5 Tradisi Unik Bali yang Berasal dari Karangasem

Semuanya tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda lho #Bali

Karangasem adalah nama kabupaten yang terletak di bagian timur Pulau Bali. Kabupaten yang dikenal dengan sebutan "The Spirit of Bali" karena banyaknya pura besar ini memiliki tradisi-tradisi unik.

Karena keunikannya, beberapa tradisi yang dimiliki Karangasem tercatat sebagai Warisan Budaya Tak benda (WBTB). Tradisi-tradisi ini dapat dijadikan sebagai tontonan bagi para wisatawan yang berkunjung ke Karangasem. Berikut ini deretan tradisi unik Bali yang berasal dari Karangasem.

Baca Juga: 5 Tradisi Unik Bali di Kabupaten Badung, Sayang Dilewatkan

1. Usaba Sumbu

5 Tradisi Unik Bali yang Berasal dari KarangasemTradisi Usaba Sumbu. (warisanbudaya.kemdikbud.go.id)

Tradisi Usaba Sumbu berasal dari Desa Timbrah dan Desa Pertima di Kabupaten Karangasem. Dalam tradisi ini dikenal adanya persembahan guling siyu. Masing-masing keluarga menghaturkan babi guling minimal satu ekor sebagai ungkapan rasa syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan) yang telah memberikan berkah hasil bumi melimpah.

Selain persembahan guling siyu, tradisi ini menggunakan sarana unik lainnya yang disebut sumbu. Sumbu ini adalah simbol Buana Agung (makrokosmos) dan Buana Alit (Mikrokosmos), dibuat oleh warga yang memiliki deha atau anak gadis. Biasanya sarana ini dibuat secara bergiliran di desa setiap tahunnya.

Sumbu dibuat setinggi 25 meter, yang dihiasi dengan berbagai sarana seperti wayang kapal-kapalan, kedis-kedisan (burung), jajanan, sesapi nagasaru, reringgitan naga sari, rerenteng, bungan lengkuas, dan lainnya.

Usaba Sumbu di Desa Timbrah dilaksanakan setahun sekali, tepatnya pada hari Tilem Kasa (bulan pertama). Tradisi yang tercatat sebagai WBTB tahun 2017 ini umumnya terdiri dari dua, yaitu Usaba Sumbu Kaja dan Usaba Sumbu Kelod.

Usaba Sumbu Kaja ditandai oleh persembahan guling siyu dengan tiga buah sumbu. Sedangkan Usaba Sumbu Kelod dilaksanakan tiga hari setelah Usaba Sumbu Kaja menggunakan dua buah sumbu. Rangkaian upacaranya hampir sama dengan Usaba Sumbu Kaja.

Baca Juga: 5 Tradisi Unik di Denpasar, Warisan Leluhur yang Lestari

2. Usaba Dangsil

https://www.youtube.com/embed/S-MTi9YFMiU

Usaba Dangsil atau disebut juga Usaba Gede atau Usaba Aya ini dilaksanakan di Desa Bungaya, dan tercatat sebagai WBTB pada tahun 2017. Tradisi ini pertama kali dilaksanakan pada masa Pemerintahan Dalem Demade (1665-1685), oleh I Gusti Ngurah Alit Bungaya. Usaba Dangsil bertujuan sebagai wujud bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan) agar warga selalu mendapatkan kesejahteraan dan kemakmuran dari hasil bumi yang melimpah.

Tradisi ini disebut sebagai Usaba Dangsil karena menggunakan sarana upacara utama yang bernama dangsil. Yaitu sarana upacara (bebantenan) berisi dedaunan, jajanan tradisional, dan sesajen yang dirangkai sedemikian rupa lalu dibuat bertingkat seperti meru atau gunung. Dangsil yang dibuat dan didirikan di masing-masing pura ini akan diusung ke Pura Penataran pada saat puncak upacara Usaba Dangsil.

Pelaksanaan Usaba Dangsil awalnya dilaksanakan dua tahun sekali. Namun karena memerlukan biaya yang cukup besar, pelaksanaannya menjadi 10 tahun sekali, bahkan terkadang 20 tahun sekali.

3. Megibung

https://www.youtube.com/embed/mCs9CbehNTM

Megibung adalah tradisi makan bersama yang diperkenalkan pertama kali oleh Raja Karangasem, I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem, sekitar 1614 Saka atau 1692 Masehi. Ketika itu, raja mengajak seluruh prajuritnya untuk makan bersama dalam posisi melingkar ketika beristirahat dari peperangan. Raja juga ikut makan bersama mereka kala itu.

Tradisi Megibung tercatat sebagai WBTB pada tahun 2015. Tradisi ini masih dilaksanakan hingga saat ini, terutama saat pelaksanaan upacara adat atau keagamaan.

Tradisi makan bersama ini dilaksanakan secara berkelompok. Dalam satu kelompok terdiri dari 6 hingga 8 orang. Tentunya saat makan bersama ini tidak bisa sembarangan, ada aturan-aturan atau etika yang harus ditaati. Beberapa di antaranya:

  • Sebelum makan, setiap peserta wajib mencuci tangan terlebih dahulu
  • Untuk memulai makan, harus dipimpin dulu oleh orang yang paling tua dalam kelompok tersebut
  • Dilarang untuk menjatuhkan sisa makanan di tempat megibung
  • Jika seseorang sudah merasa kenyang dan berhenti makan, tidak boleh meninggalkan kelompoknya sebelum semua anggota selesai makan.

4. Mekare atau Mageret Pandan

https://www.youtube.com/embed/EvhxgbQaYhc

Tradisi yang terkenal dengan sebutan Perang Pandan ini tercatat sebagai WBTB pada tahun 2015. Tradisi unik ini berasal dari Desa Tenganan Pengringsingan, yaitu desa Bali Aga atau desa asli Bali.

Tradisi ini dilaksanakan untuk menghormati para leluhur dan Dewa Indra sebagai Dewa Perang yang bertempur melawan raksasa Maya Denawa. Perangnya menggunakan batang pandan berduri yang nantinya akan digesek-gesekkan ke tubuh lawan.

Tradisi yang dilaksanakan setiap sasih kelima (bulan kelima) ini dilakukan dengan durasi sekitar satu menit untuk setiap pertarungan. Laki-laki berusia 7 hingga 45 tahun akan perang secara bergiliran selama tiga jam.

Setelah perang selesai, para peserta saling membantu satu sama lainnya untuk mencabut duri pandan. Lalu membalurkan obat berupa daun sirih dan kunyit agar tidak terjadi infeksi dan mempercepat kesembuhan. Walaupun ada yang berdarah, namun tidak ada rasa permusuhan di antara peserta yang mengikuti Perang Pandan.

5. Metigtig

https://www.youtube.com/embed/OpPs1VXaqEc

Tradisi Metigtig dilaksanakan di Desa Bebandem. Tradisi yang tercatat sebagai WBTB pada tahun 2015 ini sebagai rangkaian dari upacara Usaba Desa di Desa Bebandem setiap dua tahun sekali dan pada sasih kapat (bulan keempat). Metigtig berasal dari Bahasa Bali, tigtig yang berarti memukul secara berulang-ulang. Jadi beberapa orang laki-laki secara berpasangan saling memukul menggunakan pelepah pisang.

Laki-laki ini akan memakai pakaian adat namun bertelanjang dada. Warga setempat mempercayai kalau tradisi ini berfungsi untuk menghindari desa dari wabah penyakit, hama, dan kekuatan negatif (grubug) lainnya.

Jika ingin menyaksikan tradisi unik Bali di atas, kamu harus datang ke Karangasem. Sebaiknya kamu bermalam di Karangasem agar bisa menyaksikan pelaksanaan tradisi unik ini dari awal hingga akhir prosesi.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya