TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Makna Trofi Penjor dalam Balimakarya Film Festival 2022

Dirancang khusus oleh seniman ternama Bali, Ketut Putrayasa

Founder & Board BaliMakarya Film Festival, Tommy F Awuy-Ketut Putrayasa. (Dok.IDN Times/istimewa))

Denpasar, IDN Times – Festival film yang melibatkan pegiat film se-Asia Tenggara, BaliMakarya Film Festival, akan kembali hadir di Bali, pada 16-21 Oktober 2022 mendatang. Bagi para pemenang kompetisi dalam festival ini disiapkan secara khusus Trofi Penjor BaliMakarya Film Festival 2022.

Piala tersebut dirancang oleh seniman ternama Bali, Ketut Putrayasa. Trofi tersebut akan diserahkan pada malam penganugerahan yang diselenggarakan di Seminyak, Kabupatan Badung.

Baca Juga: Mengenal Baleganjur Wave of Springs di PKB, Filosofi Sungai di Ubud

1. Melambangkan kesejahteraan dan bermakna kesuburan

Penjor yang terpasang di salah satu desa di Bali. (unsplash.com/Ruben Hutabarat)

Ketut Putrayasa dikenal sebagai sosok seniman multitalenta yang berasal dari Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara. Karyanya kerap hadir dalam berbagai pameran, baik tingkat regional, nasional, maupun internasional.

Apa makna di balik trofi penjor yang dikaryakan sang seniman? Trofi penjor ini melambangkan kesejahteraan, bermakna kesuburan, kejayaan, dan penghormatan. Nantinya akan ada 9 trofi yang diserahkan kepada para pemenang untuk berbagai kategori, di antaranya:

  • Best Film untuk kategori Southeast Asian Documentary Competition 
  • Best Film, Best Director, Best Actor, Best Actress, untuk kategori Indonesian Film Showcase Competition
  • Best Film, Best Director, Best Actor, Best Actress untuk kategori Penjor Award for Southeast Asian Competition

2. Semua elemen yang ada dalam hiasan penjor merupakan simbol dari alam

Foto hanya ilustrasi. (IDN Times/Imam Rosidin)

Putrayasa mengatakan bahwa pemakaian bahan atau semua elemen yang ada dalam hiasan penjor merupakan simbol dari alam. Garis pada piala dalam bentuk penjor melengkung, menyerupai batang padi yang menguning, merupakan simbol dari rendah hati, sikap bijak, serta ruang kontemplasi.

Sedangkan dua penjor yang saling berhadapan satu sama lainnya menyerupai bentuk jantung, simbol dari harapan dan cinta kasih semesta. Lalu logam yang digunakan adalah kuningan. Alas piala menggunakan batu volkanik sisa letusan Gunung Agung di Bali tahun 1963, sebagai simbol di mana keberhasilan sang juara harus ditempuh lewat perjuangan.

“Spirit kreativitas harus dimulai dari dalam diri. Sementara batu merupakan simbol keabadian karena setia,” jelasnya pada Selasa (11/10/2022).

Berita Terkini Lainnya