5 Tradisi Unik di Denpasar, Warisan Leluhur yang Lestari

Ada yang berisi adegan berpelukan hingga menusukkan keris

Walaupun Denpasar adalah ibu kotanya Provinsi Bali, namun memiliki beragam seni, budaya, dan tradisi yang masih dijaga kelestariannya di tengah modernisasi kehidupan kota.

Saat mengunjungi Kota Denpasar, kamu wajib banget mengenal seni, budaya, dan tradisinya yang tidak kalah uniknya dengan daerah lain. Ada beberapa tradisi unik di Denpasar yang bisa kamu saksikan. Berikut ini di antaranya.

Baca Juga: Selingkuh dalam Ajaran Hindu, Dilarang Ingat Wajah Mantan

1. Omed-omedan dari Kelurahan Sesetan

5 Tradisi Unik di Denpasar, Warisan Leluhur yang LestariTradisi Omed-omedan (IDN Times/Irma Yudistirani)

Tradisi Omed-omedan dilaksanakan secara turun temurun di Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan pada saat Ngembak Geni atau sehari setelah Hari Raya Nyepi. Tradisi ini sangat unik dan paling ditunggu-tunggu oleh warga setempat hingga wisatawan.

Sebab tradisi ini menyuguhkan dua kelompok laki-laki dan perempuan yang melakukan adegan tarik-menarik lalu ciuman. Mereka kemudian diguyur air untuk memisahkannya.

Tradisi ini muncul ketika seorang raha dari Puri Oka Sesetan jatuh sakit. Warga sekitar sering bermain tarik-tarikan antara dua kelompok di sekitar area Puri dan menimbulkan suara gaduh. Hal ini membuat raja keluar dan melihat warganya sedang bermain tarik-menarik tersebut.

Secara ajaib, raja menjadi sembuh setelah melihat permainan tersebut. Mulai saat itu, permainan tarik-menarik yang kemudian diberi nama Omed-omedan ini dilaksanakan setiap Hari Ngembak Geni.

Tradisi ini pernah tidak dilaksanakan. Namun setelah itu ada peristiwa aneh terjadi, di mana ada dua ekor babi yang berkelahi hingga berdarah, lalu menghilang entah ke mana. Raja mendapatkan pawisik (bisikan gaib) bahwa hal tersebut adalah pertanda tidak baik, dan ia meminta Tradisi Omed-omedan kembali dilaksanakan.

Baca Juga: 5 Tradisi di Bali yang Berasal dari Buleleng

2. Ngaro di Banjar Medura, Kelurahan Sanur

5 Tradisi Unik di Denpasar, Warisan Leluhur yang LestariUpacara Ngaro. (kikomunal-indonesia.dgip.go.id)

Tradisi Ngaro masuk sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia pada tahun 2019. Tradisi ini berasal dari Banjar Medura, Kelurahan Sanur.

Tradisi ini dilaksanakan oleh warga Arya Madura yang sebagian besar bermukim di Banjar Medura Sanur. Arya Madura adalah warga keturunan Raja Arya Kuda Pinolih yang berasal dari Kerajaan Madura, Jawa Timur.

Tradisi Ngaro erat kaitannya dengan Pura Dalem Tengah Segara yang terletak di tengah laut Pantai Karang, Sanur. Tradisi ini menghaturkan sarana upacara di lokasi Pura Dalem Tengah Segara, dan dilaksanakan tengah malam pada saat purnama.

Awalnya, tradisi ini dilaksanakan pada purnama sasih Karo (bulan kedua). Namun karena suhu udara yang dingin, upacara dipindahkan pada hari purnama sasih kapat (keempat). Sarana upacara yang dihaturkan sangat berbeda dengan sarana banten di Bali. Yaitu menggunakan nasi tumpeng besar, ayam panggang, bubur merah putih, dan 5 jenis buah-buahan.

3. Ngerebong dari Kelurahan Kesiman

Tradisi Ngerebong dilaksanakan di Pura Agung Petilan, Kelurahan Kesiman. Tradisinya dilaksanakan setiap 210 hari sekali tepatnya pada hari Minggu, Redite, Pon, Wuku Medangsia atau 8 hari setelah Hari Raya Kuningan.

Ngerebong memiliki makna berkumpul. Warga percaya bahwa di hari pelaksanaannya, para dewa berkumpul untuk menetralisir kekuatan-kekuatan negatif. Selama pelaksanaan Ngerebong, linggih Ida Sesuhunan yang berupa barong dan rangda akan mengelilingi wantilan Pura Agung Petilan sebanyak tiga kali.

Selama prosesi ini biasanya banyak orang yang mengalami kerasukan atau kerahuan sembari berteriak, dan menusukkan keris ke tubuhnya. Prosesi inilah yang biasanya menjadi tontonan warga yang hadir.

4. Tradisi Nanda dari Kecamatan Denpasar Timur

https://www.youtube.com/embed/1adhsYVqrVc

Tradisi Nanda tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia. Tradisi ini dilaksanakan pada saat upacara Pengilen di beberapa kelurahan wilayah Kecamatan Denpasar Timur. Seperti Kelurahan Kesiman, Kelurahan Sumerta, Kelurahan Tembau, Kelurahan Penatih, dan lainnya.

Tradisi ini berupa ritual pementasan tari sakral bernama Tari Tanda. Tari sakral ini memiliki gerakan sederhana mirip seperti tari baris. Penari membawa pajeng (payung) atau tedung yang diberi nama pajeng tanda.

Gerakan penari yang mengibas-ngibas dan memutar pajeng tanda ini memiliki makna untuk membersihkan alam beserta isinya. Mereka menari menggunakan pajeng tanda secara bergiliran.

5. Tradisi Maburu dari Kelurahan Panjer

5 Tradisi Unik di Denpasar, Warisan Leluhur yang LestariTradisi Maburu di Desa Panjer, Denpasar. (YouTube.com/NuellMalika)

Tradisi ini dilaksanakan bersamaan dengan Tawur Agung Kesanga, sehari sebelum Hari Raya Nyepi.

Maburu memiliki arti berburu. Prosesinya dimulai di pura daerah Kelurahan Panjer. Beberapa pemangku dan orang-orang tertentu yang disebut pengadek atau sadek, akan menari-nari diiringi oleh suara gamelan.

Mereka akan kerasukan, dan berlari dengan cepat seperti sedang berburu sarana upacara caru yang diletakkan di Pura Tegal Penangsaran. Tujuan dari prosesi ini adalah untuk mengembalikan atau menetralisir sifat-sifat raksasa yang ada di tubuh manusia. Sehingga memiliki sifat dewa yang jauh dari unsur kejahatan.

Semua tradisi unik di Denpasar di atas dilaksanakan sebagai warisan turun temurun yang wajib dilestarikan. Tentu saja tujuan utamanya adalah untuk memohon keselamatan dan perlindungan kepada Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Jika mau melihat tradisi-tradisi tersebut, kamu wajib menandai kalender ya. Jangan sampai terlambat, dan selalu patuhi aturan yang ada. Cari tahu dulu larangan atau pantangan selama berada di lokasi upacara.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya