4 Tradisi Usai Nyepi yang Wajib Kamu Lihat Lagi Tahun Depan
Masih gak bisa move on nih mimin ngrasain Nyepi di Bali
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Hari Raya Suci Nyepi kini sudah lewat Kamis (7/3) lalu, tapi rasanya masih belum bisa move on nih. Banyak rangkaian tradisi yang digelar sebelum dan sesudah Nyepi masih melekat di benak masyarakat.
Mulai dari melasti, mengarak ogoh-ogoh di malam pengerupukan, dan tradisi lainnya. Beberapa waktu lalu, masyarakat Bali dibuat terpukau oleh hasil ogoh-ogoh terbaik Kota Denpasar yang dibuat para Sekaa Taruna (ST) Banjar Mertha Rauh Kaja dari Desa Dangin Puri Kaja, dan Banjar Dukuh Mertajati dari Kelurahan Sidakarya yang terbuat dari batang korek api hingga kulit jeruk.
Itu baru yang ada di Kota Denpasar, belum lagi daerah lainnya. Maka, kamu wajib banget mengagendakan jadwal menonton tradisi pasca Nyepi di tahun depan. Berikut ini daftarnya. Biar gak hanya nonton ogoh-ogoh saja:
1. Siat Yeh di Jimbaran
Setelah 35 tahun vakum, tradisi Siat Yeh kembali digelar oleh ratusan warga di Banjar Teba, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Jumat (8/3) lalu. Tahun ini adalah tahun kedua kembali digelarnya tradisi Siat Yeh.
Tradisi ini digelar bertepatan dengan ngembak gni atau upacara sehari setelah Hari Raya Nyepi. Pada tahun ini, Siat Yeh mengusung tema "Manadi Tunggal" yang memiliki arti persatuan.
Ketua Panitia, Anak Agung Bagus Cahya Dwi Janatha, menjelaskan tradisi Siat Yeh dimulai dari ratusan warga Banjar Teba yang berjalan terpisah ke arah barat dan timur. Sebagian menuju ke Pantai Jimbaran (Barat), sedangkan yang lainnya berangkat ke rawa, atau suwung di sisi timur banjar tersebut.
"Mereka mengambil air atau mendak tirta dari dua sumber berbeda untuk kebutuhan Siat Yeh. Setelah itu warga bertemu di jalan raya di depan Balai Banjar Teba dengan diiringi tabuh baleganjur," jelasnya.
Prosesi selanjutnya adalah empat orang perempuan saling berhadapan sambil meletakkan kendi di atas kepala. Kendi tersebut lalu dibenturkan sampai pecah hingga air dari dua sumber berbeda itu bercampur.
"Prosesi tersebut, mengawali rangkaian kegiatan para pemuda yang tergabung dalam Sekaa Teruna Bhakti Asih sebelum saling menyiram," katanya.
Purwita juga menjelaskan, tradisi Siat Yeh diadakan mengingat Jimbaran diapit oleh dua mata air. Yaitu air laut dari sisi barat Pantai Jimbaran, dan air tawar dari sisi timur Suwung atau rawa yang kemudian disatukan melalui tradisi ini.
"Yang kita kembangkan dan berinovasi, dulunya kita hanya sekadar main-main air oleh para pemuda. Tetapi tidak lepas dari konteks spritualnya tetap jalan. Karena kita sebagai umat Hindu (Harus) ada spiritnya," katanya menjelaskan.