TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Pesan Biar Tidak Overthinking pada Masa Depan, Bisa Yuk!

Kita belajar dari buku karya Alvi Syahrin ya. Baca baik-baik

foto ilustrasi (unsplash.com/kelly sikkema)

Setiap orang pasti memiliki rasa khawatir terhadap sesuatu hal, satu di antaranya masa depan. Apakah kamu termasuk orang yang khawatir akan masa depan? Jika iya, apa yang kamu khawatirkan?

Kita tidak memiliki kuasa untuk mengatur masa depan. Tapi kita berhak memperjuangkannya. Namun bukan berarti kamu terlalu tertekan memikirkan masa depan, ya. Cukup nikmati saja prosesnya, ikhlas menerima, dan tentunya selalu bersyukur.

Khawatir terhadap masa depan membuat seseorang akan merasa tidak tenang, bahkan tertekan. Jika kamu sedang mengalami itu, simak beberapa pesan dari buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa karya Alvi Syahrin ini, biar kamu tidak overthinking.

Baca Juga: 9 Kutipan Jean Paul Sartre Agar Hidup Bebas dan Bermakna

Baca Juga: 5 Penyebab Seseorang Suka Membuatmu Bersedih, Gak Banget Deh

1. Bodoh amatlah pada standar kesuksesan yang digaungkan oleh society dan media

Foto hanya ilustrasi. (Unsplash.com/Abbie Bernet)

Ketika memasuki usia 25 tahun dan merasa belum memiliki pencapaian apa pun, kamu pasti langsung khawatir. Apalagi teman-teman seusiamu sudah memiliki pekerjaan yang layak, menikah, bahkan membuka bisnis. Rasanya kamu tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan mereka.

Apakah duniamu akan berakhir jika di usia tersebut belum memiliki pencapaian apa pun? Tentu saja tidak! Standar kesuksesan setiap orang berbeda-beda. Kamu tak perlu mengikuti standar kesuksesan orang lain. Cobalah berpikir, apa arti kesuksesan bagi dirimu sendiri? Bagimana standar kesuksesan yang kamu tetapkan untuk diri sendiri? Apakah standarmu sama dengan orang lain?

2. Kuliah itu bukan tentang kerjaan yang akan kamu dapatkan dan gaji yang akan kamu terima nantinya. Kuliah adalah tentang menimba ilmu

foto ilustrasi (unsplash.com/Domenico Loia)

Dalam buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa disebutkan, bahwa kuliah penting, tetapi tak menjamin kesuksesan seseorang. Mencari pekerjaan memanglah perkara yang sulit. Bahkan banyak lulusan sarjana yang masih menganggur karena sulitnya mencari pekerjaan. Lalu apakah tujuan kuliah hanya sebatas mencari pekerjaan? Tidak! Kuliah untuk mencari ilmu.

Dalam buku ini juga dikatakan bahwa kuliah bisa menopang karier masa depanmu. Contohnya, ketika kamu ingin menjadi seorang dokter, perawat, ataupun guru tentu saja membutuhkan kuliah untuk mencapai profesi tersebut. Tapi kembali lagi, kuliah tidak menentukan kesuksesan seseorang.

Mark Zuckerberg, Matt Mullenweg, dan Bill Gates merupakan nama-nama tokoh pebisnis sukses yang tidak memiliki gelar akademik. Hidup tentang belajar. Untuk mencapai kesuksesan tersebut, mereka tak pernah berhenti belajar sampai akhirnya mereka memiliki ilmu yang mumpuni hingga mencapai titik kesuksesan seperti sekarang ini.

3. Lulus itu bukan soal waktu saja. Kita butuh kematangan ilmu sebelum dilempar ke tahap berikutnya

Foto hanya ilustrasi. (Unsplash.com/Vasily Koloda)

"Jangan dipetik kalau buahnya belum matang."

Jika kamu berambisi untuk lulus dengan cepat, mungkin satu kalimat ini akan mengubah persepsimu. Satu bab di buku ini menjelaskan tentang keinginan seorang mahasiswa untuk lulus cepat dengan berbagai alasan.

Lulus cepat? Apakah ilmu kamu sudah matang? Apakah sudah paham apa yang diajarkan selama kuliah? Ataukah kamu hanya lulus seadanya saja? Lulus kuliah tidak sesederhana itu.

Ilmu butuh makna dan praktik agar benar-benar matang. Untuk mencapai kematangan tersebut, tentunya butuh proses dan banyak belajar. Jadi intinya, jangan hanya berpikir bahwa lulus cepat itu baik. Tapi, jadilah mahasiswa yang lulus secara matang.

4. Karena kesuksesan tidak sedangkal keluar dari zona nyaman, lalu menemukan kenyamanan baru

Foto hanya ilustrasi. (Unsplash.com/Julian Bock)

"Aku ingin keluar dari zona nyaman."

Pernahkah kamu mengucapkan kalimat itu? Saat mengucapkan kalimat itu, apa yang kamu pikirkan?

Apakah kamu benar-benar ingin keluar dari zona nyaman, atau kamu hanya sedang mengalami rasa bosan? Untuk apa keluar dari zona nyaman kalau ujung-ujungnya mencari kenyamanan baru? Alih-alih keluar dari zona nyaman, cobalah untuk membuat inovasi baru, ide baru atau tantangan baru. Jangan hanya mengeluh dan melakukan itu-itu saja.

Verified Writer

Eka Rahmawati

Writing is healing

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya