Motif dan Asal Mula Nama Kain Gringsing, Tenun Khas Bali Aga
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Desa Tenganan yang berada di Kabupaten Karangasem, merupakan desa kuno di Pulau Bali. Pola kehidupan warganya sejak dahulu hingga sekarang masih mencerminkan kebudayaan dan adat istiadat desa Bali Aga, yang berbeda dengan desa-desa lainnya di Bali.
Karena keunikannya, Desa Tenganan dikembangkan sebagai objek wisata dan mempunyai warisan yang sering diburu oleh wisatawan, yaitu Kain Tenun Gringsing.
Kain ini merupakan warisan leluhur warga Desa Tenganan yang terus dijaga dan dilindungi keasliannya sampai sekarang. Bahkan, kain ini juga dianggap sakral oleh mereka. Setiap ada upacara atau perayaan tertentu di desa tersebut, semua warganya menggunakan kain ini. Terkadang, ada juga warga Tenganan yang memakainya dalam kehidupan sehari-hari. Ingin tahu lebih banyak tentang kain Gringsing? Simak ulasannya di bawah ini.
Baca Juga: 9 Fakta Tenun Gringsing Desa Adat Tenganan Karangasem
Baca Juga: 5 Fakta Candi Gunung Kawi, Harus Kamu Kunjungi Kalau ke Bali
1. Sejarah Kain Tenun Gringsing
Kain Tenun Gringsing konon berawal dari kekaguman Dewa Indra, dewa pelindung manusia dalam Hindu Bali, terhadap keindahan langit pada malam hari. Sang Dewa kemudian mencoba menggambarkannya kepada umat manusia pilihannya, yakni penduduk Desa Tenganan.
Dewa Indra pun mengajarkan para perempuan untuk menguasai teknik menenun kain yang mengabadikan keindahan matahari, bulan, bintang, dan hamparan langit yang menawan.
2. Asal mula nama Gringsing
Gringsing merupakan penggabungan dari kata "gring" yang berarti sakit, dan "sing" yang berarti tidak. Sehingga jika digabungkan mempunyai arti tidak sakit. Secara harafiah, diartikan juga sebagai penolak bala dan pengusir berbagai penyakit rohani maupun jasmani.
Atas dasar itulah, warga Desa Tenganan percaya bahwa kain ini mempunyai kekuatan Dewa Indra yang dapat melindungi mereka dari berbagai musibah.
3. Dibuat menggunakan teknik ikat ganda
Kain Tenun Gringsing merupakan satu-satunya kain tenun tradisional Indonesia yang dibuat menggunakan teknik ikat ganda. Sebagai penganut Dewa Indra, warga Desa Tenganan juga meyakini imigran dari India Kuno. Kemudian dipercaya, bahwa imigran itulah yang membawa teknik ikat ganda melalui pelayaran dari Orissa atau Andhra Pradesh, dan akhirnya dikembangkan secara bebas di Desa Tenganan.
4. Proses pembuatannya cukup rumit dan lama
Pembuatan Kain Tenun Gringsing memakan waktu yang lama. Karena itulah harganya pun tak murah. Proses penenunan Kain Gringsing memakan waktu sekitar 2 bulan, dan untuk motif ikat ganda bisa memakan waktu 2 sampai 5 tahun.
Sedangkan proses pewarnaannya memakan waktu lebih dari 3 bulan secara berulang sesuai pakem yang telah ditentukan turun temurun. Kain Tenun Gringsing didominasi oleh warna merah yang berasal dari getah kayu tertentu, dan biji kemiri yang diramu sebagai pewarna.
5. Mempunyai beberapa motif yang penuh makna
Motif dan warna pada Kain Tenun Gringsing mempunyai banyak makna yang melambangkan keseimbangan antarmanusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan. Beberapa motif tersebut yaitu motif lubeng dengan bentuk kalajengking, yang berfungsi sebagai busana adat dalam upacara keagamaan. Lalu ada motif sanan empeg dengan bentuk kotak poleng merah hitam, motif cecempakaan yang berbentuk bunga cempaka, motif cemplong berbentuk bunga besar di antara bunga kecil, motif tokoh pewayangan, dan motif tuung batun bercirikan biji terung.
Kamu pernah membeli Kain Tenun Gringsing belum? Bagi fotonya ya di kolom komentar.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.