TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Catatan Menarik Gou Haodong Tentang Tiongkok dan AS di Tengah COVID-19

COVID-19 menyebar bagaikan kebakaran hutan di musim kemarau

Konsulat Jenderal (Konjen) Tiongkok di Denpasar, Gou Haodong. (IDN Times/Ayu Afria Ulita)

Denpasar, IDN Times – Seorang diplomat Tiongkok yang menjabat sebagai Konsul Jenderal Republik Rakyat Tiongkok di Denpasar, Gou Haodong, menuliskan cerita menarik terkait COVID-19 atau virus corona, di mana perhatian dunia tengah berfokus kepada Tiongkok dan Amerika Serikat. Ada apa dengan dua negara tersebut? Berikut ini tulisan Gou Haodong:

Baca Juga: 4 Cara Bikin Semprotan Disinfektan Ampuh Lawan Virus Corona, Aman kok!

1. COVID-19 memungkinkan masyarakat global mengalami tantangan ekonomi yang semakin berat. Banyak sindiran menyebar dengan luas

(Ilustrasi virus corona) IDN Times/Arief Rahmat

Gou di awal tulisannya, menyampaikan bahwa COVID-19 menyebar bagaikan kebakaran hutan pada musim kemarau. Jumlah kasus positif COVID-19 tumbuh secara eksponensial. Setiap negara sedang berjuang melawan wabah pandemik ini. Beberapa di antaranya sedang melakukan perang sengit dengan COVID-19.

Wabah ini telah membuat ekonomi global mungkin akan menghadapi tantangan paling berat sejak Depresi Besar pada tahun 1930-an. Masyarakat seluruh dunia khawatir. Pada saat bersamaan media sosial (Medsos) penuh dengan ungkapan bernada sindiran, serangan, makian, bahkan kebencian. Tak terkecuali di Amerika Serikat dan Tiongkok. Pernyataan-pernyataan tersebut menyebar dan menjadi semakin keras. Saat ini, perhatian masyarakat dunia terfokus pada Negara Tiongkok dan Amerika Serikat.

“Sementara itu, ada satu suara lain yang selalu menggema, yang saya sebut sebagai suara diam. Suara ini datang dari dalam benak masyarakat seluruh dunia yang menyerukan kerja sama Tiongkok dan Amerika Serikat,” katanya, Selasa (24/3) lalu.

Baca Juga: 8 Cara Mencegah Virus Corona yang Salah Kaprah Menurut Medis

2. Jika virus bermutasi menjadi benih kebencian dan ketidakharmonisan, maka virus pada akhirnya akan mengalahkan manusia

Ilustrasi (IDN Times/Sukma Shakti)

Sebagai seorang Diplomat Tiongkok yang telah melanglang buana selama 20 tahun di luar negerinya, Gou mengaku setengah dari kehidupannya telah digunakan untuk mengabdi. Khususnya bidang diplomasi Negara Tiongkok.

“Selama ini, saya telah ditugaskan di luar Tiongkok selama lebih dari 20 tahun dan akan pensiun beberapa saat lagi. Saya mempunyai ratusan alasan untuk mengungkapkan keoptimisan saya. Pemahaman saya terhadap misi diplomasi adalah perdamaian dan kerjasama,” paparnya.

Pesan tersebut adalah hal yang harus dipelajari dan diingat oleh para diplomat Tiongkok selanjutnya. Terlebih bagi diplomat yang bertugas setelah Gou, menyelesaikan tugasnya di Bali.

Pihaknya percaya, kebanyakan diplomat di dunia ini juga setuju dengan ungkapan di atas. Bagi mereka yang memahami diplomasi Tiongkok, mungkin sering melihat kalimat “Komunitas senasib sepenanggungan untuk seluruh umat manusia.”

Mayarakat Tiongkok percaya bahwa "Hanya dunia yang baik, Tiongkok baru bisa baik" (Tulisan Presiden Xi Jinping di Wall Street Journal, 22 September 2015). Meskipun 1,4 miliar warga Tiongkok baru mengendalikan penyebaran wabah COVID-19, namun perang ini tidak akan ada kemenangan total jika negara-negara lain masih terkena wabah tersebut.

“Terlepas dari optimisme saya, saya masih ingin memeringatkan dengan tegas bahwa jika virus bermutasi menjadi benih kebencian dan ketidakharmonisan, maka virus pada akhirnya akan mengalahkan manusia! Dunia menantikan kedua negara tersebut kembali menjalin kerja sama, menyatukan kepercayaan dunia dalam memerangi wabah COVID-19, mendukung negara-negara lain untuk mengatasi wabah COVID-19, dan mengendalikan semakin memburuknya perekonomi secara global,” jelasnya.

Baca Juga: 7 Cara Mencegah Penyebaran Virus Corona di Tempat Kerja Menurut WHO

Berita Terkini Lainnya