Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Contoh Kruna Lingga dan Kruna Tiron Bahasa Bali

Ilustrasi pelajaran. (unsplash.com/Sincerely Media)

Bahasa Indonesia kaya akan beragam kosakata. Kosakata tersebut ada yang berupa kata dasar maupun kata yang telah mendapatkan modifikasi atau afiksasi.

Begitu pula Bahasa Bali, juga memiliki bentuk kata atau kruna yang disebut dengan kruna lingga dan kruna tiron. Seperti apa kruna lingga dan kruna tiron tersebut? Langsung lanjut ke poin selanjutnya ya, ada contohnya juga!

1. Makna kruna lingga dan kruna tiron beserta pengangge kruna

Ilustrasi kruna tiron. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Sama halnya dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Bali juga terdapat kata dasar, imbuhan, dan kata yang sudah diberi imbuhan. Kruna lingga adalah kata dasar yang belum mendapatkan imbuhan atau pawewehan atau pengangge. Contoh kruna lingga adalah tulis (tulis), baca (baca), jemak (ambil), dan lainnya.

Sedangkan kruna tiron adalah kruna lingga atau kata dasar yang telah mendapatkan imbuhan (afiksasi). Dalam Bahasa Bali, imbuhan sering disebut dengan istilah pawewehan atau pengangge kruna.

Pengangge kruna ini sama dengan yang ada di Bahasa Indonesia yaitu pengater (awalan), seselan (sisipan), dan pengiring (akhiran). Contoh kruna tiron adalah katulis (ditulis), bacana (dibaca), jemaka (diambil), dan lainnya.

2. Kruna lingga yang menggunakan pengater

Ilustrasi kruna lingga yang mendapatkan pengater. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Pengater adalah Bahasa Bali yang berarti awalan. Yaitu imbuhan yang diletakkan di depan kata dasar. Bahasa Bali terdapat beberapa awalan atau pengater yaitu ma, ka, sa, pa, pi, a, pra, pari, pati, make, saka, dan kuma.

Contoh kruna tiron yang sudah mendapatkan pengater:

  • Kruna lingga saut (jawab) mendapatkan pengater pa menjadi pesaut (jawaban)
  • Kruna lingga tutur (tutur kata) mendapatkan pengater pi menjadi pitutur (nasihat)
  • Kruna lingga gagah (gali) mendapatkan pengater ka menjadi kagagah (digali)
  • Kruna lingga jaum (jarum) mendapatkan pengater kuma menjadi kumajaum (peribahasa yang berarti bulu yang baru tumbuh)
  • Kruna lingga jani (saat ini) mendapatkan pengater pra menjadi prajani (saat ini juga)
  • Kruna lingga jalan (jalan) mendapatkan pengater ma menjadi majalan (berjalan).

3. Kruna lingga yang menggunakan seselan

Ilustrasi kruna lingga yang mendapatkan seselan. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Seselan adalah Bahasa Bali dari sisipan. Yaitu imbuhan yang diletakkan di tengah-tengah kata. Beberapa seselan dalam Bahasa Bali yaitu in, um, el, dan er. Berikut ini contoh kruna lingga yang menggunakan seselan:

  • Kruna lingga tulung (tolong) mendapatkan seselan in menjadi tinulung (menolong)
  • Kruna lingga sangsaya (ragu) mendapatkan seselan um menjadi sumangsaya (meragukan)
  • Kruna lingga gudug (suara gudug seperti suara petir) mendapat seselan er menjadi gerudug (seperti suara petir yang bersahutan)
  • Kruna lingga tunjuk (menunjuk) mendapat seselan el menjadi telunjuk (jari telunjuk).

4. Kruna lingga yang menggunakan pengiring

Ilustrasi kruna lingga yang mendapatkan pengiring. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Pengiring adalah Bahasa Bali yang artinya akhiran, yaitu imbuhan yang diletakkan di belakang kata. Beberapa pengiring antara lain ang, in, an, a, n, ing, e, dan ne. Contoh kruna lingga yang menggunakan pengiring adalah:

  • Kruna lingga kelid (hindar) mendapatkan pengiring in menjadi kelidin (hindari)
  • Kruna lingga cenik (kecil) mendapatkan pengiring an menjadi cenikan (kekecilan)
  • Kruna lingga baca (baca) mendapatkan pengiring ang menjadi bacaang (bacakan)
  • Kruna lingga bapa (ayan) mendapatkan pengiring n menjadi bapan (ayah untuk kepemilikan)
  • Kruna lingga celana (celana) mendapatkan pengiring ne menjadi celalane (celananya)
  • Kruna lingga carik (sawah) mendapatkan pengiring e menjadi carike (sawahnya).

5. Kruna lingga yang menggunakan pengater dan pengiring

Ilustrasi kruna lingga yang mendapatkan pengater dan pengiring. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Bahasa Bali juga terdapat kruna tiron yang sudah mendapatkan pengater (awalan) dan pengiring (akhiran). Contohnya sebagai berikut:

  • Kruna lingga sirep (tidur) mendapatkan pengater pa dan pengiring an menjadi pasirepan (tempat untuk tidur)
  • Kruna lingga sugih (kaya) mendapatkan pengater ka dan pengiring an menjadi kesugihan (kekayaan)
  • Kruna lingga tebek (tusuk) mendapatkan pengater ma dan pengiring an menjadi metebekan (saling tusuk).

Sama seperti lainnya, kruna lingga dan kruna tiron ini sudah diajarkan sejak kelas IV Sekolah Dasar (SD). Edukasi ini wajib diajarkan sejak dini, karena kata dasar yang mendapatkan imbuhan terkadang akan memiliki makna berbeda dari kata dasarnya. Semoga saja kamu masih ingat ya sampai sekarang. Selamat belajar!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Ari Budiadnyana
EditorAri Budiadnyana
Follow Us