Tunanetra di Tabanan: Jari Kaki Saya Nyaris Putus Karena Penyakit Ini
Kita perlu belajar positif dari perjuangan AA Made Wirawan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tabanan, IDN Times - Semua tahu bahwa pandemik COVID-19 membuat banyak orang kehilangan pekerjaan. Termasuk Pulau Bali, yang sebagian besar perekonomiannya bergantung kepada pariwisata. Tetapi ada satu kelompok lagi yang ikut terimbas. Yaitu penyandang disabilitas netra.
Meskipun kesulitan untuk mencari pendapatan, tetapi ada saja yang membuat mereka tetap berpikiran positif. Tunanetra yang terimbas pandemik COVID-19 adalah Anak Agung Made Wirawan (39). Ia merupakan warga Banjar Bangkiang Sidem, Desa Gunung Salak, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan.
Tempat jasa pijatnya tutup dan istri meninggal dunia, tetapi Wirawan tetap berpikiran positif. Berharap kondisinya akan semakin membaik. Seperti apa ceritanya? Berikut ini hasil wawancara IDN Times bersama Wirawan melalui sambungan telepon, Jumat (26/3/2021):
Baca Juga: Bagai Tenaga Serabutan, Perawat Juga Butuh Konsultasi Psikolog
Baca Juga: Kami Terbiasa Menahan Lapar, Tetap Sabar Menunggu Insentif Nakes Cair
1. Baru saja buka, tempat jasa pijat milik Wirawan tutup akibat pandemik
Wirawan dan istrinya mengontrak rumah yang memiliki lima tempat tidur. Tempat itu kemudian difungsikan sebagai tempat jasa pijat di daerah Blahbatuh, Kabupaten Gianyar pada tahun 2020. Impiannya kala itu adalah bisa mempekerjakan teman-teman disabilitas netra.
"Ada sekitar setahunan saya bekerja di sana. Impinan saya waktu itu bisa mempekerjakan teman-teman disabilitas netra yang lain. Karena tempat usaha yang saya kontrak ada sekitar lima tempat tidur," ujarnya.
Namun pandemik melanda tak lama setelah usahanya dibuka. Wirawan dan istrinya tidak berani mempekerjakan orang lain. Kasus COVID-19 di Bali juga semakin meningkat, dan mereka memutuskan untuk menutup usaha tersebut.
"Enam bulan lalu kami memutuskan pulang ke kampung dan tidak meneruskan usaha tersebut karena pandemik."
Padahal Wirawan mengaku biasa memijat tiga orang dalam sehari. Apabila ramai, ia dan istrinya bisa melayani hingga enam orang per hari. Tarif untuk lokal dikenakan Rp50 ribu untuk 1,5 jam.
"Ada juga langganan keluarga bule. Jadwal mijatnya empat kali seminggu," tuturnya.
Baca Juga: 7 Doa Agama Hindu Supaya Mendapatkan Kedamaian Hidup