Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Daftar Rahinan Hindu Oktober 2024, Ada Kuningan

Ilustrasi umat Hindu saat melakukan persembahyangan di pura. (unsplash.com/Aditya Nara)

Umat Hindu, khususnya di Bali, selalu memiliki hari suci atau disebut dengan rahinan setiap bulannya. Rahinan ini ada yang dilaksanakn setiap setahun sekali, setiap 210 hari sekali, setiap 30 hari sekali, dan setiap 15 hari sekali. Pelaksanaannya menyesuaikan dengan adat istiadat dan tradisi masing-masing daerah.

Pada Oktober 2024, terdapat beberapa rahinan penting bagi umat Hindu. Berikut adalah daftar rahinan Hindu Oktober 2024.

1. Tilem dan Purnama

Ilustrasi bulan purnama. (unsplash.com/Sanni Sahil)

Rahinan Tilem dan Purnama memiliki keterkaitan. Saat Tilem, waktunya Dewa Surya beryoga. Sedangkan saat Purnama, waktunya Dewa Chandra beryoga. Hal ini diungkapkan dalam Lontar Sundarigama. Saat Tilem, umat Hindu menghaturkan sarana upacara sederhana berupa canang dan segehan. Sedangkan saat Purnama menghaturkan sarana berupa pejati atau daksina, canang, banten sodan, dan segehan. Sarana upacara saat Tilem dan Purnama disesuaikan dengan tradisi serta adat istiadat desa setempat.

Saat rahinan Tilem dan Purnama, umat Hindu melakukan persembahyangan untuk memohon anugerah dari Sang Hyang Widhi Wasa agar selalu diberikan perlindungan, keselamatan, dan murah rejeki. Pada Oktober 2024, rahinan Tilem jatuh pada Rabu (2/10/2024), Buda Paing, wuku Kuningan. Rahinan Tilem merupakan Tilem Ketiga (bulan ketiga dalam Kalender Bali). Sedangkan Rahinan Purnama jatuh pada Kamis (17/10/2024), Wraspati Paing, wuku Medangsia. Rahinan Purnama merupakan Purnama Kapat (bulan keempat dalam Kalender Bali).

2. Hari Raya Kuningan

Sarana endongan yang digunakan saat Kuningan. (YouTube.com/Kadek Yuni)

Hari Raya Kuningan diperingati sepuluh hari setelah Hari Raya Galungan. Tepatnya, setiap hari Sabtu, Saniscara Klwion, wuku Kuningan. Pada Oktober 2024, Kuningan jatuh pada Sabtu (5/10/2024), bertepatan dengan rahinan Kajeng Kliwon.

Umat Hindu memuja Dewa Mahadewa sebagai manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa pada Hari Raya Kuningan. Dewa Mahadewa memiliki simbol warna kuning sebagai lambang kemakmuran. Selain itu, pada Hari Raya Kuningan, umat Hindu memuja para leluhur untuk memohon bimbingan dalam menjalani kehidupan.

Terdapat sarana upacara bernama endongan, bentuknya seperti kantong yang digantung. Endongan ini berisi persembahan berupa nasi kuning, lauk-pauk, dan persembahan lainnya. Endongan ini merupakan simbol bekal yang dipersembahkan kepada leluhur yang akan kembali ke Swarga Loka (surga) pada tengah hari atau pukul 12.00 Wita. Oleh sebab itu, persembahyangan Hari Raya Kuningan tidak boleh lebih dari pukul 12.00 Wita.

3. Kajeng Kliwon Uwudan

Sarana upacara segehan. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Setiap bulan terdapat dua rahinan Kajeng Kliwon karena rahinan ini jatuh setiap 15 hari sekali. Rahinan ini merupakan pertemuan Triwara (nama-nama hari dalam Kalender Bali yang terdiri dari Pasah, Beteng, dan Kajeng) Kajeng, dan Pancawara (nama-nama hari dalam Kalender Bali yang terdidi dari Pon, Wage, Umanis, Paing, dan Kliwon) Kliwon. Pada Oktober 2024, terdapat dua rahinan Kajeng Kliwon.

Kajeng Kliwon pertama bertepatan dengan Hari Raya Kuningan. Kajeng Kliwon kedua jatuh pada Minggu (20/10/2024), Redite Kliwon, wuku Pujut. Kajeng Kliwon ini merupakan Kajeng Kliwon Uwudan karena jatuh setelah Purnama. Saat Kajeng Kliwon, umat Hindu menghaturkan sarana upacara canang, tipat dampulan, dan segehan.

4. Buda Kliwon Pegatuwakan

Ilustrasi membakar penjor. (Pixabay.com/Alexas_Fotos)

Buda Kliwon Pegatuwakan atau Pegatwakan merupakan hari sebagai pertanda berakhirnya rangkaian perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan. Pegatwakan dilaksanakan 35 hari setelah Hari Raya Galungan. Pegatwakan jatuh pada Rabu (30/10/2024), Buda Kliwon, wuku Pahang.

Pegatwakan berasal dari kata pegat yang berarti putus atau pelepasan, dan wakan berarti sabda. Pegatwakan dapat diartikan sebagai hari melepas tapa yang dilakukan selama 35 hari setelah Hari Raya Galungan.

Pelaksanaan rahinan Pegatwakan ditandai dengan pencabutan penjor yang ditancapkan untuk menyambut pelaksanaan Hari Raya Galungan dan Kuningan. Hiasan yang digunakan pada penjor kemudian dibersihkan dan dibakar. Setelah Hari Pegatwakan, umat Hindu sudah bisa melaksanakan upacara Manusa Yadnya dan Pitra Yadnya. Beberapa sarana upacara yang dipersembahkan seperti canang, banten soda, dan segehan.

Secara umum, pelaksanaan rahinan sebagai pengingat umat Hindu agar selalu eling atau ingat akan kebesaran Ida Sang Hyang Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa. Dan, mengingatkan agar umat Hindu selalu mendekatkan diri kepada-Nya untuk memohon anugerah dalam menjalankan kehidupan.

Share
Topics
Editorial Team
Ari Budiadnyana
EditorAri Budiadnyana
Follow Us