Pecalang Ikut Dilibatkan Jaga Aksi Tolak Omnibus Law di Bali
Sempat ada selebaran gelap untuk bikin rusuh dan penjarahan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Denpasar, IDN Times - Bali Tidak Diam dengan massa yang diperkirakan sekitar 2000 orang melakukan unjuk rasa, pada Kamis (22/10/2020), pukul 14.00 Wita. Namun aksi ini sempat berlangsung molor. Diduga massa mendapatkan tekanan dari aparat kepolisian, selain juga sedang menunggu rekan pendemo lainnya.
Dari pantauan di lokasi sekitar pukul 15.30 Wita, massa aksi sempat diminta mundur oleh personel Sabhara di Jalan DR Goris wilayah kampus Universitas Udayana(Unud) Denpasar Barat. Mereka mendapatkan imbauan agar menjaga ketertiban di sekitar kawasan.
1. Gubernur dan DPRD Bali dianggap tutup telinga
Aksi unjuk rasa berlangsung sekitar pukul 15.30 Wita. Massa berjalan dari Gedung Student Center menuju Jalan PB Sudirman depan kampus Unud. Orasi dilakukan di depan Halte Sudirman 2. Mereka menolak Undang-Undang Cipta Kerja.
"Bali menolak Omnibus Law," teriak orator.
Perwakilan buruh sekaligus Sekretaris Federasi Serikat Pekerja Mandiri (FSPM) Regional Bali, I Dewa Made Rai Budi Darsana, ketika orasi menegaskan bahwa mereka bukan aliansi yang membuat kerusuhan di Bali. Mahasiswa dan buruh justru bersatu menolak Omnibus Law karena mengaku sudah mengkajinya.
Aspirasi ini sesungguhnya sudah disampaikan kepada Gubernur Bali, I Wayan Koster, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bali. Namun mereka tidak merespon aspirasi rakyatnya dan dianggap menutup telinga.
"Mahasiswa dan buruh bersatu untuk apa kawan-kawan. Untuk menolak Undang-undang Omnibus Law," tegasnya.