TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Pura di Denpasar yang Boleh Dikunjungi, Ada Melukat Juga

Buat yang suka wisata spiritual, wajib baca nih

Pura Maospahit dengan arsitektur Kerajaan Majapahit. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Julukan Pulau Seribu Pura untuk Bali tidaklah tanpa alasan. Sebab di seluruh daerah Bali terdapat pura untuk umum dan pura yang bersifat untuk komunitas tertentu.

Begitu juga di Kota Denpasar. Jika mengunjungi kota ini kamu bisa menemui beberapa pura dengan ciri khasnya masing-masing. Pura-pura ini tersebar hampir di seluruh wilayah Kota Denpasar. Bagi yang suka wisata religi atau spiritual, kamu bisa mengunjungi beberapa pura di Denpasar berikut ini.

Baca Juga: Asal-usul Pohon Kayu berdasarkan Lontar Aji Janantaka

Baca Juga: 5 Tradisi Unik di Denpasar, Warisan Leluhur yang Lestari

1. Pura Jagatnatha

Pura Jagatnatha. (YouTube.com/ 2B_066_ I Gusti Made Agung Yuda Ari Astana)

Pura Jagatnatha paling sering dikunjungi oleh umat Hindu terutama pada saat Purnama, Saraswati, Galungan, dan hari suci lainnya. Pura ini merupakan tempat pemujaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Hyang Jagat Natha Sang Penguasa Jagat Raya.

Pura ini terletak tepat di tengah Kota Denpasar yaitu Jalan Mayor Wisnu, atau sebelah timurnya Lapangan I Gusti Ngurah Gede Agung. Piodalan di Pura Jagatnatha berlangsung setiap setahun sekali, tepatnya pada Purnama sasih kalima (bulan kelima). Kamu bisa bersembahyang ke pura ini kapan saja, karena para jro mangku selalu ada di pura.

2. Pura Maospahit

Pura Maospahit. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Pura Maospahit cukup unik di Denpasar. Sebab arsitekturnya mirip dengan gaya Kerajaan Majapahit. Pura yang terletak di Jalan Sutomo, Banjar Gerenceng, ini adalah peninggalan dari Sri Kebo Iwa, yang disebutkan dalam Babad Wongayah Dalem.

Keunikan lainnya adalah pura ini memiliki konsep Panca Mandala, bukan Tri Mandala seperti pura pada umumnya. Konsep ini mengadopsi sistem pertahanan Kerajaan Majapahit. Pelinggih atau tempat suci yang ada di pura ini merupakan perpaduan Jawa dan Bali yang menggunakan nama candi seperti Candi Rebah, Candi Renggat, Candi Raras Maospahit, dan Candi Raras Majapahit.

Odalah Pura Maospahit dilaksanakan dua kali dalam setahun. Piodalan pertama jatuh pada Purnama sasih jyesta (bulan kesebelas) untuk Candi Raras Maospahit, dan Purnama sasih kelima (bulan kelima) untuk Candi Raras Majapahit. Jika kamu ingin mengunjungi tempat ini bisa langung bertemu jro mangku yang tinggal di sebelah pura ya.

3. Pura Dalem Pengembak Mertasari

Pelinggih di Pura Dalem Pengembak Mertasari. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Pura yang berlokasi di Banjar Tanjung, Desa Sanur Kauh ini dikenal sebagai pura yang digunakan untuk melukat atau mandi suci. Pura yang berada di tengah rawa bakau di sebelah barat Pantai Mertasari ini ramai dikunjungi pemedek (umat Hindu yang bersembahyang) untuk melukat pada Hari Suci Purnama, Saraswati, dan Banyu Pinaruh.

Pemedek bisa datang kapan saja kecuali saat hari pasah (nama hari dari Tri Wara yaitu pasah, beteng, dan kajeng), Galungan, dan piodalan yang jatuh pada Purnama sasih kedasa (bulan kesepuluh).

Sarana yang biasa mereka bawa untuk melukat adalah 2 buah pejati dan 2 buah bungkak nyuh gading (kelapa yang masih muda berwarna kuning). Namun jika tidak memiliki sarana tersebut, biasanya membawa sarana canang saja sudah cukup.

Mereka meyakini, bahwa melukat di Pura Dalem Pengembak Mertasari dapat menyembuhkan dari sakit akibat ilmu hitam, memohon keturunan, dan kelancaran bisnis atau usaha. Selain itu, tak sedikit juga yang datang untuk memohon kelancaran karier atau jabatan.

4. Pura Campuhan Windu Segara

Pura Campuhan Windu Segara (YouTube.com/Desak Made Adi Suryani)

Pura Campuhan Windu Segara juga dikenal sebagai tempat untuk melukat. Pura ini baru dibangun pada tahun 2005. Walaupun tergolong baru, namun pura ini sangat populer.

Puranya terletak di pinggir Pantai Padang Galak, dan pinggir campuhan yang merupakan tempat bertemunya aliran Sungai Ayung dan laut Pantai Padang Galak. Mereka meyakini, jika melukat di sini dapat mengobati nonmedis.

Pura ini terdapat tempat pemujaan untuk Kanjeng Ratu Kidul, penguasa Laut Selatan. Oleh karena itu, pengunjung yang datang tidak hanya dari Bali saja, tetapi juga daerah lain dan pengunjung yang beragama selain Hindu.

Biasanya mereka yang melukat di pura ini membawa banten pejati minimal satu buah, dan satu buah bungkak nyuh gading. Kamu bisa melukat kapan saja dengan memilih hari baik untuk melakukan hal ini. Setiap hari selalu ada jro mangku yang bertugas di Pura Campuhan Windu Segara.

Baca Juga: 6 Hal yang Tidak Boleh Dilakukan saat Liburan di Bali

Verified Writer

Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya