah plastik dengan kebutuhan pokok ini dicetuskan Janur Yasa pada Mei 2020, tepat ketika pandemik COVID-19 melanda Indonesia. Perekonomian di Bali juga hancur kala itu. Made Janur lalu berinisiatif ingin membantu masyarakat dengan kebutuhan pokok. Hingga tercetuslah ide penukaran sampah plastik dengan beras di desanya.

"Saya telepon aparat desa meminta 10 orang yang bisa menjalankan program ini. Ditanya kapan mau jalan, saya bilang besok. Lebih cepat lebih baik," ujarnya ketika diwawancarai Pimpinan Redaksi IDN Times, Uni Lubis, Selasa (2i/12/2021).

2. Dari 10 orang, kini telah menyebar di 200 banjar

Instagram.com/theplasticxchange

Program ini memang awalnya hanya melibatkan 10 orang. Made Janur mengajak kesepuluh orang tersebut untuk mengumpulkan sampah plastik, lalu dapat ditukar dengan beras.

"Awalnya satu kilogram sampah plastik jenis apa pun bisa ditukar dengan satu kilogram beras," ujar Janur Yasa.

Ia tidak menyangka, dalam waktu tiga hari program tersebut dijalankan, mereka berhasil mengumpulkan 600 kilogram sampah dan memberikan 600 kilogram beras.

Melihat antusias masyarakat, membuat Made Janur memikirkan kembali tentang tata cara penukaran sampah plastik. Ia kemudian melihat tipe sampah plastik itu ada tiga jenis. Yaitu sampah sekali pakai (Contohnya kantong plastik), sampah plastik yang berbentuk (Botol minuman), dan sampah rongsokan.

"Saya kemudian mengategorikan penukaran beras sesuai jenis sampah. Untuk sampah sekali pakai itu dua kilogram, baru bisa ditukar beras. Sampah berbentuk sebanyak empat kilogram, kalau rongsokan sebanyak lima kilogram," jelasnya.

Melihat masyarakat mulai sadar untuk memungut, memilah dan menukarkan sampahnya, Made Janur memiliki ide untuk menyebarkan program ini ke desa lain.

"Setelah menyusun misi, visi, tata caranya, saya tularkan ke orang-orang yang mau menjalankan program ini tanpa perlu saya ada di sana. Hasilnya, sampai saat ini ada 200 banjar di Bali yang menerapkannya."

3. Program Plastic Exchange hanya membutuhkan orang-orang gila

Sampah plastik (IDN Times/M Shakti)

Kunci keberhasilan pelaksanaan program Plastic Exchange ini, kata Made Janur, karena telah memilih orang-orang 'gila' (Gagasan, ide, langsung jalan). Ia menilai masyarakat di desa itu ada tiga kategori:

  • Masyarakat yang 'gila'. Yaitu mereka memang mau melakukan pembersihan lingkungan di desanya, tetapi cuma tidak tahu bagaimana caranya
  • Masyarakat yang sudah sadar memungut dan memilah sampah, namun tidak tahu sampah tersebut dibawa ke mana, dan akhirnya dibakar atau dibuang
  • Masyarakat yang memungut dan memilah sampah untuk ditukarkan dengan beras.

Untuk melaksanakan program Plastic Exchange ini, ia membutuhkan masyarakat yang 'gila'.

"Kalau ada banjar yang ingin menerapkan program ini, saya pasti minta yang 'gila'. Saya targetkan dua minggu sudah harus jalan," katanya.

Ia juga tidak menutup kemungkinan untuk mengajak sekaa teruna teruni untuk melanjutkan program ini.

"Tetapi ya itu, kuncinya harus 'gila'."

4. Beras yang dipakai dalam program ini wajib membeli langsung ke petani setempat

Ilustrasi sawah. (IDN Times/Irma Yudistirani)

Kita tahu, bahwa pandemik berdampak kepada larangan untuk mengaadakan kegiatan yang berkerumun. Karena itu, program Plastic Exchange ini menjadwalkan penukaran sampah plastik dengan beras sebulan sekali selama satu jam.

"Jadi masyarakat diberikan waktu selama satu bulan untuk mengumpulkan dan memilah sampahnya," ungkap Made Janur.

Tentunya dalam memenuhi kebutuhan beras ini juga memerlukan pendanaan. Maka selain bantuan dari donatur, Made Janur mendapatkan pengadaan beras dari penjualan sampah plastik yang dikumpulkan oleh masyarakat.

"Saya kerja sama dengan pengepul yang membawa sampah plastik ini ke Jawa untuk diolah," terangnya.

Berasnya juga wajib dibeli dari petani setempat.

"Jika tidak ada petani, beli ke penyosohan setempat. Kalau tidak ada, beli ke koperasi atau Bumdes (Badan Usaha Milik Desa) setempat. Kalau tidak ada juga, beli ke warung sekitar. Sehingga selain menciptakan lingkungan bersih, juga mendukung perekonomian sekitar."

Baca Juga: Kepala DKLH Bali: Sampah Plastik di Pasar Desa Belum Bisa Ditekan

Berita Terkini Lainnya