TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta PKM non-PSBB Kota Denpasar yang Akan Diterapkan Besok

Ada sanksi administratif hingga adat lho

Instagram.com/dishubdenpasar

Denpasar, IDN Times - Kota Denpasar menerapkan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) di tingkat Desa, Kelurahan, dan Desa Adat mulai esok, Jumat 15 Mei 2020. Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar menyebutnya sebagai PKM non-PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). 

Kebijakan ini diatur dalam Peraturan Wali Kota (Perwali ) Nomor 32 Tahun 2020, yang merujuk pada enam dasar aturan yakni:

  • Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular
  • UU Nomor 1 Tahun 1992 Tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar
  • UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
  • UU Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Karantina Kesehatan
  • Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam Rangka Percepatan Penanganan COVID-19
  • Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 Tentang pedoman PSBB dalam Rangka Percepatan Penanganan COVID-19.

Menurut Wali Kota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra urgensi penerapan PKM non-PSBB ini karena semakin meluasnya sebaran kasus positif di Kota Denpasar.

Dari catatan terakhir tanggal 13 Mei, total kumulatif pasien positif di Kota Denpasar sebanyak 62 orang, Pasien dalam Pengawasan (PDP) 41 orang, Orang dalam Pemantauan (ODP) 264 orang, Orang Tanpa Gejala (OTG) 339 orang. Sementara pasien sembuh secara keseluruhan 47 orang, pasien yang dirawat 13 orang, pasien meninggal 2 orang, imported case 42 orang, dan transmisi lokal sebanyak 20 orang.

Atas dasar itu, menurut Pemkot Denpasar perlu melaksanakan PKM non-PSBB. Apa saja yang harus dilakukan oleh masyarakat? Berikut fakta-fakta PKM non-PSBB yang harus kamu ketahui, dilansir dari Instagram denpasarkota, akun resmi Pemkot Denpasar serta dari Pedoman Teknis Tentang Pembatasan Kegiatan masyarakat di situs resmi denpasarkota.go.id:

Baca Juga: Bedanya Rapid Test, Swab dan PCR! Lebih Akurat Mana?

1. Masyarakat yang mau bepergian wajib membawa Kartu Tanda Penduduk dan Surat Keterangan

Ilustrasi KTP Elektronik atau E-KTP (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Selama pelaksanaan PKM non-PSBB, masyarakat diimbau untuk menerapkan beberapa hal berikut ini:

  • Jika tidak urgent atau bekerja atau punya kepentingan yang jelas, agar tetap di rumah saja
  • Jika harus keluar rumah/bekerja/bepergian dengan tujuan, alasan dan kepentingan jelas, agar menetapkan protokol kesehatan:
    1. Wajib pakai masker
    2. Selalu jaga jarak
    3. Rajin cuci tangan
    4. Rutin melakukan diinfeksi di tempat kerja atau usaha

Bagi masyarakat yang hendak bepergian, wajib membawa identitas diri berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Surat Keterangan (Suket) di antaranya:

  1. Surat tugas/jalan/keterangan kerja dari pelaku usaha
  2. Surat keterangan usaha/mandiri/wirausaha, para pekerja sektor informal/serabutan/tenaga lepas dapat mencari suket kerja dadi satgas desa/lurah
  3. Suket perjalanan dari satgas desa/lurah

Baca Juga: Dianggap Mampu Tekan COVID-19 Tanpa PSBB, Bali Dirancang Jadi Contoh

2. PKM non-PSBB dilaksanakan dalam dua tahap dan dimulai tanggal 15 Mei 2020

Instagram.com/dishubdenpasar

PKM non-PSBB berlangsung dari tanggal 15 hingga 30 Mei (tahap awal) dan 31 Mei hingga 14 Juni (tahap lanjutan). Pelaksanaan ini berdasarkan permintaan dari desa/lurah di perbatasan dan zona merah yakni:

  1. Belajar dari rumah
  2. Pembatasan kegiatan bekerja di tempat kerja/kantor
  3. Pembatasan kegiatan keagamaan di rumah ibadah, kegiatan sosial dan budaya
  4. Pembatasan kegiatan di tempat umum, termasuk pembatasan belanja di pasar
  5. Pembatasan moda transportasi dan mobilisasi.

3. Latar belakang munculnya penerapan PKM non-PSBB

Ilustrasi perawat. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Menurut Pemkot Denpasar, inilah yang melatarbelakangi penerapan PKM non-PSBB:

  1. Adanya peningkatan jumlah pasien transmisi lokal dan PMI
  2. Ketidakpatuhan masyarakat dalam menaati anjuran pemerintah seperti:
    - Banyak pengendara tidak menggunakan masker
    - Masih ditemui pergerakan masyarakat mudik
    - Tingginya pergerakan lalu lintas di perbatasan
    - Banyak kerumunan masyarakat
    - Usaha masih buka melewati jam operasional

Baca Juga: Bisnis Perhotelan di Bali Tahun Ini Paling Terpuruk Sepanjang Sejarah

4. Moda transportasi dan transportasi umum dibatasi selama penerapan PKM non-PSBB

Foto hanya ilustrasi. (Dok.IDN Times/Istimewa)

Semua moda transportasi dan transportasi umum dibatasi selama pemberlakuan PKM non-PSBB di wilayah Desa, Kelurahan, dan Desa Adat. Izin hanya diberikan untuk keperluan berikut ini:

  • Pemenuhan kebutuhan pokok dan kesehatan
  • Keperluan distribusi bahan baku industri manufaktur dan assembling
  • Keperluan ekspor dan impor
  • Keperluan distribusi barang kiriman
  • Angkutan bus jemputan karyawan tempat usaha
  • Layanan kebakaran, layanan angkutan sampah/kebersihan, layanan hukum dan ketertiban, serta layanan darurat
  • Operasi pelabuhan untuk pergerakan kargo, bantuan evakuasi dan organisasi operasional terkait.

Kewajiban moda transportasi dan transportasi umum yang beroperasional selama PKM non-PSBB:

  • Membatasi jumlah orang paling banyak 50 persen dari kapasitas angkutan
  • Membatasi jam operasional moda transportasi dan transportasi umum yang ditentukan sesuai kebijakan daerah
  • Menerapkan protokol kesehatan terhadap petugas dan penumpang yang memasuki transportasi umum
  • Menjaga jarak antar penumpang (Physical distancing)

Beberapa usaha di Kota Denpasar wajib ditutup selama PKM non-PSBB untuk sementara waktu, di antaranya:

  • Karaoke
  • Bioskop
  • Panti pijat
  • Bar
  • Diskotek
  • Tempat hiburan sejenis
  • Lapangan umum
  • Tempat wisata
  • Fasilitas umum sejenis

Sedangkan di tempat usaha umum lainnya wajib melaksanakan protokol kesehatan yang meliputi:

  • Wajib ukur suhu badan dengan thermogun
  • Sebelum masuk, harus cuci tangan pakai sabun
  • Melakukan disinfeksi secara berkala
  • Selalu memakai masker
  • Physical distancing
  • Mengucapkan salam dengan 'namaste".

Baca Juga: 8 Cara Mencegah Virus Corona yang Salah Kaprah Menurut Medis

Berita Terkini Lainnya