Sepi, Pekerja di Tanah Lot Diupah Tunjangan Lauk Pauk dan Beras
Mereka bekerja tanpa gaji
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tabanan, IDN Times - Daerah Tarik Wisata (DTW) Tanah Lot adalah destinasi pariwisata ikonik di Bali yang terkenal sampai ke kancah internasional. Sebelum pandemik COVID-19, rata-rata pendapatannya Rp350 juta per hari dengan kunjungan bisa mencapai 10 ribu per hari. Namun setelah sempat ditutup karena pandemik dan dibuka kembali pada Juli 2020 lalu, pendapatan DTW Tanah Lot langsung turun sampai 99 persen.
Meskipun demikian, para pekerja di Tanah Lot tetap bertahan tanpa digaji. Dalam sebulan, mereka hanya mendapatkan beras dan uang tunjangan lauk pauk yang besarannya disesuaikan oleh banyaknya kunjungan.
Baca Juga: THR Pariwisata Tabanan, Pengusaha: Kami Meminta Permakluman Pekerja
Baca Juga: Potret Tanah Lot Dulu dan Sekarang, Nostalgia Biar Semakin Rindu Bali
1. Kunjungan harian biasanya mencapai delapan ribu orang sebelum pandemik. Kini hanya 200 sampai 300 orang per hari
Wisatawan yang datang ke Tanah Lot paling banyak 500 kunjungan (Orang) dalam sehari, dan itu terjadi pada saat weekend. Namun kalau hari-hari biasa sekitar 200-300 kunjungan. Sebelum pandemik, rata-rata kunjungannya mencapai delapan ribu orang per hari, dan weekend 10 ribu orang. Data ini diungkapkan oleh Manajer DTW Tanah Lot, I Wayan Sudiana, dalam acara Kopi Pewarta (Persatuan Wartawan Tabanan), Senin (3/5/2021). Menurunnya angka kunjungan itu juga memengaruhi pendapatan, yang turun sekitar 99 persen.
"Pendapatan sehari dulu bisa Rp350 juta. Sekarang per bulan dapat Rp350 juta itu sudah syukur sekali," ujar Sudiana.
Turunnya pendapatan ini membuat pihak manajemen tidak bisa memberikan gaji kepada para pekerja, dan tidak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Manajemen mengusahakan beras 10 kilogram dan uang tunjangan lauk pauk kepada 148 pekerja di DTW Tanah Lot.
Sudiana tidak menyebutkan secara spesifik nominal tunjangan yang diterima oleh para pekerja. Karena tergantung dari kunjungannya. Hanya saja pihak manajemen menyisihkan 50 persen dari pendapatan DTW Tanah Lot untuk membayar tunjangan lauk pauk dan beras 10 kilogram.
"Untuk lauk pauk bervariasi setiap bulan sesuai kemampuan manajemen. Kalau tidak salah, situasi ini berlangsung sejak April 2020.
Bisa dikatakan mereka tidak dapat gaji. Tetapi dapat tunjangan beras dan lauk pauk. Itupun sesuai dengan pendapatan. Kalau kebetulan lebih ramai, dapatnya lebih."
Baca Juga: Pelaku Pariwisata di Tabanan Harap-harap Cemas dengan Travel Bubble
Baca Juga: THR Jadi Isu Sensitif di Bali, Pengusahanya Ngos-ngosan Bayar