2. Asumsi bahwa kamu harus mendapatkan pengakuan dari orang lain

ilustrasi pusat perhatian (unsplash.com/mostafa meraji)

Kamu pasti senang jika mendapatkan pujian, penghargaan, atau promosi dari orang lain. Tapi, apa iya itu bisa menjamin rasa percaya diri kamu? Jawabannya adalah nggak selalu! Kadang-kadang, pengakuan dari orang lain bisa bersifat subjektif, tidak adil, atau tidak konsisten. Kamu juga nggak bisa mengontrol apa yang dipikirkan atau dikatakan oleh orang lain tentang kamu. Jadi, jangan terlalu bergantung pada validasi eksternal untuk menentukan harga diri kamu.

Lebih penting adalah validasi internal, yaitu bagaimana kamu menilai dan menghargai dirimu sendiri berdasarkan standar dan tujuan kamu sendiri. Kamu harus percaya pada kemampuan dan bakat kamu, serta berani mengekspresikan dirimu dengan jujur dan autentik. Kamu juga harus menerima kritik atau penolakan sebagai umpan balik yang dapat membantu kamu berkembang, bukan sebagai hinaan atau ancaman.

3. Asumsi bahwa kamu tidak cukup baik

ilustrasi menyendiri (unsplash.com/Anthony Tran)

Kamu pasti pernah merasa tidak layak untuk mendapatkan cinta, kebahagiaan, atau kesuksesan. Mungkin karena kamu memiliki keyakinan negatif tentang dirimu sendiri, seperti merasa bodoh, gemuk, membosankan, bersalah, atau jelek. Keyakinan-keyakinan ini biasanya berasal dari pengalaman masa kecil yang traumatis, seperti dianiaya atau dikritik oleh orang tua atau teman sebaya. Keyakinan-keyakinan ini bisa membuat kamu merasa tidak berharga dan tidak puas dengan dirimu sendiri.

Padahal, keyakinan-keyakinan ini hanyalah pikiran yang tidak benar dan tidak berguna. Kamu harus menyadari bahwa kamu adalah manusia yang berharga dan berhak untuk hidup dengan penuh rasa percaya diri dan bahagia. Kamu harus mengganti keyakinan-keyakinan negatif ini dengan keyakinan-keyakinan positif yang dapat meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri kamu, seperti merasa pintar, sehat, menarik, berbakat, atau baik hati.

4. Asumsi bahwa kamu tidak bisa berubah atau berkembang

ilustrasi penyendiri (unsplash.com/Ethan Sykes)

Kamu pasti pernah merasa terjebak dalam situasi atau kondisi yang tidak menyenangkan, dan tidak memiliki kemampuan atau kesempatan untuk mengubahnya. Mungkin karena kamu berpikir bahwa kamu sudah terlanjur seperti itu, dan tidak ada harapan untuk menjadi lebih baik. Kamu juga merasa bahwa kamu tidak memiliki pengaruh atau kontrol atas hidup kamu. Asumsi ini bisa membuat kamu merasa putus asa dan pasrah.

Padahal, kamu memiliki kekuatan dan kebebasan untuk menciptakan hidupmu sendiri. Kamu bisa berubah atau berkembang sesuai dengan keinginan dan kebutuhanmu, asalkan kamu mau berusaha dan berkomitmen. Kamu juga bisa memilih sikap dan tindakan yang bisa membawa kamu lebih dekat dengan tujuan dan impianmu. Kamu adalah agen dari hidupmu sendiri, dan kamu bisa membuat perbedaan.

5. Asumsi bahwa kamu harus menyenangkan semua orang

ilustrasi gugup (unsplash.com/Christian Erfurt)

Kamu pasti pernah merasa harus menyesuaikan diri dengan norma atau ekspektasi sosial, dan tidak boleh menyimpang atau menentangnya. Mungkin karena kamu takut ditolak atau dikucilkan oleh orang lain jika kamu berbeda atau berani. Kamu juga merasa harus mengorbankan kepentingan atau kebahagiaanmu sendiri demi memenuhi kepentingan atau kebahagiaan orang lain. Asumsi ini bisa membuat kamu merasa tidak bebas dan tidak bahagia.

Padahal, kamu tidak bisa menyenangkan semua orang, dan kamu tidak perlu melakukannya. Kamu harus menghormati dan menghargai pendapat atau perasaan orang lain, tetapi kamu juga harus menghormati dan menghargai pendapat atau perasaanmu sendiri. Kamu harus menemukan keseimbangan antara memberi dan menerima, antara kooperasi dan asertivitas, antara kompromi dan integritas. Kamu harus menjadi dirimu sendiri, dan jangan takut untuk berbeda.

Itulah lima asumsi yang bikin mindset kamu negatif. Dengan mengubah cara berpikir dan bersikap kamu, kamu bisa meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri kamu, serta menjalani hidup dengan lebih positif dan produktif.