TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Aturan Mengunjungi Pura di Bali

Tolong ditaati atau kamu bisa dipolisikan!

Foto wisatawan duduk di salah satu pelinggih pura. (Instagram.com/@dreamchaser_traveling)

Kasus penodaan kawasan suci kembali terjadi di Bali. Hal yang berulang terjadi ini dilakukan oleh seorang wisatawan mancanegara (wisman) di Pura Teratai Bang, Kawasan Kebun Raya Eka Karya Bali, Candi Kuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Kejadian ini diketahui setelah akun Instagram dengan nama @dreamchaser_traveling mengunggah foto seorang wisman duduk di atas pelinggih menjadi viral.

Walaupun foto tersebut sudah dihapus, yang menjadi pertanyaan adalah kenapa kejadian seperti ini bisa kembali terulang? Kemungkinan besar peristiwa itu terjadi karena wisatawan kurang mendapatkan informasi mengenai larangan-larangan atau hal-hal yang tidak boleh dilakukan saat mengunjungi pura di Bali. Berikut ini aturan mengunjungi pura yang wajib kamu baca!

Baca Juga: Viral! Turis Asing Duduk di Pelinggih Pura Teratai Bang Tabanan

Baca Juga: Selingkuh dalam Ajaran Hindu, Dilarang Ingat Wajah Mantan

1. Tidak boleh naik ke atas bangunan yang ada di pura

Area utama mandala Pura Kehen. (instagram.com/pura_kehen_bangli)

Jangan sekali-sekali naik ke atas bangunan yang ada di area pura seperti pelinggih (tempat pemujaan), bangunan suci, tembok, dan lainnya.

Hanya orang-orang tertentu seperti orang suci atau orang yang telah mendapatkan upacara pembersihan (mewinten), dan orang yang mendapat tugas tertentu berdasarkan kesepakatan saja yang bisa naik ke tempat suci tersebut.

Mereka boleh menaiki tempat suci itu ketika merias tempat suci, menaruh sarana upacara, dan perbaikan atau pemeliharaan tempat suci.

2. Tidak boleh duduk di atas pelinggih atau tempat suci

Pura Goa Gong. (YouTube.com/Mankedik Channel)

Naik dan duduk di atas tempat suci atau pelinggih sangat dilarang. Pelinggih itu adalah tempat untuk memuja Tuhan beserta manefestasi-Nya, dan tempat menaruh sarana upacara.

Jangankan wisatawan, semua orang termasuk warga setempat dan orang suci sangat dilarang untuk duduk di tempat tersebut.

Kemungkinan, wisatawan mengira pelinggih mirip singgasana raja atau tempat untuk duduk. Makanya banyak wisman, karena ketidaktahuannya itu, berkeinginan duduk di tempat tersebut.

3. Larangan masuk ke pura pada saat haid atau menstruasi

Ilustrasi menstruasi. (unsplash.com/Natracare)

Ini adalah larangan yang sudah umum diketahui. Setiap orang yang mengalami menstruasi atau haid sangat dilarang untuk memasuki tempat suci atau pura karena dapat mengotori kesuciannya.

Tidak mungkin ada petugas yang berjaga khusus untuk memeriksa wisatawan yang menstruasi. Makanya dibutuhkan kesadaran diri saja dalam hal ini. Masyarakat setempat percaya, jika dilanggar, orang tersebut akan mendapatkan hal-hal yang tidak baik setelahnya.

4. Tidak menaiki bale kulkul dan memukul kentongan

bale kulkul diatas pohon beringin di Pura Kehen (instagram.com/pura_kehen_bangli)

Bale kulkul (tempat menaruh kentongan) biasanya diposisikan di tempat yang cukup tinggi di dalam pura, dan ada tangga untuk menaikinya.

Jika kamu mengunjungi pura, jangan sekali-sekali naik ke tempat ini dan memukul kentongan yang ada. Hanya orang-orang khusus yang bertugas untuk "nepak kulkul" (membunyikan kentongan). Cara membunyikan kulkul pun tidak sembarangan, ada aturannya.

5. Tidak semua pura memperkenankan pengunjung untuk mengambil foto atau video, terutama untuk barong atau rangda yang disakralkan

Sosok rangda. (unsplash.com/Agto Nugroho)

Karena sebagai wisatawan, tentu saja sayang untuk tidak mengabadikan foto atau video selama mengunjungi suatu objek wisata. Namun yang perlu kamu ketahui, tidak semua pura atau tempat suci memperkenankan pengunjungnya untuk mengambil foto atau video di lokasi. Terutama untuk foto barong atau rangda yang disakralkan.

Jadi sebaiknya, sebelum mengambil foto, biasakan untuk memohon izin dulu kepada warga setempat atau pengurus pura tersebut. Pastikan area mana saja yang bisa dan tidak boleh didokumentasikan.

6. Tidak menggunakan pakaian yang tidak sopan

Ilustrasi pakaian yang kurang sopan saat masuk ke suatu pura. (unsplash.com/Angello Pro)

Kalau beberapa dekade lalu, banyak terlihat wisatawan masuk ke area pura yang memakai pakaian kurang sopan, seperti hanya menggunakan tank top dan sejenisnya. Baru setelah ada kebijakan, bahwa masuk ke pura wajib menggunakan kain dan selendang, serta pakaian yang sopan.

Tidak hanya untuk wisatawan, warga setempat yang bersembahyang juga wajib menggunakan pakaian adat Bali dengan aturan tertentu. Seperti tidak menggunakan baju yang terlalu menerawang, kebaya berlengan pendek untuk perempuan, dan menggunakan kain yang terlalu pendek untuk perempuan.

Baca Juga: 5 Makna Sarana Upacara dalam Hindu Beserta Fungsinya

Verified Writer

Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya