TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cara Kembangkan Bisnis Lele di Bali Meski 2 Tahun Merugi

Januar Pribadi punya formula agar tidak merugi

Bisnis lele milik Januar Pribadi di Kerobokan, Kabupaten Badung. (Dok.Pribadi/Guna Sattwam)

Penulis: Community Writer, Guna Sattwam

Januar Pribadi mulai mengembangkan lele sejak tahun 2015. Pada mulanya ia hanya menjual pupuk fermentor untuk dipasarkan di Bali. Selama empat tahun memasarkannya, ia mencoba bertani dengan pupuk tersebut. Namun pertanian yang dikembangkannya gagal karena tidak ada yang mengurus.

Januar lalu berpikir untuk mengembangkan usaha lain yang tidak bergantung kepada orang lain. Mengingat pengalamannya mengembangkan usaha tani yang membutuhkan tenaga orang lain.

Akhirnya terbersit ide untuk membudidayakan ikan. Dari survei yang dilakukan, lele menurutnya komoditi yang tepat dikembangkan karena mudah dalam membudidayakan, paling cepat panen, daya tahannya paling kuat, dan pasarnya paling besar. Namun usahanya tak berjalan mulus. Dua tahun membudidayakan lele, Januar mengalami kerugian mencapai Rp200 juta.

Berbekal kegagalan tersebut, Januar kembali belajar tentang budidaya lele mulai dari pakan, kualitas air, cuaca, tempat hidup, dan perawatannya agar lebih cepat panen.

Setelah dua tahun merugi, Januar Pribadi, Owner Bio Maksi Farm di Kabupaten Badung, kini berhasil mengembangkan bisnis lele. Tidak hanya sukses mengembangkan budidaya lele, Januar juga mengembangkan pengolahan lele hingga pemasaran. Komplit, pertanian dari hulu ke hilir berhasil ia kelola. Simak kisahnya berikut ini.

Baca Juga: Cara Memulai Bisnis Laundry di Bali dengan Modal Rp15 Juta

Baca Juga: Cara Menukar Uang Rusak di Bank, Jangan Diselotip Ya!

1. Memberikan pakan probiotik untuk mempermudah penyerapan nutrisi

Bisnis lele milik Januar Pribadi di Kerobokan, Kabupaten Badung. (Dok.Pribadi/Guna Sattwam)

Januar membudidayakan lele menggunakan pakan fermentor, yang merupakan probiotik. Karena pada dasarnya fermentor adalah bahan untuk memfermentasikan pakan. Trik ini ternyata lebih efisien. Sebab pakan pelet yang dicampur fermentor lebih mudah diserap oleh lele.

Lele lebih mudah mencerna pakan dan pertumbuhannya jadi optimal. la mulai menemukan titik terang. Formula pemeliharaan sudah ia dapatkan.

2. Pemula harus menciptakan pasar sendiri dan belajar marketing

Januar Pribadi di Kerobokan, Kabupaten Badung. (Dok.Pribadi/Guna Sattwam)

Pemasaran termasuk kendala yang selalu menghantui pebisnis, terutama bagi pemula. Karena pengepul selalu bermain. Hal ini dialami langsung oleh Januar. Pengepul mulai mempermainkannya dengan menunda-nunda untuk mengambil lele. Sementara lelenya sudah siap panen. Sedangkan ukuran lele yang bisa dikonsumsi ada batas ukurannya. Jika dibiarkan tidak terjual, maka ukuran lelenya akan semakin besar dan tidak kompetitif untuk dijual hidup.

Keterbatasan pasar membuatnya memutar otak agar lelenya terserap pasar. Akhirnya ia menciptakan pasar sendiri. Ia membangun jaringan reseller dan mencari pasar baru. Sampai sekarang, Januar memiliki puluhan reseller yang siap mengambil lelenya untuk dipasarkan.

Ia juga mempelajari digital marketing. Ia menghabiskan banyak dana untuk belajar marketing selama dua tahun. Namun usaha itu tidak sia-sia. Digital marketing yang dipelajarinya membuahkan hasil.

3. Berinovasilah, misalnya mengolah lele menjadi bahan makanan yang siap konsumsi

Januar Pribadi di Kerobokan, Kabupaten Badung. (Dok.Pribadi/Guna Sattwam)

Meskipun mulai ada hasilnya, namun Januar tidak berhenti di situ. Ia juga belajar mengolah lele menjadi berbagai jenis olahan. Ia bersama istrinya mengolah dan mengemas lele secara frozen.

Terhitung ada 17 jenis makanan siap konsumsi yang berbahan dasar lele. Mulai dari lesgo (Lele siap goreng), lele fillet, bakso lele, otak-otak, tahu bakso, siomay, nugget, ham, rolade, bakso goreng, dan sate lele.

Berita Terkini Lainnya